Semua Bab Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Bab 111 - Bab 120

141 Bab

111. Mengganggu Kesenangan

Happy Reading*****"Mas," bisik Kiran. Dia begitu malu mengeluarkan suaranya lagi."Tenang, Sayang," kata si lelaki. "Emang, ya, teman satu ini," omel Amir. Bergerak turun dari atas tubuh sang istri. "Pake mukenahmu, Sayang. Mas, nggak mau dia sampai melihat auratmu."Amir mengambil benda pipih yang tidak sengaja dia tekan ikon hijau sehingga suara Syaif terdengar. Ternyata, sahabatnya itu sedang melakukan panggilan video saat ini. Sedikit terkejut, si bos menampilkan wajah penuh kekesalan. "Ngapain pake video call segala. Mengganggu aja. Awas kalau nggak ada hal penting yang mau kamu bicarakan. Aku pecat jadi teman, baru tahu rasa," kata Amir di depan layar ponselnya.Saat ini, Kiran sudah mengenakan mukena yang sempat dibuka oleh sang suami. Bersembunyi di balik selimut, menutupi rasa malu pada orang yang sedang berbincang dengan Amir."Kamu yang keterlaluan, udah tahu lagi mantap-mantap sama Kiran malah angkat panggilan videoku. Gila, ya! Sengaja membuatku iri, apa gimana, sih?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

112. Tertinggal

Happy Reading*****"Emm ... emm," suara Fitri teredam oleh dekapan tangan sang kekasih di bibirnya. Bukannya marah, Amir dan Kiran malah tertawa melihat aksi kedua sahabatnya itu. "Dia sengaja melakukan panggilan video, Fit. Ingin mengganggu bulan maduku dan Kiran," ucap Amir sengaja mengompori supaya Syaif mendapat amukan dari perempuan tersebut.Benar saja, Fitri langsung memberikan pelototan pada kekasihnya. Menghalau tangan Syaif yang menempel pada bibir. "Gimana, sih, Yang," protesnya."Ah, nggak asyik kamu, Mir. Sudahlah, sebaiknya aku tutup saja telponnya. Kalau berkas itu masih belum ketemu, aku chat aja. Kalian lanjutkan mantap-mantap." Syaif menyerah, mungkin dia memang menelepon di waktu yang salah."Oke kalau gitu. Aku mau lanjut yang tadi. Biar pulang dari Bali, Kiran langsung hamil," kata Amir. Sang istri mencubit perut lelaki itu karena dinilai terlalu vulgar saat berkata."Dada, Sayang. Semoga cepat ngasih aku ponakan, ya. Semangat," ucap Fitri sebelum panggilan mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

113. Panik

Happy Reading*****Kiran cuma bisa menggelengkan kepala. Pasalnya, mana mungkin dia akan menceritakan siksaan nikmat yang diberikan sang suami sebagai alasan. "Kalau nambah sehari lagi, kita bisa berbelanja besok, Ran," sahut Laila yang begitu antusias mengajak menantunya shopping. "Kiran lelah banget, Ma. Rasanya pengen tidur dan istirahat yang lama," keluh perempuan berjilbab maroon. Kedua mertua Kiran saling menatap. Lalu, tersenyum penuh makna. Wijananto bahkan menatap tajam ke arah putranya. "Mami tidur aja sama Rara di kamar Kakek dan Nenek. Kita nggak usah belanja lagi. Memangnya buat adek bayi itu capek, ya, Mi?" Tangan Laila segera menempel pada bibir mungil si kecil. Sementara Amir, hanya bisa menggaruk kepala yang tak gatal. Apa sejelas itu, ya, perbuatannya di mata si kecil. "Nggak gitu juga, Ra," sahut Wijananto menghalau pertanyaan Naumira selanjutnya yang pastinya akan semakin membuat Kiran malu nantinya. "Terus gimana, Kek? Mami sama Papi tadi, ngomong kalau ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

114. Panik 2

Happy Reading*****"Kalau bisa sedikit percepat laju mobilnya supaya bisa segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan ibunya Kiran. Tadi, Agung ngabarin dengan tergesa-gesa. Katanya, ibumu sedang ditangani di ruang UGD," jelas Wijananto. Walau baru mengenal besannya, tetapi lelaki paruh baya itu sudah menganggap seluruh keluarga Kiran adalah keluarganya sendiri. Ketika mendapat telepon dari saudara tertua menantunya, Wijananto langsung membangunkan Laila dan mengajaknya untuk pulang walau Naumira belum bangun. Kabar duka yang dibawa Agung mampu membuat sang pemilik usaha garment tersebut cukup panik."Baik, Pa," jawab Amir patuh dan segera menambah kecepatannya kendaraannya. "Kita nanti, langsung ke rumah sakit, apa gimana?""Kayaknya, langsung ke rumah sakit aja, Mir. Papa, nggak tenang." Lelaki paruh baya itu menengok ke belakang. Istri, menantu beserta cucunya masih memejamkan mata. "Aku juga nggak tenang, Pa. Agung nggak pernah kabar-kabar setelah aku menikahi adiknya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

115. Gara-gara Warisan

Happy Reading*****Kiran diam, cuma bisa menatap sang suami dengan perasaan sedih, khawatir, panik dan segala macam ketakutan lainnya tentang keadaan Nur. "Bukan salah Farel kalau Ibu sekarang terbaring di ruang UGD," ucap Agung mencoba menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Lelaki yang disebutkan namanya oleh Agung itu, cuma bisa duduk lemas di bangku sebelah Laila dan Wijananto."Lalu, kenapa dia berkata seperti tadi jika memang bukan salahnya?" Tatapan Kiran penuh selidik pada saudara tertuanya. Anggota keluarga lainnya juga menatap pada si sulung, meminta jawaban kepastian tentang asal mula serangan jantung yang diderita perempuan paruh baya tersebut. Lelaki dengan potongan rambut upper cur itu menatap Kiran dengan lembut. "Semua itu karena orang yang membuat Ibu terkena serangan jantung adalah salah satu kerabat mendiang ibunya Farel.""Adik tirinya Mama, nggak setuju kalau aku tinggal bersama Ibu. Dia juga menuntut hak waris yang seharusnya didapatkan dari harta peningg
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

116. Menyelam sambil Minum Air

Happy Reading*****Dokter berjilbab tersebut mengembuskan napas panjang. Menatap semua orang yang ada di hadapannya bergantian. "Sebaiknya, salah satu dari kalian ikut ke ruang saya. Saya akan menjelaskan bagaimana keadaan pasien.""Kamu saja yang ikut dokter ke ruangannya, Gung," usul Amir."Baiklah," jawab Agung, "nitip Ibu dan lainnya." Lelaki dengan kulit kuning langsat itu menepuk lengan sahabatnya. Lalu, pergi mengikuti sang dokter setelah sempat berbicara sebentar dengan Farel.Kiran kembali duduk di samping sang suami, sementara Farel pamit untuk menengok Nur di ruang UGD. Suara ponsel dari dalam saku si bungsu terdengar begitu nyaring membuat Kiran dan Amir menoleh padanya padahal Farel terlihat enggan untuk mengangkat penggilan tersebut. "Dik, kenapa nggak diangkat. Barangkali ada hal penting dari si penelpon," ucap Kiran.Farel memutar bola mata malas. "Dia yang sudah menyebabkan Ibu masuk rumah sakit, Mbak. Aku malas ngomong sama dia.""Maksudmu, Bibi yang nuntut warisan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

117. Kebahagiaan di Tengah Kesedihan

Happy Reading*****"Anu gimana, Dok?"Agung terus menuntut jawaban sang dokter. Tatapannya kini bahkan tak lepas dari wajah si dokter cantik.Terdengar helaan napas dari perempuan yang mengenakan jas putih di depan saudara sulung Kiran. "Sebenarnya, Mas ini tanya seperti itu untuk apa?""Saya pengen kenal Bu Dokter lebih dekat. Kalau sudah menikah, ya, saya mundur," kata Agung singkat, padat, jelas membuat perempuan di depannya melotot dan menganga."Kenapa, Dok? Apa Dokter sudah punya suami?" tanya Agung mengulang kalimat sebelumnya. "Eh, belum," jawab sang dokter, spontan. "Alhamdulillah. Kalau gitu, saya bisa minta kontaknya?""Eh," ucap si dokter makin terkejut."Kenalkan, nama saya Agung." Saudara tertua Kiran mengulurkan tangannya. Namun, sang dokter menangkupkan kedua tangannya di depan dada."Saya, Safira. Panggil saja Fira," sahut si dokter yang ternyata memiliki lesung pipi. Semua itu bisa Agung lihat dengan jelas ketika si perempuan tersenyum."Baiklah, Dok. Kapan-kapan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

118. Calon Menantu

Happy Reading*****Kiran menatap benci pada perempuan yang telah berteriak tadi. Amir langsung menghampiri sang istri dan merangkulnya. Lelaki itu tidak ingin Kiran meluapkan semua emosinya."Sayang, sabar," bisik Amir.Kiran menipis rangkulan sang suami. Lalu, menatap sang lelaki dengan kesal. "Mas, aku cuma membela keluargaku. Jangan sampai ada orang sepertinya yang mengatakan seenaknya saja. Apa salahnya Farel sampai dia berkata sekasar tadi?""Oh, rupanya kamu yang sudah menghasut sepupuku ini untuk memenjarakan mamaku?" tanya si perempuan sinis pada Kiran."Tutup mulutmu, Rin!" bentak Farel. Emosinya mulai naik akibat perkataan si perempuan yang sejak tadi berkata dengan keras.Agung menepuk bahu si bungsu. "Sabar, Dik. Ingat, ini rumah sakit," bisiknya. Lalu, lelaki yang seumuran Amir itu menatap perempuan berambut kecokelatan dengan tajam. "Siapa kamu sebenarnya? Jangan asal menuduh orang. Kamu bisa dikenakan pasal pencemaran nama baik. Kiran nggak pernah menghasut siapa pun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

119. Kecemburuan Agung

Happy Reading*****Sang dokter menarik garis bibirnya setinggi mungkin, pipinya mulai terasa panas. Mungkin saat ini sudah kemerahan akibat perkataan Agung dan pertanyaan Kiran tadi."Dok, apa benar yang dikatakan putra saya?" tegas Nur. Kebahagiaan itu tidak bisa membohongi, raut wajahnya bersinar walau keadaan tubuh sedang tidak baik-baik saja.Sang dokter yang beberapa saat lalu sempat berbincang tentang masalah pribadi dengan Agung, mulai bingung harus menjawab apa. Pasalnya, dia belum mengatakan apa pun keputusannya dan si lelaki juga tidak pernah mengatakan bahwa dia akan melamarnya. Jadi, mana mungkin dokter bernama Rini itu akan mengiyakan perkataan Nur.Melihat kebingungan Rini, Kiran nyeletuk, "Mas saya asal bicara kayaknya. Maaf, ya, Dok.""Ish, Mas," kesal Laila pada putra sulungnya. "Kenapa mesti berbohong, sih?""Mas, nggak bohong, Bu. Cuma, mungkin dokter Rini malu kalau ditodong pertanyaan secara langsung seperti tadi," sahut Agung, "iya, kan, Dok?""Mas, bukan begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

120. Lelaki di Sekitar Dokter Rini

Happy Reading*****Agung dengan cepat menjulurkan tangannya. "Kenalkan, nama saya Agung. Saya adalah lelaki yang sedang mencoba mendekati Dokter Rini dan berniat menjadikan beliau istri," ucapnya penuh percaya diri.Perempuan berpakaian serba putih itu membulatkan mata ketika mendengar pengakuan Agung. Heran juga kenapa lelaki yang baru dikenalnya itu bisa begitu percaya diri mengatakan hal demikian. "Saya, Satya," ucap lelaki yang berpakaian sama seperti Rini. Setelah memperkenalkan diri dan menjabat tangan Agung. Lelaki pemilik nama Satya itu menoleh pada Rini. "Selamat, ya, Dek. Akhirnya ada lelaki yang berani dengan tegas mengatakan sedang ingin mendekatimu.""Ih, Mas Satya apaan, sih." Rini terlihat makin manja dengan melingkarkan kedua tangannya pada pergelangan Satya.Tangan Agung terkepal. Walau perempuan di depannya belum resmi mengakatan menerima ajakannya menikah, tetapi tal seharusnya dia bertindak kelewat mesra di depan Agung seperti sekarang. Lelaki mana yang tidak ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status