Semua Bab Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Bab 121 - Bab 130

141 Bab

121. Memantapkan Hati

Happy Reading*****Kali ini, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Rini. Perempuan itu terlihat seperti takut dan tidak nyaman mendengar sapaan seorang dokter lelaki berperawakan tinggi serta berkacamata."Masih berani gangguin adikku?" kata Satya dengan raut muka marah dan menyeramkan."Siapa juga yang gangguin adikmu. Aku cuma menyapa saja. Apa nggak boleh?" Bukannya takut, lelaki yang berprofesi sama seperti Rini dan Satya itu malah memasang senyuman."Nggak boleh. Ingat, ya, aku bisa saja melaporkan lagi perbuatanmu yang dulu itu," sahut Rini sambil menggeser posisi berdirinya agak ke belakang sehingga tubuh saudara sepersusuannya menjadi tameng penghalang dari lelaki yang baru saja menyapanya.Sementara itu, Agung masih diam terpaku di tempatnya berdiri sambil menatap dan mendengarkan apa yang diobrokan oleh ketiga dokter di depannya. Dia juga mulai menyimpulkan sendiri bahwa dokter yang baru saja menyapa Rini tersebut pasti memiliki suatu hubungan di masa lalau dengan gadis yang ingi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

122. Calon Menantu

Happy Reading*****Satya melepaskan tangannya dari leher si dokter tampan. Senyumnya makin lebar ketika mendengar penuturan Agung. Dia semakin yakin jika lelaki di sebelahnya itu adalah orang yang tepat untuk mendampingi adiknya. Memberikan isyarat mata untuk segera pergi, Agung mengikuti langkah calon kakak iparnya. Di persimpangan lorong rumah sakit, mereka berpisah setelah Satya memberikan kontaknya."Aku tunggu kedatanganmu di rumah Papa," ucap si dokter sebelum benar-benar meninggalkan Agung."Insya Allah, besok sore aku akan berkunjung. Sampaikan salamku pada kedua orang tua dokter Rini," sahut Agung.Kembali ke ruang UGD untuk mengecek keadaan ibunya, Agung tak menemukan satu pun anggota keluarganya. "Eh, ke mana mereka semua?" gumam Agung. Mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi salah satu anggota keluarganya, Agung memutuskan menelepon Farel."Ya, Mas," kata Farel di seberang sana."Dik, kalian ada di mana? Kenapa Mas nggak melihat Ibu dan lainnya.""Ibu sudah dipindahkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

123. Rencana Lamaran

Happy Reading*****Semua orang menjadi tegang setelah mendengar suara lelaki paruh baya yang diketahui adalah papanya Rini. Kiran bahkan sampai memeluk suaminya erat saking takutnya mendengar perkataan tadi. Trauma yang dimilikinya belum sepenuhnya sembuh, Kiran terkadang masih sedikit bergetar ketika mendengar suara keras yang dikeluarkan seseorang. "Mas, kenapa papanya dokter Rini, kok, marah," kata Kiran di pelukan sang suami. "Mas, juga nggak tahu kenapa, Sayang. Sstt. Jangan takut, ya.Pasti ada kesalahpahaman, kita lihat saja," bisik Amir sambil mengelus puncak kepala sang istri penuh kasih sayang.Sementara itu, Agung menatap Satya penuh permohonan supaya ponsel yang dipegang beralih ke tangannya. Rini sendiri juga kaget melihat dan mendengar reaksi sang papa yang terkesan marah padahal semalam lelaki berkumis itu begitu bahagia mendengar semua ceritanya tentang Agung.Satya menjulurkan ponselnya pada saudara tertua Kiran. Ketika Agung bisa bertatap muka secara langsung denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

124. Rencana Tak Terduga

Happy Reading*****Ketika sampai di rumahnya, Nur tidak diperkenankan sama sekali ikut berbelanja oleh-oleh yang akan dibawa ke rumah Rini. Sebagai gantinya, pihak keluarganya meminta bantuan Laila. "Kenapa, sih, Ibu nggak boleh ikut? Ibu, kan juga pengen memilih barang-barang yang akan diberikan pada calon istrimu, Mas," protes Nur pada putra sulungnya."Ibu di rumah saja, kan, belum benar-benar sehat. Nanti, kalau Ibu ikut nyari oleh-oleh terus kecapean dan sakit lagi. Mas, juga akan kena marah sama calon menantu Ibu. Kiran sama Farel pasti ikut memarahi, Mas," jelas Agung."Hmm, padahal calon menantu Ibu sendiri yang ngomong kalau kondisi Ibu sudah sangat sehat," protes Nur, masih kekeh supaya diperkenankan ikut berbelanja. "Kalau Ibu ikut kami berbelanja sekarang, nanti malam nggak bisa ikut ke rumahnya Dokter Rini, ya," sahut Kiran yang sudah berdiri di belakang saudara sulungnya. "Ibu sama Farel aja. Adik, nggak ikut, kok. Mbak Kiran juga nggak ikut," tambah si bungsu. "Kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

125. Pernikahan Kilat

Happy Reading*****Agung mulai resah, pasalnya tidak pernah menyangka kalau akan ditodong dengan pertanyaan seperti tadi. Selain itu, dirinya juga tidak memiliki persiapan apa pun juga untuk menikah. Melihat ke arah ibunya, Nur cuma menjawab dengan senyuman. Mungkin sama seperti dirinya, perempuan paruh baya itu juga syok mendengar permintaan papanya Rini. Agung pun beralih menatap Kiran dan Amir, mereka berdua langsung menganggukkan kepala tanda setuju. Demikian juga dengan Farel, si bungsu juga mengangguk sebagai tanda persetujuan dengan rencana papanya Rini."Jadi, gimana Mas Agung?" tanya sang kepala keluarga, memastikan bahwa putri dimiliki oleh orang yang tepat ketika dia meninggalkan negaranya."Ehmm," gumam Agung sambil menggaruk kepala yang tak gatal."Gini aja, Gung. Kalau kamu ragu dengan mahar yang diberikan pada dokter Rini, kamu bisa memberikan cincin berlian yang tadi dibawa sebagai maharnya," saran Wijananto seolah mengerti keresahan hati sulung keluarga Kiran.Senyu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

126. Pernikahan Kilat (2)

Happy Reading*****Sebelum prosesi akad dilanjutkan, beberapa orang masuk dengan didampingi karyawan yang dipekerjakan oleh keluarga Rini. Ternyata sang pemilik rumah sengaja mengundang beberapa tetangga untuk menyaksikan prosesi pernikahan putri semata wayang mereka yang terbilang sederhana.Rini duduk di sofa terpisah dari Agung. Para wanita juga melakukan hal sama,mereka berkumpul di ruang tengah sambil menunggu Agung mengucapkan akad. "Baiklah karena semua ornag sudah hadir, kita bisa lanjut lagi prosesinya," kata sang penghulu yang mendapat angukan serta ucapan setuju dari semua orang.Agung benar-benar tidak menyangka jika pernikahannya akan berlangsung mendadak seperti pernikahan Kiran dan Amir. Dia sedih sekaligus bahagia. Sedih karena tidak bisa memberikan pernikahan yang berkesan dan bahagia karena statusnya sebentar lagi akan berubah menjadi suami.Setelah mengucap basmalah, papanya Rini mulai mengucap akad dipandu oleh sang penghulu yang duduk tepat di sampingnya. Tak bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

127. Gelora Membara

Happy Reading*****Semua orang tertawa mendengar balasan Farel pada saudara perempuannya. Namun, hal berbeda terjadi pada Agung. Lelaki itu mu lai merasa canggung ketika semua orang meninggalkannya cuma berdua dengan Rini. Seluruh keberanian bahkan semangatnya yang ingin terus berdekatan dengan dokter cantik itu mendadak lenyap karena menatap kecantikan sang istri. "Mas," panggil Rini. Dia sudah duduk, kembali ke tempatnya semula."Ya." Agung menatap perempuan yang baru dinikahinya itu dengan kagum. Seperti di film-film kartun jika sedang jatuh cinta yang akan terdapat gambar hati di kelopak mata ketika melihat orang yang dicintai. Maka, hal sama pun terjadi pada saudara sulung Kiran. Cinta itu begitu jelas terlihat di matanya ketika menatap sang istri."Njenengan nggak capek berdiri terus. Sini, duduk." Rini menepuk sisi kosong pada sofa yang didudukinya. Seperti sapi yang dicocok hidungnya, Agung menuruti semua perkataan sang istri. Tatapannya masih sama seperti, tadi bahkan mung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

128. Malam Panjang

Happy Reading*****Kiran mundur, tubuhnya bergetar hebat ketika mendengar suara keras suaminya. Tersadar, Amir merengkuh tubuh istrinya dalam pelukan."Maafkan, Mas, Sayang," ucap si bos ketika menyadari kesalahannya yang sudah berkata keras tadi.Mengalungkan tangannya pada leher sang suami, Kiran menyembunyikan wajahnya. "Mas, aku cuma mau ngomong. Biar aku aja yang mimpin, tapi sepertinya njenengan enggak suka. Malah bentak tadi."Amir kembali membulatkan mata, tetapi bibirnya malah tersenyum, tak menyangka jika sang istri akan berkata demikian. Dia benar-benar salah sangka akan sikap Kiran. "Terus, sayannya Mas ini takut, ya, mendengar suara keras tadi?"Kiran menggeleng. "Takut, sih, enggak. Cuma agak syok aja. Kok, suamiku ini ternyata enggak bisa nahan keinginannya. Kalau enggak dituruti marah. Jadinya, persis kayak Rara." Perempuan mencubit pelan hidung Amir.Manja, Amir mulai menciumi bagian leher sang istri. Tangannya mulai bergerilya secara aktif memberikan rangsangan di t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

129. Proses Pembuatan Adik

Happy Reading*****"Cup ... cup," ucap Kiran sambil mengusap air mata yang membasahi si kecil. "Jangan nangis, dong, Sayang. Coba ceritakan dengan jelas. Kenapa Mami disebut jahat sama Rara?"Gadis kecil itu mencoba menghentikan tangisannya, tetapi tetap tidak bisa. Isakannya sesekali masih terdengar."Sini, sama Nenek," pinta Laila. Merentangkan kedua tangan agar si kecil mau pindah ke gendongannya. "Rara bisikin aja sama Nenek. Apa yang sudah Papi sama Mami lakukan hingga menyebut mereka jahat?"Naumira menatap Laila penuh kesedihan. Walau air matanya sudah berhenti mengalir, tetapi isakan itu masih ada. Jelas sekali jika si kecil sangat sedih. "Ran," panggil Laila. Tatapannya penuh selidik pada sang menantu. "Coba kamu ingat, apa yang sudah kalian lakukan sampai Rara seperti ini."Kiran cuma bisa menggelengkan kepala. Semalam setelah dari rumah Dokter Rini, jelas-jelas dia dan Amir langsung ke kamar dan tidak pernah keluar lagi sampai subuh. "Coba ngomong pelan-pelan, Sayang," p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

130. Penjelasan Ribet

Happy Reading*****Semua orang menepuk kening masing-masing mendengar permintaan Naumira. "Sekarang, bagaimana caramu menjelaskan padanya?" tanya Wijananto. Segera menggandeng tangan sang istri untuk meninggalkan Amir dan Kiran."Pa, kok, malah ditinggal gitu aja, sih," kata Amir yang mulai kebingungan untuk mencari alasan supaya putrinya mengurungkan niatnya semula. Laila dan Wijananto berbalik, keduanya menjulurkan lidah, mengejek sng putra mahkota. Akibat ulahnya sendiri, kini dia harus menjelaskan pada Naumira. "Suruh siapa pake alasan itu. Anakmu itu sudah mulai kritis, jadi pake alasan yang logis," kata Laila. "Yah, Mama," keluh Amir mulai frustasi karena belum menemukan cara ampuh untuk menjelaskan semuanya. "Jadi, gimana, Pi?" tanya bocah kecil dalam gendongan Amir. "Sayang," panggil Kiran membuat Amir dan Naumira menoleh padanya secara bersamaan. "Aku manggil Rara, Mas.""Kirain, Mas, Sayang." Amir menggaruk kepala, nyengir kuda karena sudah salah paham akibat panggila
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status