Home / Romansa / Gadis Lugu Penakluk Bos Galak / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Chapter 41 - Chapter 50

105 Chapters

41. Point' Plus

Happy Reading*****Kiran terpaksa menoleh ke arah si bos. "Benar. Mana mungkin saya membohongi atasan. Pokoknya, Bapak tenang saja. Kami ikhlas lembur tanpa bayaran demi menyelesikan pekerjaan," ucapnya tegas."Oke," sahut Amir penuh semangat. Kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?" Si gadis memberanikan diri menoleh sekali lagi. "Kalau niat bantu. Sebaiknya bantuin mereka aja angkat kain dan masukin ke gudang." Sengaja memang, Kiran melakukannya, ingin melihat kesungguhan ucapan sang atasan. "Oke. Sesuai permintaan," ucap Amir. Dia melepas arloji dan menggulung kurta yang dikenakan sampai siku. Mengeluarkan ponsel serta dompet dari saku dan memberikan pada Kiran. "Sebagai calon istri yang baik, kamu harus menjaga semua barang-barang ini. Aku bantu mereka dulu," ucap Amir tak lupa dengan kerlingan mata.Sedang ingin menggoda Kiran, baru beberapa langkah, Amir berbalik dan memanggil nama sang gadis. Mengecup tangannya sendiri dan meniupkan pada sang gadis. Kiran membuang muka, bib
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

42. Desir Tak Biasa

Happy Reading*****Sejak kejadian panggilan 'sayang' dari Amir, gosip santer tentang kedekatan Kiran kian berdengung. Degup jantung si gadis pun bertalu ketika sang atasan sering memberikan perhatian lebih dari sekedar karyawan biasa. Alarm tubuhnya untuk berhati-hati dan tidak menanggapi semua perlakuan tak biasanya dari Amir, seolah tak berfungsi kini. Hatinya bahagia dengan sikap sang atasan, tetapi perilakunya terkadang bereaksi lain. Marah pada diri sendiri sering kali menerpa Kiran. Dia benci pada reaksi hatinya ketika bertemu dengan Amir. Seperti saat ini, entah mengapa si gadis kecewa ketika berpapasan dengan si bos saat akan keluar makan siang, Amir tak menyapa seperti biasa. Lelaki itu melewati Kiran begitu saja.Lelaki itu bahkan tidak meliriknya sama sekali, sibuk dengan ponsel hingga siluetnya tak terlihat oleh Kiran."Tuh, kan. Cowok itu di mana-mana sama. Perasaannya gampang banget berubah. Dia pasti lagi nelpon cewek lain tadi, merayunya. Dih, apaan. Udah punya istr
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

43. Adegan Romantis Berujung Tangis

Happy Reading*****Rasanya, Amir ingin tertawa keras saat itu juga melihat wajah aneh gadisnya. Foto yang dikirimkan Ridho ke ponselnya tadi, dijadikan senjata bagi Amir. Modus banget memang lelaki itu. Demi ingin disuapi Kiran saja sampai memakai ancaman padahal dia hampir marah ketika rekan kerjanya tadi mengambil foto tanpa ijin. Namun, sekarang hasil jepretan itu malah dijadikan alasan untuk mendapatkan keinginannya. "Memang punya?" tanya Kiran setelah beberapa menit terdiam. Antara takut dan tidak percaya dia butuh kepastian kebenaran ucapan Amir. Namun, rasa takut Kiran jauh lebih besar. Pasti malu sekali jika omongan lelaki itu direalisasikan. Bagaimana mungkin Amir bisa memiliki fotonya yang ketakutan dan langsung memeluk erat. Jari Amir mulai berhenti mengetik, meraih ponsel yang diletakkan di sebelah keyboard. Beberapa detik kemudian, dia menunjukkan foto pada Kiran. "Lihat baik-baik siapa cewek di foto itu." Amir menunggu sebentar, melihat reaksi si gadis selanjutnya.
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

44. Berusaha Keras

Happy Reading*****"Coba, Papi hubungi dia, ya. Rara pengen main sama Mami?" tanya Amir membiasakan panggilan mami pada Kiran terhadap putrinya sesuai yang papanya katakan waktu itu.Naumira mengangguk. "Udah lama banget, Rara nggak main. Kemarin-kemarin, mau ke sini selalu nggak dibolehin sama Kakek. Katanya, Papi sama Mami sibuk.""Ya, udah. Rara turun dulu. Papi mau telpon." Walau hatinya sangat ragu, tetapi Amir tetap mencoba untuk menghubungi Kiran demi putrinya. Panggilannya ke ruang produksi terangkat. Suara Fitri terdengar menyapa indera Amir. "Kiran ada di sana, Fit?" tanya si bos."Ada, Pak. Bentar, ya." Diam beberapa detik hingga Amir mendengar suara Kiran yang begitu merdu di telinga. Sungguh, hanya mendengar suaranya saja, Amir sudah sangat bahagia apalagi jika nanti gadis itu mau menemani putrinya. Maka, jalan mendekatinya akan semakin terbuka lebar."Ran, Rara nyariin kamu. Dia pengen main sama kamu," kata Amir setelah beberapa saat terdiam."Maaf, Pak. Saya lagi si
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

45. Kencan Pertama

Happy Reading****Naumira mengamati papinya sejak tadi yang berganti-ganti baju. Hampir seluruh isi lemari lelaki itu, sudah dikeluarkan dan dicoba. Namun, belum ada pakaian yang dirasa pas untuk kencan pertamanya dengan Kiran. Gadis kecil itu sampai harus menghentikan permainannya dan fokus, hanya melihat tingkah aneh si papi. Sambil geleng-geleng, Naumira mulai tak tahan untuk bertanya."Papi mau pergi ke mana, sih? Ribet amat, dari tadi ganti-ganti terus bajunya. Kasihan Mbak Tun kerjaannya nambah. Tuh, lihat. Baju yang sudah diterima kusut lagi jadinya," ucap Naumira. Tatapannya aneh, melihat Amir dari ujung kaki hingga kepala. "Katanya pengen dibawain pulang Mami," kata Amir sambil merapikan lagi rambutnya yang sedikit berantakan. Dia sudah mendapatkan baju yang pas untuk digunakan menemui Kiran malam ini. "Mami artinya Tante Kiran, ya, Pi? Kata Kakek gitu," tanya Naumira yang diangguki oleh Amir. "Kapan mau dibawa pulang?" tanya Naumira lebih lanjut. Wajahnya berbinar ketik
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

46. Ada Apa?

Happy Reading*****Syaif melihat reaksi Kiran yang tak biasa, dia merasa bersalah. Namun,dia juga kasihan dengan sang sahabat. Jika masalah Amir dan Kiran tidak segera diselesaikan, maka salah satunya pasti akan terluka dan sakit. "Maaf, ya, Ran. Bukan maksudku membuatmu nggak nyaman dengan kehadiran Pak Amir," kata sang manajer HRD memulai aksinya membantu sang si bos. Menatap Kiran sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya.Sementara itu, Amir masih diam saja. Dia tidak berani membuka suara karena tidak mau jika gadisnya marah dan pergi."Aku lihat beliau di kasir sendirian tadi. Oleh karena kita saling mengenal satu sama lain, jadi aku tawarkan saja untuk bergabung. Pak Amir dan keluarga emang sering makan di sini, sih. Jadi, SMA sekali nggak ada unsur kesengajaan. Nggak papa kan, Ran?" Syaif menatap gadis yang masih betah menyembunyikan wajah dengan menunduk. "Rara sama Mama minta beli makanan di sini," tambah si bos menerangkan untuk meyakinkan perkataan Syaif pada Kiran."Ters
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

47. Pertemuan Amir dengan Farel

Happy Reading*****Kiran mengikuti langkah Amir menjauhi restoran. "Duduk di depan, Ran. Aku bukan sopir," ucap Amir karena melihat Kiran membuka pintu bagian belakang. Kiran tak menjawab, tetapi langsung beralih ke sisi samping tempat Amir berdiri sekarang. Keduanya masuk bersamaan, sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.Selama perjalanan menuju rumah Kiran, Amir sama sekali tidak mengajaknya ngobrol. Lelaki itu terus berpikir apa yang akan disampaikan oleh si pengirim chat. Apa yang terjadi dengan Agus sebenarnya. Semua pertanyaan itu memenuhi pikiran si bos. Sampai di halaman rumah si gadis, Amir tidak berniat untuk singgah. "Kapan-kapan aku mampir, Ran. Sampaikan salamku sama Ibu," pinta Amir.Kiran masih enggan membuka suara, hanya anggukan yang diberikan sebagai jawaban perkataan si lelaki. Namun, saay gadis itu sudah membuka pintu dan bersiap turun, dia menoleh dan berkata, "Terima kasih, Pak. Maaf, jika perilaku saya menyakiti Anda."Amir membalas perkataan Kira
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

48. Dilema Hati

Happy Reading****Kiran masuk rumah dengan wajah tegang apalagi ketika Agung dan Nur duduk berdampingan di rumah tengah. Wajah keduanya juga tidak jauh berbeda seperti Kiran. "Duduk, Ran," pinta Nur. Wajah sedih dan bingung terlihat jelas menghiasi wajah perempuan paruh baya itu. "Ibu mau ngomong serius sama kalian berdua."Nur mulai menceritakan tentang keadaan Agus pada kedua anaknya. Reaksi yang ditampakkan Kiran dan Agung, hanya biasa saja. Entah di dalam hati seperti apa, Nur tidak pernah tahu."Ibu harap kalian mau menjenguk beliau. Umur seseorang, kita nggak pernah tahu. Bagaimana jika, ternyata ini kesempatan terakhir kita bertemu beliau," kata Nur. Membung muka agar kesedihannya tidak kentara pada kedua buah hatinya. "Apa Ibu juga akan menjenguknya jika kami melakukan perintah Ibu?" tanya Agung. Sementara Kiran, dia masih diam. Sedikit terkejut dengan keadaan lelaki paruh baya yang beberapa Minggu lalu sempat bertemu dengannya. "Mas, sudah waktunya kita memaafkan beliau.
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

49. Seperti Batu

Happy Reading****Amir menatap Farel setelah mengirimkan foto dan beberapa nasihat pada Kiran. Lelaki itu, kini menatap saudara lelaki pujaannya. "Aku sudah memberitahu keadaan Pak Agus pada Kiran. Semoga, pintu hatinya terbuka untuk datang menjenguk beliau," ucap Amir. Lelaki itu menunjukkan ponsel yang berisi foto dan chat yang dikirimkannya pada Kiran sebagai bukti bahwa dia tidak berbohong."Terima kasih, Mas. Semoga Mbak Kiran bisa luluh karena Mas Amir yang memintanya datang." Farel menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Nggak perlu sampai begini, Rel." Amir meraih tangan lelaki yang jauh lebih muda darinya dan menurunkannya. "Berdoa saja semoga di bisa luluh setelah melihat foto itu. Bagaimanapun juga Pak Agus adalah ayah kandungnya."Amir melirik arloji di pergelangan kiri, sudah hampir jam sepuluh malam. "Rel, Mas, pamit pulang, ya. Sudah malam, kalau menunggu beliau bangun, mungkin akan sangat terlambat aku pulangnya."Seperti tak rela jika lelaki yang akan menjadi
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

50. Terlihat Panik

Happy Reading***** Sarapan pagi ini, tidak seperti biasanya. Kiran dan anggota keluarga lainnya saling diam tanpa sapaan seperti biasa. Entah apa yang ada dipikiran mereka masing-masing."Bu, aku berangkat duluan," pamit Kiran setelah menyelesaikan sarapannya. "Nggak bareng sama, Mas?" Agung menoleh pada adik perempuannya. Walau menaiki motor sendiri-sendiri, tetapi dua bersaudara itu sering berangkat bersama. Melajukan motornya beriringan hingga nanti berpisah di persimpangan."Ada kerjaan yang harus aku selesaikan sebelum makan siang, Mas. Jadi, aku duluan aja, ya." Kiran menyambar tasnya, lalu mengambil tangan Nur dan menciumnya. Gadis itu jug melakukan hal sama pada Agung. "Hati-hati, nggak usah terburu-buru," peringat Agung sebelum Kiran meninggalkan rumah."Iya, Mas," jawab si gadis. Nur juga membuka suara dan memberi nasihat yang sama seperti putranya. Sepeninggal Kiran, Agung juga pamit untuk berangkat kerja. Kini, tinggallah Nur sendirian di rumah dengan segala pemikira
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status