Home / Romansa / Gadis Lugu Penakluk Bos Galak / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Chapter 21 - Chapter 30

105 Chapters

21. Makan Malam Mendebarkan

Happy Reading*****Wijananto menangkupkan tangan kanannya di atas telapak tangan sang istri. Menggelengkan kepala agar Laila tidak menuntut jawaban Kiran. Jelas saat ini, si gadis terlihat begitu ketakutan."Kalau memang ada yang nggak kamu sukai dari cara Amir memimpin di kantor cabang. Nggak masalah kamu ungkapkan semua sama Bapak," ucap Wijananto lembut disertai senyuman.Kiran masih menunduk, menimbang-nimbang apakah harus menceritakan semua keresahan hatinya tentang Amir. Namun, ketika mengingat hal yang membuatnya ketakutan bersumber pada dari dirinya sendiri. Kiran, mengurungkan niatnya. Beberapa detik kemudian, gadis itu memberanikan diri, mengangkat kepala melihat kedua orang tua Amir. "Sampai saat ini, saya belum punya keluhan dengan Pak Amir, Pak."Wijanto dan Laila tersenyum ketika si gadis mengatakan hal seperti itu."Alhamdulillah kalau Kiran nggak punya keluhan apa pun sama Amir. Ibu senang mendengarnya," sahut Laila. Begitu lega ketika gadis incaran putranya mengatak
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

22. Kiranku Sayang, Kiranku Pemarah 1

Happy Reading*****Pulang dari rumah atasannya, pikiran Kiran dipenuhi kemarahan pada sang atasan. Sama sekali tak habis pikir bagaimana Amir menceritakan tentangnya pada Wijananto dan Laila. "Kamu kenapa, Ran?" tanya Nur ketika meIihat wajah putrinya yang suram."Nggak ada apa-apa, Bu. Aku cuma capek saja," jawab Kiran tak ingin perempuan yang teIah meIahirkannya itu mengetahui segaIa permasaIahannya."KaIau gitu, istirahat sana," suruh perempuan paruh baya dengan daster batik. "SebeIum itu, kamu makan duIu, Ibu sudah siapkan makanan di meja. Masmu puIang agak maIam katanya, jadi nggak usah menunggunya.""Aku sudah makan maIam, Bu. Mau Iangsung istirahat saja." Kiran berjaIan meninggaIkan ibunya dan perempuan paruh baya itu cuma bisa menggeIengkan kepaIanya."Ibu nggak tahu apa yang terjadi padamu, Nduk. Tapi, semoga kamu bisa meIewati semua masaIah yang terjadi dengan baik," Iirih Nur mendoakan putrinya.*****Kiran berangkat ke kantor dengan tergesa-gesa bahkan sarapan pun tak se
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

23. Kiranku Sayang, Kiranku Pemarah 2

Happy Reading*****Kiran menatap benci pada lelaki yang kini terlihat begitu berharap bahwa dirinya akan menerima lamaran yang diucapkan Wijananto. Tanpa diduga, sang gadis melayangkan tamparan pada pipi kiri Amir. "Ternyata benar pikiran saya selama ini. Semua lelaki itu sama saja. Enggak akan pernah cukup dengan satu wanita."Amir kembali memegang pergelangan Kiran dengan berat. "Apa maksudmu? Jangan salah paham, Ran." Walau emosinya terpancing dengan ucapan kasar si gadis yang menuduhnya sembarangan, tetapi Amir tetap mengecilkan suaranya. Kiran melepas paksa genggaman tangan Amir. Berlari keluar ruangan dan meninggalkan kantor. Sementara Amir diam mematung. "Trauma apa yang kamu miliki di masa lalu? Mengapa sampai terucap kalimat kebencian seperti itu?" gumam Amir lirih sepeninggal Kiran. Masih dengan kebisuan dan kebingungan, Syaif datang menghampiri Amir. Menepuk pundak sahabatnya. Si bos menoleh dengan raut muka kecewa, penuh penyesalan. "Kiran kamu apain sampai marah sep
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

24. Keresahan Kiran

Happy Reading*****Menjelang tengah hari, Nur menghentikan aktifitas menjahitnya. Menengok ke kamar Kiran, ternyata gadis itu tengah meringkuk dengan memeluk boneka panda kesayangannya. Si Ibu mendekat, duduk di samping putrinya dan mengusap lembut kepala Kiran yang masih tertutup jilbab. "Ibu nggak tahu apa yang terjadi, Nak. Maafkan Ibu jika sudah membuatmu mengalami kesakitan dan trauma yang mendalam. Andai dulu Ibu bisa lebih memendam sakit itu, mungkin kamu nggak perlu ngalamin semua ini." Air mata Nur terjatuh. Hari-hari kelam di masa lalu kembali hadir. Merasakan elusan di kepala, Kiran menggerakkan bola mata walau masih belum membukanya. Rasanya sangat berat untuk membuka. Hampir seharian menangis, membuat indera penglihatannya perih ketika dibuka.Air mata Nur kembali terjatuh, beban penderitaan kedua buah hatinya adalah akibat kesalahan masa lalu. Sudah bertahun-tahun terlewat, tetapi sakit itu masih membekas pada anak-anaknya. Kiran tak tahan lagi, apalagi ketika isakan
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

25. Perdebatan Kecil

Happy Reading*****"Katakan pada Ibu, apa yang menjadi masalahnya?"Kiran terdiam, kali ini pikirannya tertuju pada Naumira. Senyum ceria bocah kecil itu telah mampu meningkatkan suasana kebahagian pada hatinya yang selama ini sering dirundung duka."Jangan terlalu banyak berpikir, Ran. Bisa jadi, apa yang kamu anggap baik ternyata malah nggak baik. Bisa jadi juga, apa yang menurutmu bermasalah seperti sekarang, ternyata malah banyak membawa kebaikan dalam hidupmu. Ucapkan Alhamdulillah atas lamarannya." Nur berdiri, mulai membereskan sisa makanan mereka tadi, sedangkan putrinya menumpuk piring kotor untuk dicuci."Jadi, Ibu setuju gitu sama lamaran orang tuanya Pak Amir?" tanya Kiran tak percaya dengan kalimat terakhir yang diucapkan Nur."Ibu nggak mengatakan setuju, ya. Cuma ngomong Alhamdulillah. Kmu sudah ada yang melamar. Kan, kamu belum ngomong apa jawabanmu." Nur berjalan ke arah tempat cucian piring.Kiran pun mengikuti langkah kaki ibunya. Berniat membantu mencuci piring d
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

26. Sok Jadi Detektif

Happy Reading*****Nur cuma bisa menggelengkan kepala ketika Kiran mengatakan keputusan finalnya. "Mau sampai kapan kamu terus menghindari setiap lelaki yang akan mendekatimu, Ran? Ibu benar-benar nggak tega lihat kamu begini," keluhnya lirih. Di tempat lain, ketika Syif sudah sampai di rumah dan telah menyelesaikan semua ritual harian setelah pulang kerja. Manajer HRD itu mulai membuka layar ponsel. Apa yang dikatakan Amir harus segera dilaksanakan. Jika tidak, lelaki bersuara keras itu pasti akan marah.Syaif mulai mencari kontak seseorang yang bisa membantunya saat ini. Setelah menemukan kontak si cewek, lelaki itu segera mengetikkan pesan."Assalamualaikum. Saya bisa nggangu waktumu sebentar nggak?" tulis seseorang yang diberi nama 'cowok menyebalkan' oleh Fitri. Gadis itu saat ini tengah berbaring santai sambil memainkan ponselnya. Semula, Fitri berniat menghubungi Kiran dan menanyakan kenapa tadi tidak masuk kerja. Namun, ketika ponselnya berbunyi dan merasa aneh dengan chat
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

27. Informan Gadungan

Happy Reading*****"Huh, dasar bos nggak tahu diri. Nggak rela banget ada anak buahnya istirahat," gerutu Syaif. Walau demikian, dia tetap mengganti pakaiannya hendak pergi menemui sahabat karibnya. Jarang-jarang seorang Amir mengajak nongkrong.Sepeluh menit kemudian, sang manajer HRD keluar dari kamar. Di ruang keluarga, Syaif bertemu dengan orang tuanya yang sedang bersantai sambil menonton tayangan favorit keduanya."Mau ke mana, Sya?" tanya perempuan yang telah melahirkan Syaif."Keluar bentar, Bun. Ada urusan penting yang nggak boleh ditunda."Kedua orang tua Syaif saling menatap. Lalu, mereka tertawa lirih. "Apa anak Bunda sedang mengejar cinta?" Perempuan paruh baya dengan daster batik itu tersenyum manis."Sepertinya, cita-cita kita menggendong cucu akan segera terwujud, Bun," tambah sang kepala keluarga."Doain saja, Yah, Bun. Tahun ini, aku pasti akan memberikan menantu sesuai harapan kalian yang dapat memproduksi cucu sebanyak-banyaknya.""Kamu kira istrimu peternakan, S
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

28. Kunjungan Pertama

Happy Reading*****Bukannya marah, tetapi Amir malah tersenyum dengan sangat manis. Benar-benar kekuatan cinta itu dahsyat, merubah segala sesuatu diluar kebiasaan insan yang terpapar.Teriakan dari Nur terdengar. "Siapa yang datang?" Kiran menoleh. Berusaha menutupi sosok Amir yang menjulang di depannya. Gadis itu benar-benar tak mengharapkan Nur mengetahui kehadiran si bos di rumah mereka."Bukan siapa-siapa, Bu," jawab Kiran, "pulang sana, ngapain juga ke sini?" usirnya, sepelan mungkin supaya Nur tidak mendengar apa yang di ucapkan. "Tapi, Ran. Aku belum masuk dan menyapa ibumu," sahut Amir. Langkah kaki Nur semakin dekat, terdengar. Kiran membuka pintu setengah, supaya perempuan paruh baya itu tidak melihat sosok si bos. "Pergilah, Pak. Saya mohon," ucap si gadis, memelas. "Ada tamu itu suruh masuk, Ran. Jangan dibiarkan di depan pintu gitu, ra ilok, Nduk (tidak pantas)." Nur mencoba tersenyum, meskipun tidak tahu siapa tamunya. Dia sudah berada tepat di belakang sang putr
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

29. Memulai Pencarian

Happy Reading*****"Kiran! Sopanlah sama tamu," bentak Nur. "Bu, aku nggak suka dia datang ke sini," teriak Kiran. "Tenang, Ran. Maaf, kalau aku nggak ngasih kabar terlebih dulu pas mau ke sini," ucap Amir, tulus."Kenapa Bapak terus menyakiti saya?" Kiran berlari sambil menahan tangis, meninggalkan Amir dan Nur di ruang tamu. Sesak di hati kian menumpuk ketika perempuan yang melahirkannya itu malah membela si bos."Maaf atas sikap Kiran, Nak. Dia anak yang baik sebenarnya, saya nggak ngerti kenapa berubah seperti itu," ucap Nur. Perempuan paruh baya itu sangat menyayangkan sikap putrinya. Walau sangat kecewa dengan Amir, Kiran tak seharusnya berbuat seperti tadi. Amir mengurungkan niat meminum teh. Dia menatap Nur dengan perasaan bersalah, hanya karena keegoisannya ingin dekat dengan Kiran. Dia membuat sang gadis bersedih dan berselisih paham dengan orang tuanya. "Semua karena kesalahan saya juga, Bu. Tolong maafkan dan maklumi sikap Kiran tadi. Saya tahu, Kiran gadis baik dan l
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

30. Kegalauan Amir

Happy Reading*****Menimbang beberapa hal dan kemungkinan yang akan terjadi jika orang itu ternyata bukanlah ayah kandung Kiran, Amir menghela napas panjang. "Mendekatimu, sama seperti ketika aku mengajukan kontrak kerja sama yang bernilai miliaran rupiah. Sudah sekali," gumam Amir. Pikirannya benar-benar dipaksa untuk mencari cara menemukan ayah kandung sang pujaan. Memejamkan mata sebentar untuk mendapat ide, beberapa menit kemudian, sebuah rencana yang terbilang nekad melintas. "Bismillah. Jika aku terlalu banyak pertimbangan, maka akan semakin sulit menemukan orang tersebut. Aku akan mengambil resiko ini. Jika memang bukan dia, maka aku akan mencoba akun lainnya," gumam si bos sendirian. Jemari Amir mulai sibuk mengetikkan pesan pribadi pada akun yang dicurigai milik ayahnya Kiran. Walau tidak tahu pasti, tetapi hati lelaki itu sangat condong pada sang pemilik akun."Assalamualaikum, apakah benar dengan Bapak Agus Sudrajat?" tulis Amir. Setelah mengirimkan pesan tersebut, lel
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status