Home / Romansa / Gadis Lugu Penakluk Bos Galak / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Chapter 11 - Chapter 20

105 Chapters

11. Berhasil

Happy Reading*****Naumira menarik pergelangan tangan Kiran, mendongakkan kepala dan berkata, "Apa benar begitu, Tante?"Penuh pengharapan supaya gadis di depannya mendukungnya, Amir mengedipkan mata beberapa kali. Kiran melihat kode yang diberikan si bos. "Iya, benar. Rara enggak perlu khawatir. Kalau memang enggak menang, bisa berusaha lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Bukankah keberhasilan itu berawal dari kegagalan. Jadi, enggak perlu patah semangat, ya." Kiran bahkan memberanikan diri mengelus puncak kepala si kecil penuh kasih sayang. "Kapan sih Papi pernah bohong sama Rara? Apa yang Rara minta, Papi pasti turuti."Naumira berbalik arah mendekati sang papi, menjulurkan kedua tangannya. Mengerti jika gadis kecilnya minta gendong, Amir pun menangkap sosok mungil tersebut dengan cepat. Mencium kembali seluruh wajahnya."Nggak usah sedih lagi, ya, Sayang. Di hati Papi, Rara tetap pemenangnya," ucap Amir."Papi emang terbaik." Naumira mengalungkan kedua tangannya pada leh
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

12. Semburat Rasa

Happy Reading*****Sejak kejadian hari itu, diam-diam Amir sering mengamati perilaku Kiran. Tiap hari, selalu ada waktu untuk mengintai si gadis dari layar CCTV. Seperti kali ini, sang putra mahkota menatap layar serius mengawasi gerak-gerik Kiran. Suara ketukan beberapa kali dari luar sama sekali tak direspon. Amir menikmati senyum sang gadis yang tengah bersenda gurau dengan Fitriya. Terkadang, senyum itu menular padanya walau tidak tahu persis apa yang membuatnya tersenyum. Di balik pintu ruangan Amir, Syaif berdiri. Menunggu sang empunya mempersilakan masuk. Tak ingin lagi kejadian beberapa waktu lalu terulang. Namun, beberapa menit menunggu, membuatnya jenuh dan kesal juga. Pelan-pelan memutar knop pintu ke bawah, memajukan kepala sedikit untuk mengetahui aktifitas sang pemilik ruangan. "Astagfirullah. Dari tadi aku ngetuk pintu nggak denger, ternyata lagi ngelamun," ucap Syaif mengagetkan si empunya ruangan. Tangan Amir reflek memencet tombol off pada remot. Takut jika sa
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

13. Merasa aneh

Happy Reading*****Kembali ke ruangan setelah melaksanakan salat Zuhur. Kiran membayangkan wajah Amir dengan segala perlakuan anehnya tadi. "Kenapa aku merasa dia sedikit berubah, ya? Apa dia sakit? Biasanya, Pak Amir akan langsung marah pas tahu ada yang salah. Jelas-jelas aku yang nabrak dia, kok, malah dia yang minta maaf duluan.""Hayo ngelamunin apa?" Fitri menyentuh pundak sahabatnya."Siapa yang melamun, sih. Aku lho mikir anggaran ini. Kira-kira disetujui enggak ya, sama pihak keuangan." Alasan yang cukup masuk akal karena Kiran saat ini sedang memegang proposal anggaran produksi baru. "Hmm, mikir kerjaan saja segitunya. Asal angkanya masuk akal dan sesuai kebutuhan produksi kita, mereka pasti menyetujui. Emang, ya, kamu ini." Fitri memilih kembali ke meja kerjanya. Mengembuskan napas dalam-dalam, Kiran menutup proposal di depannya. Memilih keluar, daripada dia terus memikirkan tentang keanehan si bos. Lebih, baik dia mencari kesibukan dengan mengecek pekerjaan karyawan
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

14. Rencana Piknik

Happy Reading***Pekerjaan Kiran hari ini terbilang cukup padat. Sejak pagi, gadis itu terjun langsung menyortir orderan yang akan dikirim ke luar pulau. Hampir-hampir tak ada waktu duduk. Tak beda jauh dengannya, Fitri juga merasakan hal sama. Deadline pengiriman semakin dekat membuat para karyawan bagian produksi bekerja ekstra. Mereka tentunya tidak mau dipotong gaji ketika ada kesalahan pada hasil produksi. Oleh karenanya, semua bekerja dengan ketelitian dan keseriusan penuh.Sementara di tempat berbeda, Amir sedang dilema. Janji mengajak Naumira piknik ke salah satu taman yang terdapat beraneka ragam satwa terancam batal. Baru saja, resepsionis mengabarkan jika tamu dari luar kota yang akan mengajak kerja sama meminta bertemu pada jam makan siang di Resto Tepi Sawah. Sementara putrinya sedang dalam perjalan ke kantor untuk menjemputnya menuju taman satwa. Mondar-mandir lelaki itu mencoba mencari solusi permasalahannya saat ini. Mencoba menghubungi klien itu, tetapi tak berhas
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

15. Bahasa Kalbu

Happy Reading ***** Indera Kiran dan Amir bertemu, keduanya diam beberapa saat, menyelami keinginan masing-masing. Si gadis ingin menolak karena tak ingin terlibat lebih jauh dengan urusan atasannya, tetapi sorot mata sang lelaki mengisyaratkan sebaliknya. Cukup lama keduanya terdiam hingga tarikan tangan untuk masuk mobil oleh si kecil terasa pada pergelangan Kiran. "Ayo masuk, Tan. Temen Papi udah jalan," pinta Naumira. Rupanya, gadis kecil itu tak sabar melihat adegan saling diam dua orang dewasa di sampingnya. Mau tak mau Kiran mengikuti ajakan bocah itu. Duduk di samping lelaki yang mati-matian dihindari. Walau enggan, Kiran harus melakukannya. Amir menoleh sebentar ke arah si gadis yang lebih banyak menunduk tersebut. "Pakai sabuk pengamannya, Ran," peringat Amir sebelum menjalankan kendaraan roda empatnya. Kiran meraih sabuk pengaman di kursinya dan menyilangkan ke depan. Melihat begitu paruhnya gadis itu, Amir menambahkan satu poin plus. Sepanjang perjalanan menu
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

16. Ulat Bulu

Happy Reading*****"Makanya, Ayah harus peka. Ayo kita ke sana!" ajak Hani pada mereka. Dia juga memanggil anak-anak untuk berhenti main. Di depan pasangan itu, Amir menggendong Naumira berjalan di belakang bersama dengan Kiran. "Pi, ngapain kita ke rumah kaca lagi?" tanya Naumira lucu. Keringat membasahi seluruh wajah padahal Kiran sudah membersihkan dengan tisu tadi. "Tantenya mau beli bunga, Sayang.""Tante Kiran mau beli bunga apa? Sekalian beliin Nenek juga, ya, Pi. 'Kan Nenek suka banget sama bunga.""Bukan Tante yang mau beli, Ra. Tuh, Tante Hani." Kiran menunjuk istri Ridho dengan mata. "Kalau kamu mau, beli aja sekalian, Ran," kata Amir sepelan mungkin, persis seperti orang berbisik. Sepertinya, lelaki itu mulai belajar memahami ketakutan karyawannya.Kiran menggeleng. Dia tetap memegang prinsip. Tak mau menerima apa pun yang diberikan seorang cowok. Katanya, supaya hal itu tidak membuat terikat.Banyak contoh yang sudah Kiran lihat. Ketika seorang perempuan menerima mau
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

17. Perkataan Asal

Happy Reading*****Pulang dari kafe tepi sawah, Kiran minta kembali ke kantor, sedangkan Amir memilih mengantarkan putrinya ke rumah. Sebenarnya, lelaki itu ingin sekali mengantar pulang Kiran karena jam kantor hampir selesai. Namun, si gadis menolak keras. Alasannya karena motor Kiran masih berada di kantor. "Terima kasih, Pak," ucap Kiran sebelum keluar mobil untuk kembali ke kantor. "Aku yang seharusnya berterima kasih. Kamu sudah banyak membantu hari ini.""Sudah kewajiban saya sebagai seorang karyawan. Membantu atasan sebisa mungkin. Saya, permisi." Kiran memutar handle pintu. Bersiap turun, tetapi Naumira memanggilnya. "Ada apa, Sayang?"Cup ...Gadis kecil itu mencium pipi Kiran. "Terima kasih, Tante Kiran. Rara bahagia banget ini. Walau nggak jadi pergi ke tempat yang sudah dijanjikan Papi, tapi Rara tetap bisa piknik apalagi ada Tante yang nemenin," ucap Naumira penuh semangat. "Sama-sama, Sayang." Kiran membalas ciuman si kecil pada puncak kepala. Dia begitu gemas deng
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

18. Pengakuan Sepihak

Happy Reading*****"Bener, Ma," ucap papinya Naumira.Laila terdiam, sejak kapan Amir memiliki seorang calon pendamping, sedangkan dekat dengan cewek saja tidak pernah kecuali Rosa. Laila menyenggol lengan putranya. "Jangan main-main dengan perkataan itu. Pernikahan bukanlah sebuah lelucon. Kamu nggak boleh sembarangan ngomong seperti itu lagi. Kalau nggak mau sama Rosa, tinggal bilang. Nggak perlu ngaku-ngaku sudah ada calon pendamping," bisik Laila meyakinkan diri sendiri bahwa yang dikatakan Amir tadi benar. Sang putra, hanya mengangguk dan tersenyum. Laila tak meneruskan pertanyaannya, biarlah nanti sampai di rumah saja. Berunding dengan sang suami terlebih dulu. Jika memang benar pengakuan putranya, maka dia akan segera melamar gadis tersebut. Masih penuh dengan ketegangan antara Rosa dan Ernanda, Laila pamit pulang terlebih dahulu. "Papanya Amir pasti udah nunggu di rumah. Aku pulang dulu, ya, Er. Maaf, bukan aku nggak mau jadiin Rosa menantu. Cuma anakku udah ada calon send
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

19. Mengorek Informasi

Happy Reading*****Laila menatap suaminya dengan aneh. "Pa, kenapa sama cewek yang disebutkan Amir tadi?" tanya untuk kedua kali."Nggak ada apa-apa sama dia, Ma. Iya, kan, Pa? tanya Amir. Wijananto mengangguk, tetapi pikirannya masih berputar-putar. Antara percaya dan tidak jika Amir menjalin hubungan dengan Kiran. "Syukur, deh. Kalau memang nggak ada apa-apa. Mama sampai berpikir negatif, melihat reaksi Papa tadi.""Iya, nih. Biasa aja kali, Pa," kata Amir menambahkan perkataan sang mama. "Masalahnya Papa tahu betul Kiran itu nggak mau deket-deket cowok. Terus kenapa kamu bilang dia calonmu? 'Kan aneh. Ya, Papa kaget. Kamu nggak sedang mengarang bebas, kan?" Wijananto duduk di sofa kamar Amir bersama sang istri, sedangkan Amir duduk di kursi kerjanya menghadap kedua orang tuanya. "Ngarang gimana, sih, Pa?" tanya Amir santai, "Kiran memang nggak mau dekat-dekat sama cowok, tapi bukan berarti dia nggak mau Deket sama aku, kan? Nyatanya, aku bisa ngomong seperti itu. Memangnya, s
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

20. Modus Baru

Happy Reading*****"Nggak usah melibatkan Rara, deh, Pa," sara Laila, "gimana kalau Papa menggunakan alasan pekerjaan saja untuk memintanya datang.""Ya, nggak bisa, Ma. Kiran, kan, susah nggak kerja sama Papa lagi. Apa nggak aneh kalau Papa memintanya dengan alasan pekerjaan." "Iya, juga, ya," timpal Laila, "dipikir nanti saja, Pa. Mama mau nyiapin makan malam dulu." Perempuan paruh baya itu meninggalkan sang suami sendirian di kamarnya.*****Kiran bekerja seperti biasanya, tidak begitu menghiraukan apa yang dilakukan Amir, meskipun sedikit aneh baginya. Namun, gadis itu mencoba bersikap biasa saja. "Ran, ayo siap-siap. Udah mau JM pulang," ucap Fitri menghentikan semua aktifitas yang dilakukan sahabatnya. "Kamu, Fit. Masih kurang lima belas menit lagi.""Halah, kamu ini. Nggak perlu terlalu rajin, kita nggak kerja di kantor pusat.""Hmm." Baru akan melanjutkan perkataannya, menjawab sang sahabat, ponsel Kiran berdering. "Siapa?" tanya Fitri, kepo."Big Father," bisik Kiran seo
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status