Home / Romansa / Gadis Lugu Penakluk Bos Galak / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Gadis Lugu Penakluk Bos Galak: Chapter 51 - Chapter 60

105 Chapters

51. Demi Kemanusiaan

Happy Reading****Melajukan motornya dengan kecepatan tidak biasa, hati Kiran diliputi rasa khawatir. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, bayangan Agus terlintas jelas. Sampai di halaman parkir rumah sakit, Kiran memasang niqob yang dibawa. Dia sudah mempersiapkan semua itu sejak tadi pagi dari rumahnya. Tak ingin siapa pun mengenali ketika menjenguk ayahnya yang terbaring sakit. Berjalan ke arah resepsionis dan menanyakan kamar orang yang dicarinya. Rasa gugup kian menyerang si gadis. "Semoga apa yang aku lakukan ini bener," doa Kiran dalam hati. Walau bagaimanapun, Agus tetap ayahnya. Sebesar apa pun kebencian, ikatan darah tidak akan pernah terputus. Mendekati ruang perawatan lelaki paruh baya tersebut, Kiran melihat sosok Amir yang tengah berbincang dengan seorang lelaki dengan perkiraan umur di bawahnya. Walau cuma sekali bertemu, gadis itu yakin jika lelaki tersebut adalah adiknya. Kiran bersembunyi di balik dinding penyangga yang tak jauh dari keduanya. Dia tidak ingi
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

52. Luluh

Happy Reading*****Kiran membuka niqob-nya, menatap sayu pada lelaki di hadapannya. "Maukah Anda menemani saya masuk menjenguknya, Pak?"Seakan mimpi di siang hari, Amir tersenyum semanis mungkin. Kebahagiaan itu tidak bisa disembunyikan lagi. "Senang hati, aku menemanimu. Ayo." Amir melepaskan cekalan tangannya pada sang pujaan. Bersama gadis yang sudah berhasil memperok-porandakan hatinya, Amir kembali masuk ke ruang perawatannya Agus. Suara Farel yang menyilakan mereka masuk, terdengar bagai ancaman bagi Kiran. "Mas Amir belum pulang?" Farel memicingkan mata, di sebelah lelaki yang sudah berpamitan tadi, ada seorang perempuan mengenakan niqob. "Siapa, Mas?" tanya Farel, aneh. Pikiran negatif tentang Amir pun mulai berkeliaran di otaknya. "Sebenarnya sudah mau pulang, tapi tadi aku bertemu dengannya di depan," ucap Amir sambil melirik gadis si sebelahnya. "Ada yang ingin ketemu beliau." Sekali lagi, Amir melirik pada Kiran. "Siapa?" Farel menatap calon kakak iparnya penasaran
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

53. Kiran Hilang

Happy Reading*****Farel melongo mendengar perkataan saudaranya. Selama ini, dia sama sekali tidak mengenal bagaimana sifat dan sikap Kiran. Jadi, ketika sang gadis berkata demikian, lelaki itu syok berat. "Mas, Mbak Kiran, kok ...?" tanya Farel pada Amir yang sedikit aneh menurutnya. Garis bibir Amir terangkat sedikit. "Udah biasa kayak gitu. Perkataannya tadi, bukti jika mbakmu itu nyimpen suatu rasa buatku," jawab si bos santai, tidak berpengaruh apa pun padanya. Tak urung Farel tertawa lebar. Bagaimana bisa lelaki di sebelahnya itu begitu ringan menyikapi kelakuan jutek Kiran. Dia pun cuma bisa menggelengkan kepala. Cinta memang bisa membutakan. "Semangatlah, Mas. Aku dukung seratus persen go to akad sama Mbak Kiran. Tidak ada lelaki yang lebih pantas mendampinginya selain Mas Amir," ucap Farel."Terima kasih. Mas, pulang dulu, ya." Amir menepuk lengan Farel. Namun, adiknya Kiran malah menariknya ke pelukan. *****Perjalanan kembali ke kantor membuat pikiran Amir selalu te
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

54. Kesedihan yang Menyakitkan

Happy Reading*****Rumah adalah tempat ternyaman meluapkan segala emosi jiwa. Sedih, bahagia dan semua rasa yang bersemayam dalam hati. Kiran masuk ke gedung berwarna putih yang telah dia tempati sejak kecil tanpa mengucap salam. Langsung berlari ke kamar dan menangis sejadi-jadinya.Dari luar kamar, Nur yang melihat perilaku putrinya, mulai mempertanyakan apa yang terjadi dengan Kiran. Niat hati ingin menjenguk sang suami, urung. Perempuan paruh baya itu lebih memilih mendekati Kiran. Nur masuk kamar putrinya perlahan karena pintu tidak dikunci oleh Kiran. Lalu, duduk di sebelah si bungsu sambil mengelus kepalanya yang masih tertutup jilbab."Ceritakan kamu kenapa, Nak?" tanya Nur sangat berhati-hati, "apa tentang bosmu itu? Belum waktunya pulang kerja, tapi kamu sudah ada di rumah."Kiran membalik tubuh yang semula tengkurap dengan ditutup bantal guling untuk meredam tangisannya. Lalu, menggelengkan kepala beberapa kali, menjawab pertanyaan Nur. Sesekali isakan itu mengeras dan N
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

55. Terungkap Penyebabnya

Happy Reading*****"Ran, ngomong, dong. Jangan cuma lihatin aku kayak gitu," desak Amir setelah Kiran terdiam dan menatapnya aneh.Seakan tersadar dari lamunannya, "Enggak perlu berlebihan sampai datang ke rumah saya, jika cuma menanyakan hal itu. Saya insya Allah baik-baik saja." Kiran membuang muka sementara Nur belum tampak di ruang tamu. Entah ke mana perempuan itu."Nggak berlebihan menurutku. Kalau aku khawatir dan menanyakan keadaanmu, itu sebagai bentuk penjagaan kepada orang yang kusayang." Amir menatap Kiran lebih tajam dari biasanya. Berusaha menyelami hati serta mengetahui reaksi si gadis ketika semua kalimat itu tulus terucapkan. Kiran mulai salah tingkah. Bohong jika dia tidak bahagia mendengar kalimat Amir. Namun, seperti yang sudah-sudah, gadis itu menunduk dan tak menjawab sampai suara Nur terdengar menyilakan bosnya untuk meminum teh yang baru saja disajikan."Terima kasih, Bu. Maaf kalau merepotkan. Sebenarnya nggak perlu seperti ini. Toh, niat saya cuma memastika
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

56. Permintaan atau Paksaan

Happy Reading *****"Pokoknya Rara nggak mau ngundang temen-temen ke acara ultah. Rara maunya cuma makan bersama keluarga, Mami Kiran juga," kata Naumira saat keluarga Wijananto tengah sarapan.Semalam, Amir memang sempat mendengar rengekan putrinya itu. Namun, dia tidak mampu berbuat apa pun karena saat ini, hubungannya dengan Kiran tidak begitu baik. Si gadis masih marah padanya. "Ya, sayang. Nanti, kakek yang ngomong langsung ke Mami Kiran. Kalau papimu yang ngomong, pasti ditolak," ucap lelaki yang sebagian rambutnya sudah berganti warna. Amir melirik papanya yang tengah tersenyum. Kentara sekali kata-kata yang terucap menyindir. Sudah tiga hari ini, dia belum bisa mengajak Kiran berbincang apalagi memintanya menjenguk Agus. Kedatangan Kiran begitu ditunggu oleh Agus. Semenjak lelaki itu membuka mata, orang yang pertama kali dicari adalah putrinya, meskipun kesadaran belum sepenuhnya pulih. Hal itulah yang menjadi pikiran Amir beberapa hari ini. "Papa nggak yakin banget sama
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

57. Makan Malam

Happy Reading*****"Ya, ini perintah," kata Amir, "perintah seorang suami yang harus dituruti oleh istrinya demi kebahagiaan anak-anak nya." Jawaban Amir sukses membuat Kiran makin emosi. Si gadis menepuk tangannya dengan keras di atas meja sehingga menimbulkan bunyi gebrakan. "Saya bukan istri Anda. Bagaimana mungkin harus menuruti semua perintah? Jangan sembarangan kalau ngomong.""Saat ini, kamu memang belum menjadi istri. Tapi, kamu adalah calon istriku. Anggap saja ini latihan ketaatan." Enteng sekali jawaban Amir yang makin membuat si gadis kesal. Kiran benar-benar tak habis pikir dengan lelaki yang berada di hadapannya ini. Dulu, sikap Amir sangat dingin, tak tersentuh oleh wanita mana pun. Namun, kini di hadapan Kiran, dia bisa berbuat dan bertindak konyol."Terserah, saya enggak bakal datang." Kiran berdiri, hendak meninggalkan Amir. Rasanya, percuma dia memberikan banyak alasan. Amir pasti akan semakin mengatakan hal yang menjengkelkan hati. "Turuti atau aku akan menculi
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

58. Agak Aneh

Happy Reading*****"Bukan begitu maksudku?" jawab putri sahabatnya Laila yang tak lain adalah Rosa."Lalu, apa maksudmu? Kamu ingin memastikan bahwa hubunganku dengannya asli atau cuma candaan, kan?" tuntut Amir. Suaranya mulai meninggi membuat suasana di ruangan Wijananto memanas."Sudah ... sudah. Nggak perlu saling adu otot gitu," ucap Laila mencegah perdebatan yang mungkin akan terjadi. "Terpenting kalian sudah tahu bahwa perkataan Amir tidak mengada-ada.""Kami sebagai orang tua, nggak mungkin memaksakan perjodohan lagi, kan. Rosa dan Amir sudah sama-sama dewasa. Lagian, cinta nggak bisa dipaksakan, kan?" tambah Wijananto. Setelah mengatakan hal tersebut, pihak keluarga Rosa tidak berani lagi memaksa Amir. Bahkan sekedar membahas hubungan lelaki itu dengan Kiran, mereka tidak berani lagi.Keluarga sahabat Laila pulang dengan wajah muram penuh kekecewaan. Sementara Kiran masih diam mematung tanpa tahu harus bertanya apa. Gadis itu memilih lebih banyak berinteraksi dengan Naumira
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

59. Amir si Tukang Perintah

Happy Reading*****Agung segera mengubah raut wajahnya. Berusaha tidak setenang mungkin di hadapan adiknya walau kini jantungnya bergemuruh hebat. "Mas, nggak sakit. Cuma sedikit capek aja. Kerjaan hari ini melelahkan sekali." Pemilik wajah yang hampir sama dengan Kiran itu tersenyum."Ibu ke mana, Mas? Tumben enggak di rumah?" Kiran mengedarkan pandangan ke segala arah. Namun, sosok Nur tak terlihat sama sekali. "Dari tadi ngucap salam, beliau nggak menjawab. Tumben, lho. Aku pulang enggak disambut sama beliau." Lelaki yang masih mengenakan seragam kerja itu mulai gusar. Jantungnya kian berdetak kencang. Jika berkata terus terang, kemungkinan besar, adiknya marah. Jika berbohong, Kiran pasti akan mengejar jawaban sampai dia puas. Agung itu sosok yang tidak pandai berbohong. Apa yang disembunyikan pasti akan diketahui Kiran nantinya."Hmm. Kayaknya keluar nganter jahitan," alibi Agung karena sudah tidak memiliki jawaban yang lebih logis lagi."Kenapa Ibu sering banget nganter hasil
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

60. Makan Malam

Happy Reading*****Mau tak mau, Kiran terpaksa menginjak kaki si bos. "Stres!" ucapnya keras. Gadia itu terlanjur kesal dengan ucapan Amir yang sembarangan. Tawa menggema seantero kantor yang sudah hampir sepi itu. "Aku stress gara-gara kamu," bisiknya di telinga si gadis. "Enggak usah macam-macam, Pak. Kalau ada yang dengar dan lihat gimana?""Nggak papa, sekalian saja sebagai pengumuman kalau kamu itu sudah diakui sebagai istriku."Kiran menahan napas, jika terus meladeni perkataan Amir. Maka, lelaki itu tidak akan pernah berhenti menggodanya. Amir berjalan mengikuti gadisnya. Sesekali membisikkan sesuatu yang membuat raut kemerahan pada pipi sang pujaan."Gimana, Sayang. Kita nikah tiga hari lagi, ya. Jangan siksa aku gini, dong, Ran.""Pak," panggil Kiran. "Makin manis kalau malu-malu gini," goda Amir. Lelaki itu makin berani saja apalagi melihat reaksi Kiran yang sangat menggemaskan. Kendaraan Amir berjalan tanpa Kiran tahu tujuannya. Gadis itu tidak berniat bertanya merek
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status