Share

63. Ragu, tetapi Mau

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-05 18:16:01

Happy Reading

*****

"Alhamdulillah," ucap Wijananto dan Laila bersamaan. Amir juga mengucapkan kata tersebut walau salam hati.

Obrolan mereka berlanjut masalah lain. Naumira lebih banyak mendominasi pembicaraan keluarga tersebut hingga Kiran tak lagi merasa canggung.

Waktu terus berlalu, Wijananto mengajak Naumira pulang. Meminta putranya untuk mengantar sang calon menantu.

"Hati-hati di jalan. Papa nggak mau sampai ada kabar jelek tentang kalian berdua," nasihat Wijananto mewanti-wanti putranya.

"Calon mantu Mama, harus selamat sampai rumah, lho, Mir," tambah Laila.

"Mi, nanti kabari Rara kalau Papi nyetirnya ngebut. Biar Rara jewer sampai rumah." Si kecil juga ikut-ikutan menasihati membuat Kiran tersenyum dan merasa sangat diinginkan oleh keluarga atasannya.

Amir mencebik, menatap anggota keluarganya bergantian. "Sebenarnya, anak kandung Papa sama Mama itu siapa? Rara juga kenapa ikut-ikutan ngasih nasihat gitu?" tanya Amir disertai lirikan penuh arti pada gadisnya.

"Biarin,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   64. Instrospeksi Diri

    Happy Reading*****"Apa, Sayang," goda si lelaki, sengaja supaya pipi Kiran makin merah dan Amir makin senang melihatnya. "Jangan aneh-aneh panggilannya. Saya masih belum menerima Bapak sepenuhnya. Kalau terus seperti ini, saya akan memberikan poin minus," ancam Kiran."Berjanjilah kamu akan menepati semua perkataanmu tadi. Jika belum ada rasa yang hadir untukku, mulailah belajar membuka hati," pinta Amir ketika mereka sudah berada di halaman rumah Kiran. Lelaki itu menatap gadis di sebelahnya dengan serius."Udah malam, Pak. Saya masuk dulu, enggak enak sama tetangga." Kiran membuka pintu dan mengeluarkan kaki kanannya. "Tunggu!" pinta Amir dengan mencekal pergelangan si gadis. "Banyak-banyak doa dan minta petunjuk. Aku menunggumu. Kalau tidur nanti, jangan lupa mimpiin aku, ya." Amir memainkan kedua alisnya, naik turun."Pulang, Pak! Udah malam, nanti khilaf bisa dicoret dari kartu keluarga Wijananto." Kiran berlari setelah mengatakannya. Jangan ditanya bagaimana keadaan jantungn

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   65. Tamu Pagi-pagi

    Happy Reading*****Setelah berpikir semalam, Kiran mencoba membuka hatinya untuk memaafkan sang Ayah. Seperti kata Agung, mungkin sudah saatnya mereka sekeluarga mulai melangkah, berusaha berdamai dengan masa lalu.Pagi ini, suasana hatinya berubah lebih plong. Kiran baru akan keluar dari kamar ketika ibunya berteriak memanggil untuk sarapan. Gegas dia berlari keluar dan menuju meja makan. Nur terlihat sibuk menyiapkan makanan dan memasukkan pada rantang ketika gadis itu sampai di meja makan. "Ibu mau ke rumah sakit sekarang?" tanya Kiran sambil berusaha membantu Nur."Iya. Numpang masmu pas berangkat kerja nanti. Ibu kasihan sama adikmu, Ran. Cukup lama dia nunggu ayahmu di rumah sakit," jelas perempuan paruh baya tersebut. Perlahan, dia sudah bisa menerima kehadiran Farel menjadi bagian keluarganya. Kiran cuma bisa menganggukkan kepala sebagai jawaban. Dia tahu persis jika Farel tidak pernah pergi dari sisi Agus selama berada di rumah sakit.Suara bel berbunyi bertepatan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   66. Godaan Menggemaskan

    Happy Reading*****Bau harum mawar menyeruak ketika Kiran membuka mobil atasannya. Gadis itu diam termenung ketika melihat sebuah buket mawar merah yang tergeletak di kursi belakang kemudi. Pikirannya sudah mengembara ke mana-mana.Amir melirik Kiran dan senyum-senyum sendiri ketika melihat arah pandang gadisnya. Lelaki itu jelas mengetahui isi pikiran Kiran saat ini. "Ayo cepet masuk! Aku ada meeting pagi ini di hotel Putri Sri Tanjung," perintah Amir ketika Kiran malah terdiam sambil melihat buket mawar tersebut.Sang gadis tersentak, sadar dari segala lamunnya tadi. Lalu, masuk dengan bibir sedikit maju. Duduk di sebelah si bos dengan gelisah. Berharap, Amir menjelaskan untuk siapa buket itu. Namun, nyatanya tak terjadi. Kiran duduk masih dengan raut kekesalan. Beberapa saat setelah melajukan kendaraannya, Amir menoleh pada gadis yang terlihat kesal. " Kamu pasti bertanya-tanya untuk siapa buket itu. Rara, tadi nyuruh aku ngasih buket mawar di belakang itu buat kamu. Ambil, gih

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   67. Ada apa dengan Kotak Bekal?

    Happy Reading*****Di rumah sakit ketika Nur baru sampai, beberapa dokter tengah memeriksa Agus. Panik menyerang apalagi melihat Farel yang duduk dengan menutup muka, terlihat frustasi. Perempuan itu mendekat, menyentuh lengan anak tirinya.Farel mendongak, menyalami Nur dengan mata berkaca-kaca. "Pagi ini kondisi Ayah memburuk, Bu. Farel nggak tahu apa sebabnya. Setelah memangil-manggil nama Mbak Kiran. Kondisi beliau drop," terangnya. "Ya Allah. Semoga keadaan ayahmu baik-baik saja," doa Nur, "sebaiknya kamu sarapan dulu. Ibu bawakan makanan." Dia memberikan rantang di tangannya pada Farel. "Terima kasih, Bu. Nanti saja Farel makan," ucap Farel. Salah satu perawat memanggil lelaki itu. "Tolong jaga emosional Ayah Anda. Kesehatannya sewaktu-waktu bisa drop seperti ini," pinta perawat, "siapa di antara kalian yang bernama Kiran?"Nur dan Farel saling pandang. "Dia putri saya, Sus. Ada apa?" tanya Nur. "Kalau bisa suruh Kiran datang ke sini. Dari tadi pasien terus mencarinya." Set

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   68. Cincin di dalam Kue

    Happy Reading*****"Ran, Halo. Halo," ucap Amir setengah berteriak. "Yah, kok malah dimatiin, sih. Aku kan belum selesai ngomongnya. Apa dia marah, ya? Apa perkataanku terlalu keras?"Berbagai pertanyaan itu bermunculan di pikiran Amir. "Apa sebaiknya aku ke rumah sakit sekarang, ya? Nyusul dia. Ah, Kiran ... Kiran. Seneng banget buat aku khawatir seperti ini."Resah, lelaki itu kembali ke parkiran, melajukan kendaraan ke arah rumah sakit. Amir memutuskan untuk mendatangi gadisnya. Bunyi perut yang menandakan rasa lapar dihiraukan begitu saja. Lelaki itu memilih meneruskan perjalanan untuk bertemu lngsung dengan gadisnya. Dia, hanya mengganjal rasa lapar dengan meminum air putih. "Kalau kamu nggak makan bekal itu bisa gagal kejutan yang aku siapkan. Kenapa nggak mau pamit, padahal kirim chat 'kan bisa biar aku nggak khawatir kayak gini." Amir menggerutu dalam perjalanan menuju rumah sakit. Mencoba sekali lagi melakukan panggilan, Kiran me-reject teleponnya. "Kok, malah di-reject,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   69. Tegang

    Happy Reading*****Tatapan marah, diberikan Kiran pada sang lelaki. "Cuma karena ini, Anda marah tadi?""Maaf," pinta Amir sambil menyatukan kedua tangannya. Senyum lelaki itu dibuat semanis mungkin. Tangan kanan Amir mulai bergerak, mengambil isi di dalam kotak yang dipegang Kiran. Lalu, memegang tangan kiri si gadis dan melepaskan cincin yang dipasangkan Naumira kemarin, menggantinya dengan yang baru. Cincin pemberian putrinya dipindahkan ke tangan kanan si gadis. Si gadis diam mematung. Semua perlakuan Amir begitu cepat hingga dia tidak sempat melayangkan protes."Kalau kemarin Papa ngomong kamu resmi jadi menantunya setelah Rara memasangkan cincin itu. Sekarang aku mengatakan, kamu resmi menjadi tunangan dan calon istriku. Cincin ini sebagai tandanya," ucap Amir.Tak ada waktu bagi Kiran untuk menolak atau mendebat ucapan Amir. Semua dilakukan dengan sangat cepat oleh sang lelaki. Tanpa diketahui, di belakang keduanya ada Agung yang mengamati tingkah mereka. Dia cuma bisa meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   70. Luka si kecil

    Happy Reading*****Setelah menutup panggilan dari Laila. Amir tampak gugup dan bingung. Memandang ke arah gadisnya dan Nur secara bergantian. Berat sekali meninggalkan Kiran dengan keadaannya sekarang. Namun, dia juga tidak bisa membiarkan putrinya sendirian di rumah sakit."Ran, aku pulang sekarang. Rara masuk rumah sakit," pamit Amir. Dia sudah membulatkan tekad, kesehatan Naumira jauh lebih penting. "Ya Allah. Kenapa sama Rara, Pak?" Kiran pun mulai ikut khawatir dengan si kecil. "Semalam keadaannya masih sangat baik. Mengapa sekarang masuk rumah sakit?""Kata Mama terserempet motor pas mau nyebrang. Aku pulang sekarang, Ran. Maaf nggak bisa nemeni.""Iya, enggak apa-apa. Bapak mendingan pulang sekarang, kasihan Rara," kata Kiran. Amir menyalami Nur dan lainnya. Lalu, berlari menuju parkiran setelah mendapat persetujuan Kiran."Rara itu siapa, Dik?" tanya Nur pada putrinya. "Rara itu gadis kecilnya Pak Amir." Kiran mengembuskan napas panjang. Kembali teringat dengan permintaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   71. Ambigu

    Happy Reading*****Memeluk putranya dengan terisak, Laila kembali mengingat kenangan menyedihkan beberapa tahun silam. "Jangan salahkan dirimu. Semua terjadi di luar rencana kita. Inilah yang disebut musibah," nasihat Laila. Mengurai pelukannya, lalu menatap putranya dengan senyum yang dipaksakan. "Oh, ya. Gimana keadaan ayahnya Kiran?" Perempuan itu sengaja mengalihkan pembahasan supaya putranya tidak terus-terusan bersedih memikirkan keadaan Naumira. Amir menghela napas panjang. Teringat jika tadi meninggalkan Kiran dengan keadaan bersedih. "Kayaknya, sakit beliau makin parah, Ma.""Lho, kok, bisa?"Mengalirlah cerita Amir tentang keadaan Agus. "Lalu, bagaimana dengan Kiran?" Laila mulai penasaran."Alhamdulillah, Kiran mulai mau membuka hati untuk memaafkan ayahnya. Cuma, pas, aku tinggal tadi. Pak Agus sempat membisikkan sesuatu yang membuat Kiran kembali menjauhinya.""Bisikan apa, Mir?"Si bos menggelengkan kepala. "Aku juga nggak tahu pastinya, Ma. Tapi, Kiran terus berkat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   79. Suami Istri

    Happy Reading*****Amir menggelengkan kepala dan tersenyum. Keluar kamar, bersegera membersihkan diri. Namun, baru saja dia menutup pintu, mata Laila sudah melotot. "Nggak usah macem-macem sama menantu Mama. Mau dapet jeweran?" kata Laila. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Khas emak-emak yang lagi memarahi anaknya. "Apa lho, Ma?" Amir mulai bingung dengan kemarahan Laila yang tiba-tiba. Perasaan, lelaki itu tidak memiliki salah apa pun pada perempuan yang telah melahirkannya.Perempuan paruh baya itu langsung menjewer salah satu telinga putranya. "Mama lihat adeganmu sama Kiran tadi. Nggak tahu dia lagi berduka main nyosor aja. Tahan sedikit lagi, memangnya nggak bisa?"Ish, Mama. Cuma gitu aja masak nggak boleh. Lagian ngapain Mama ngintip suami istri yang lagi berduaan di kamar," protes Amir"Mama nggak ngintip," elak Laila."Terus kalau nggak ngintip, kok, Thu aku sama Kiran lagi gituan."Jeweran Laila makin menjadi akibat ulah Amir sendiri. "Kamu aja yang nggak mau nutup

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   78. Status Baru

    Happy Reading*****Larangan seorang perempuan untuk tidak hadir dalam pemakaman rasanya cukup relevan. Bisa dibayangkan ketika mereka histeris, tentu akan mengganggu prosesi pemakaman seseorang. Beberapa saat setelah Kiran siuman, Amir pamit untuk turut serta memandikan jenazah sebagai pengganti istrinya.Sementara Laila dan Fitri menggantikan menemani Kiran yang masih lemah bersimbah air mata. Mereka terus menghiburnya sampai jenazah diberangkatkan ke pemakaman umum. Seberapa pun kebencian dalam diri istrinya Amir, rasa kehilangan itu jauh lebih besar apalagi mengingat detik terakhir kehidupan ayahnya. "Di saat terakhir hidupnya, beliau masih memikirkan aku dan segala kebahagiaanku. Maafkan, Kiran, Yah," rintih si gadis sambil terisak."Ikhlaskan semua, Ran. Beliau nggak akan suka dengan keadaanmu sekarang. Kalau sampai beliau tahu kamu menangis seperti ini, kasihan beliau," bisik Fitri menenangkan sahabatnya. "Benar kata Fitri, Ran. Ayahmu nggak akan tenang jika kamu terus merata

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   77. Pinta Terakhir

    Happy Reading*****Agung mengusak kepala adik perempuannya yang tertutup jilbab. "Mana mungkin, Mas, punya nomor HP-nya Pak Wijananto," jawabnya, "Beliau yang telpon, Mas. Memastikan kebenaran ucapan Amir padanya."Semua percakapan kakak beradik itu terdengar oleh Amir. Dia melangkah mendekati si gadis. Hatinya susah mantap untuk menikahi Kiran. "Ran, kamu mau mahar apa?" tanya Amir membuat Kiran dan Agung saling pandang. "Mas," panggil Kiran pada saudara sulungnya. Agung cuma bisa menggerakkan kedua bahunya ke atas. Kiran tampak berpikir, menatap pada Agung, lalu berpindah pada ibunya dan mereka cuma mengedikkan kedua bahu. "Pastinya, saya meminta perlengkapan salat, Pak. Selain itu terserah Bapak mau ngasih apa," putus Kiran pada akhirnya. "Gung, gimana tuh?" kata Amir memainkan mata pada si sulung."Apa?" kata Agung, bingung. "Ya, terserah kamulah mau ngasih mahar apa. Adikku udah pasrah, tapi jangan sembarangan juga. Kamu 'kan orang kaya masak maharnya murah. Malu-maluin aj

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   76. Bahagia, tetapi Ragu

    Happy Reading*****Agung masuk terlebih dulu ke ruang perawatan. Sementara itu, Amir mulai menghubungi keluarganya. Tidak mungkin dia mengambil keputusan yang begitu besar tanpa berunding dengan Laila dan Wijananto. Walau dirinya sendiri sudah pasti setuju dengan permintaan saudaranya Kiran.Mengambil ponsel dari saku kurtanya, Amir mulai menghubungi sang kepala keluarga."Assalamualaikum. Halo, Pa," sapa si lelaki pada Wijananto."Waalaikumussalam. Ya, Mir. Ada apa?""Pa, keluarga Kiran memintaku menikahinya sekarang. Bagaimana ini?" tanya Amir terdengar gugup di telinga Wijananto. Sebelum menjawab putranya, Wijananto menghela napas kasar. "Piye tho, Mir? Harusnya kamu seneng. Ngapain jadi galau? Kamu panik, ya?" Setelahnya, Lelaki paruh baya itu terkekehan di seberang sana. Entah apa yang lucu. Tawa Wijananto justru membuat Amir makin gugup dan panik."Amir takut, Pa," ucap papinya Naumira, "takut ini cuma mimpi seperti kejadian waktu itu. Padahal, aku sudah berharap banyak. Pas

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   75. Bukan Sekedar Kata, tapi Bukti

    Happy Reading*****Farel mendekati saudara perempuannya. Mengembuskan napas panjang, walau sedikit kecewa dengan perlakukan Amir tadi. Akan tetapi, dia tetap ingin berbaik sangka. "Mbak, kita tahu Mas Amir baik orangnya. Mungkin perempuan itu yang kelewatan. Seenaknya saja memanggil sayang padahal jelas-jelas Mas Amir marah," kata Farel. "Keraguanku enggak pernah salah, Dik. Dia orang yang kasar. Siapa pun cewek itu, enggak seharusnya dia kasar." Kiran memejamkan mata, merangkai memori pertemuan mereka pertama kali. Umpatan dan kata kasar yang terlontar dari Amir pada seluruh karyawannya. "Enggak ... Aku enggak bisa," ucap Kiran disertai gelengan. Agung memegang kedua pundak Kiran. "Dik, dengar ... dengarkan, Mas," pintanya. Kiran berhenti menggelengkan kepala, lalu menatap saudara sulungnya."Jika Amir kasar, nggak mungkin bisa merawat Naumira dengan baik. Ada saatnya dia berbuat kasar seperti tadi, Dik." Si sulung menjeda kalimatnya. Memberi ruang Kiran untuk berpikir jernih.

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   74. Gamang

    Happy Reading*****Agung menoleh pada seseorang yang memanggilnya. "Sebentar, Dik," ucapnya pada si pemanggil yang tak lain adalah Kiran.Hilang sudah kesempatan Agung mendengarkan cerita Amir tentang Naumira. Putra sulung Agus itu menepuk lengan sahabatnya. "Kita lanjutkan pembahasan tadi, setelah ini. Status anak itu sangat penting bagiku untuk meneruskan keinginan Ayah," ujar Agung lirih.Amir mengangguk. Berdiri mendekati Kiran setelah Agung masuk ruang perawatan."Gimana keadaanmu, Ran?" Amir menatap gadisnya dari ujung kepala hingga kaki. Terlihat lelah dan juga sedih."Saya baik-baik saja, Pak." Kiran melirik arlojinya. Heran juga, sepagi itu si bos sudah datang menjenguk padahal dia meminta Amir datang sebelum jam kantor. "Kamu sudah sarapan? Kita keluar nyari makan, yuk!" ajak lelaki yang menggunakan kurta warna putih di depan Kiran. "Enggak usah, Pak. Saya masih kenyang." Kiran menunduk. Amir meraih pergelangan Kiran, menuntunnya untuk duduk di bangku yang di tempati ta

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   73. Mendebarkan

    Happy Reading*****Pagi setelah salat Subuh, Amir mengetuk pintu kamar mamanya. Biasanya Laila sudah sibuk di dapur, tetapi hari ini, perempuan itu masih berdiam di kamarnya. "Ma," panggil Amir ketika ketukannya tidak direspon."Sebentar," ucap Laila dari dalam kamar. Kurang dari satu menit kemudian, perempuan paruh baya itu sudah membuka pintu. "Ada apa, Mir?""Ma, nitip Rara." Wajah Amir tampak gelisah. "Mau ke mana?""Kiran minta aku ke rumah sakit sebelum jam kerja. Katanya, Pak Agus ingin bertemu. Ada hal penting yang ingin beliau sampaikan. Tapi, aku nggak tenang nunggu sampai agak siangan. Jadi, aku mau berangkat sekarang.""Ya, sudah. Berangkat saja. Bentar lagi, Mama ke kamarmu." Laila segera menutup pintu kamar setelah putranya mengangguk. Amir kembali ke kamarnya untuk mengambil kunci mobil. Sebelum keluar, dia menciumi putrinya. Meminta maaf karena tidak bisa menemani tidurnya. Setelah berpamitan, lelaki itu langsung berangkat ke rumah sakit. Sejak semalam perasaanny

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   72. Resah karena Rindu

    Happy Reading*****"Nggak usah kaget gitu. Bukannya tadi, kamu sudah mengklaim adikku sebagai tunangan," goda Agung. "Iya, tapi tujuanku video call bukan untuk membahas masalah itu." Amir tersenyum canggung. Menggaruk-garuk kepala yang tak gatal."Lalu, apa tujuanmu video call?" tanya Agung, "Ayah, mau kalian menikah dalam waktu dekat. Lihatlah, Kiran sedang berbincang dengan beliau untuk membahas masalah ini.""Tapi adikmu belum setuju, Gung. Aku nggak mau memaksa. Aku telepon juga karena putriku yang pengen melihat wajah Kiran, bukan karena ingin menanyakan perihal lamaranku." Amir menghela napas panjang. Lengannya sudah ditarik-tarik oleh Naumira karena tak sabar ingin melihat wajah Kiran."Oke, bentar," kata Agung, "aku menunggu penjelasanmu tentang hal anak." Ponsel beralih pada Kiran setelah si sulung menyelesaikan kalimat terakhirnya. "Aku pasti akan menjelaskannya padamu. Akan ada waktunya, Gung."Wajah Kiran tampak di layar benda pipih pintar milik Amir. Gadis itu memaks

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   71. Ambigu

    Happy Reading*****Memeluk putranya dengan terisak, Laila kembali mengingat kenangan menyedihkan beberapa tahun silam. "Jangan salahkan dirimu. Semua terjadi di luar rencana kita. Inilah yang disebut musibah," nasihat Laila. Mengurai pelukannya, lalu menatap putranya dengan senyum yang dipaksakan. "Oh, ya. Gimana keadaan ayahnya Kiran?" Perempuan itu sengaja mengalihkan pembahasan supaya putranya tidak terus-terusan bersedih memikirkan keadaan Naumira. Amir menghela napas panjang. Teringat jika tadi meninggalkan Kiran dengan keadaan bersedih. "Kayaknya, sakit beliau makin parah, Ma.""Lho, kok, bisa?"Mengalirlah cerita Amir tentang keadaan Agus. "Lalu, bagaimana dengan Kiran?" Laila mulai penasaran."Alhamdulillah, Kiran mulai mau membuka hati untuk memaafkan ayahnya. Cuma, pas, aku tinggal tadi. Pak Agus sempat membisikkan sesuatu yang membuat Kiran kembali menjauhinya.""Bisikan apa, Mir?"Si bos menggelengkan kepala. "Aku juga nggak tahu pastinya, Ma. Tapi, Kiran terus berkat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status