Bak tersengat listrik, keduanya segera menarik kembali tangan mereka. Byakta bahkan mundur beberapa langkah. Wajahnya yang berkulit sawo matang memerah dengan jelas.Di sampingnya, Laras hampir saja memelotot karena terkejut. Sementara itu, Andini yang teringat dengan sikapnya yang tak terkendali kemarin, tak dapat menahan rasa malu dan hanya menunduk. Dia tidak tahu harus berkata apa.Suasana mendadak menjadi hening. Padahal hanya beberapa detik, tetapi rasanya seperti berlangsung selama berjam-jam.Akhirnya, Byakta yang memecahkan kesunyian lebih dulu. Dia berujar, "Um ... ada urusan penting yang harus aku selesaikan di militer. Aku pamit dulu." Usai berbicara, Byakta membungkuk untuk memberi hormat kepada Andini.Di sisi lain, Andini membalas hormatnya dengan sopan, lalu diam-diam mengantar kepergiannya dengan pandangan mata.Tidak disangka, Laras mendekat dan berucap sambil tersenyum jahil, "Nona, kamu lihat tadi? Telinga Tuan Byakta merah banget!"Laras terus menahan tawa. Dia tak
Read more