Semua Bab Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Bab 131 - Bab 140

334 Bab

Bab 131

Melihat Andini tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut terhadap daerah barat kota, Baskoro mulai merasa penasaran. Ke mana sebenarnya Andini ingin membawanya?Baskoro mengangguk ringan dengan senyuman mencela di bibirnya. Dia yakin Andini tidak akan bisa lepas dari kendalinya.Bagaimana mungkin seekor "buruan" yang dengan sukarela diserahkan orang tua sendiri bisa lolos dari genggamannya?Namun, yang tidak disangka oleh Baskoro adalah tempat yang dituju Andini adalah Kedai Teh Vata. Kedai itu adalah tempat mereka pernah berjanji untuk bertemu, tetapi karena surat Andini ditukar oleh Abimana, mereka akhirnya tidak pernah bertemu.Kedai teh ini memiliki dua lantai. Di tengah aula lantai satu, terdapat panggung kecil. Biasanya, ada yang membuat pertunjukan di atas sana. Hari ini, seorang pendongeng sedang tampil di atas panggung.Kisah yang diceritakan tampaknya sangat menarik, membuat para tamu yang ada di kedai teh mendengarkannya dengan saksama.Andini dan Baskoro duduk di tempat yang
Baca selengkapnya

Bab 132

Jika hal ini tersebar luas hingga diketahui oleh semua orang, Baskoro tidak akan bisa menikah dengan keluarga bangsawan seperti Keluarga Biantara ataupun Keluarga Perdana Menteri yang paling berpengaruh. Seumur hidupnya, dia tidak akan bisa kembali ke ibu kota!Ketika saat itu tiba, Baskoro juga tidak akan berniat kembali ke ibu kota lagi. Bagaimanapun, harga dirinya dan martabatnya sebagai seorang pria telah tercoreng! Kekurangan fisiknya adalah rahasia yang tidak boleh diketahui oleh siapa pun!Seluruh tubuh Baskoro bergetar hebat. Amarah yang membara ditahannya dengan sekuat mungkin. Dia tidak berani meluapkannya sedikit pun. Namun, dia tidak mengerti. "Gimana kamu bisa tahu?"Kekurangannya itu adalah rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang!Andini tidak menjawab, tetapi Baskoro segera mengingat sesuatu. "Apa dari dayang di penatu yang dipindahkan untuk melayani ibuku? Namanya ... Ambar?"Baskoro berpikir, hanya orang yang dekat dengan ibunya yang mungkin mengetahui rahas
Baca selengkapnya

Bab 133

Ucapan Dianti bukan hanya membuat Andini terkejut, tetapi juga membuat Kirana ketakutan. Kirana sangat khawatir jika Andini mengiakan, Dianti akan benar-benar dikirim ke barat kota.Makanya, sebelum Andini sempat berbicara, Kirana berkata dengan panik, "Andin, jangan dengarkan omong kosong adikmu. Dia cuma khawatir pada Ratih."Melihat Kirana begitu terburu-buru melindungi Dianti, ini sangat kontras dengan sikapnya hari ini yang membawa Andini menemui Baskoro. Sungguh konyol.Hati Andini mencelos, tetapi sudut bibirnya tetap menyunggingkan senyuman tipis. "Aku tahu. Ratih sedang memulihkan diri di paviliunku, jadi kalian nggak perlu khawatir."Begitu ucapan itu dilontarkan, Dianti menjadi semakin cemas. "Memulihkan diri? Memulihkan diri gimana? Ratih baik-baik saja, kenapa dia harus memulihkan diri? Kak, apa kamu yang melukainya?" Ucapan itu diiringi dengan tangisannya yang deras.Andini merasa sangat jengkel sehingga berucap, "Kalau kamu khawatir, ikut saja denganku. Kamu bisa melihat
Baca selengkapnya

Bab 134

Begitu mendengarnya, Dianti langsung berlutut di hadapan Kirana. "Tolong jangan, Ibu! Jangan usir Ratih! Dia nggak sengaja, dia nggak bermaksud mengatakan hal-hal itu!"Andini yang berdiri di samping hanya merasa ini sangat lucu. "Apa maksudmu? Kamu menuduh aku yang mengajari Ratih bicara seperti itu?"Dianti tertegun, air mata sudah membasahi wajahnya. Dia menggeleng, lalu memohon dengan sedih kepada Kirana, "Bukan begitu, aku ... aku nggak bermaksud begitu. Ratih masih muda dan nggak tahu apa-apa, jadi dia salah bicara. Ibu, tenang saja. Mulai sekarang aku pasti akan mengawasinya dengan baik! Kumohon, jangan usir Ratih ...."Biasanya jika Dianti menangis seperti ini, Kirana pasti langsung merasa iba dan melunak. Namun, hari ini mungkin karena ucapan Ratih yang sudah melewati batas, Kirana sama sekali tidak tergerak. Sebaliknya, dia menatap Dianti dengan curiga. "Dia cuma pelayan biasa. Kenapa kamu sampai memohon untuknya?"Untuk pertama kalinya, Kirana merasa tindakan Dianti untuk se
Baca selengkapnya

Bab 135

Adik kandung? Ratih? Andini menatap Ratih dengan bingung, pikirannya kacau karena pengakuan Dianti barusan.Kirana juga tidak berkata apa-apa, hanya tertegun dengan ekspresi penuh keterkejutan.Hanya Laras yang tidak memercayai semua ini. Dia langsung berteriak, "Nggak mungkin! Ratih sama sekali nggak mirip dengan Nona Andini! Mana mungkin mereka adik kandung?"Mungkin memang benar, pengamat selalu punya pikiran yang lebih jernih. Setelah mendengar ucapan Laras, Andini mulai memperhatikan Ratih. Kulitnya putih, sedangkan kulit Ratih gelap. Matanya besar, sedangkan mata Ratih. Bahkan hidung, bibir, dan telinga, tidak ada yang mirip.Dianti langsung menjawab, "Itu karena Ratih mirip ayahnya! Ratih mirip sekali dengan ayahnya, sementara Kakak ... Kakak lebih mirip ibunya."Ibunya? Andini menatap Dianti dengan ekspresi dingin. Ibunya adalah bidan yang membantu Kirana melahirkan, tetapi Andini sendiri belum pernah melihatnya.Dia hanya mendengar cerita bahwa Kirana saat itu jatuh saat beper
Baca selengkapnya

Bab 136

Kirana diam-diam merasa ada sesuatu yang aneh dengan kejadian ini. Namun, Dianti mulai menangis dan berteriak, "Ini semua salahku! Aku yang menipu Ayah dan Ibu! Ibu, hukum saja aku!"Setelah berkata begitu, Dianti langsung bersujud di hadapan Kirana. Mungkin karena Kirana sedang kacau, dia tidak segera membantu Dianti berdiri seperti yang biasanya dilakukan.Akibatnya, Dianti tetap dalam posisi bersujud, dengan kepala membentur lantai dan tubuh gemetar karena menangis.Melihat itu, Ratih segera berlari ke sisi Dianti dan ikut berlutut, "Nyonya, Nona melakukannya untuk melindungi hamba. Kalau Nyonya ingin marah, marah saja pada hamba! Jangan marah pada Nona!"Ratih mulai bersujud dan meneruskan, "Ini semua salah hamba! Tolong maafkan Nona!"Setiap kali berbicara, dia dkan membenturkan kepalanya hingga terdengar suara keras. Tidak lama kemudian, dahinya yang sudah terluka mulai mengeluarkan darah.Melihat pemandangan ini, hati Kirana bergetar hebat. Namun, entah kenapa, dia perlahan meno
Baca selengkapnya

Bab 137

Keesokan pagi setelah bersiap-siap, Andini duduk untuk menikmati sarapannya.Laras menghampiri untuk melayani. Senyuman cerah terus menghiasi wajahnya sejak tadi. Andini pun penasaran. "Apa yang membuatmu begitu bahagia?""Nggak ada kok!" sangkal Laras segera. Kemudian, dia melirik para pelayan yang berdiri di luar dan merendahkan suaranya. "Ratih belum makan apa-apa sejak semalam."Seperti yang sudah diduga. Andini mengangkat alisnya sedikit. "Kamu nggak kasih dia makanan?""Mana mungkin! Semua makanan enak sudah saya bawakan untuknya!" Justru karena Laras membawakan makanan yang terlalu mewah, Ratih menjadi takut untuk memakannya.Andini tersenyum dingin dan tidak memberi komentar lagi. Sebaliknya, Laras terlihat agak masam. "Apa Nona benar-benar percaya kalau Ratih adalah adik kandung Anda?"Mengenai apa yang diucapkan Dianti kemarin, Laras merasa hal itu sangat mencurigakan.Andini mengangkat bahu. "Nggak masalah, pasti ada yang menyelidikinya nanti." Kirana pasti akan mencari tahu
Baca selengkapnya

Bab 138

Tangan Andini yang diletakkan di kedua sisi tubuhnya mengepal erat tanpa sadar.Wanita yang berdiri di depannya bukan orang asing, melainkan dalang utama yang bertahun-tahun lalu mengirimnya ke penatu istana, memerintahkan para dayang untuk menindasnya selama tiga tahun penuh. Safira!Namun, sepertinya Safira tidak mengenalinya. Dengan tatapan meremehkan, Safira mengamati Andini dari atas ke bawah sebelum bertanya, "Maksudmu, aku bukan manusia?"Andini berpikir, jika Safira tidak mengenalinya, dia tidak perlu menunjukkan bahwa dia mengenali wanita itu.Sambil tersenyum ringan, Andini menjawab, "Jangan salah paham, Nona. Aku nggak bermaksud begitu. Kami pedagang, kejujuran adalah yang utama dalam bisnis."Tatapan Safira masih dipenuhi kekesalan. Dengan alis terangkat, dia bertanya lagi, "Kamu ini siapa?"Andini melangkah maju mendekati Safira, lalu mengeluarkan akta yang diberikan oleh Haira kemarin dan menyerahkannya kepada pengurus kedai. "Kemarin aku baru saja membeli kedai ini. Jadi
Baca selengkapnya

Bab 139

Tatapan Safira dipenuhi dengan kebencian yang kuat. Namun, Andini sama sekali tidak panik. Dia berlutut untuk memberikan salam, "Putri mengunjungi kedai saya secara pribadi. Saya tentu nggak berani mengungkapkan identitas Anda. Mohon dimaklumi."Secara tersirat, Andini menyatakan bahwa Safira tidak memperkenalkan identitasnya terlebih dahulu, jadi dia tidak berani langsung mengatakannya.Safira memandangnya dari atas dengan tatapan penuh penghinaan. Dia tidak mempermasalahkan Andini yang berpura-pura tidak mengenalnya, tetapi dia tidak suka dijadikan alat oleh orang lain.Dengan nada dingin, Safira berucap, "Aku pikir setelah tiga tahun di penatu istana, kamu setidaknya sudah belajar tata krama."Bukannya menunjukkan rasa takut, Andini justru bersikap tenang. Bahkan saat memberi salam pun, dia tidak menunjukkan rasa rendah diri. Sikap ini membuat Safira ingin mengirimnya kembali ke penatu istana untuk mencuci baju selama tiga tahun lagi!Andini tetap diam. Dia tahu bahwa Safira tidak m
Baca selengkapnya

Bab 140

Dianti dan Abimana juga ikut masuk. Melihat Andini terpaku di tempat, Dianti mendekatinya dan berkata, "Semua ini disiapkan oleh Kak Abi. Suka nggak?"Andini tidak tahu harus berkata apa. Hidangan yang memenuhi meja itu memang semuanya adalah makanan favoritnya. Bahkan, ada beberapa yang langsung bisa dikenali sebagai masakan dari para koki terkenal di kedai tertentu.Abimana pasti telah mengunjungi lebih dari sepuluh kedai untuk mengumpulkan semua hidangan ini. Sama seperti yang selalu dilakukan selama 15 tahun sebelumnya, Abimana selalu rela meluangkan waktu dan tenaga untuknya.Andini berpikir, jika ini adalah masa lalu, dia pasti sudah merasa sangat terharu dan gembira. Kalau saja ... masalah tiga tahun itu tidak pernah terjadi.Melihat Andini tetap diam, Dianti seperti teringat sesuatu dan berkata, "Kak Abi juga menyiapkan hadiah untukmu!"Usai berkata, Dianti mendesak Abimana untuk segera mengeluarkan hadiahnya. Abimana tampak sedikit canggung. Dengan ragu-ragu, dia mengambil seb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
34
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status