Semua Bab Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Bab 111 - Bab 120

328 Bab

Bab 111

Begitu mereka masuk ke kamar, mereka langsung melihat Andini sudah sadar.Mata Kirana langsung memerah dan dia bergegas ke sisi ranjang. Dengan air mata mengalir, dia berkata, "Kamu sudah sadar? Syukurlah, akhirnya kamu sadar ...."Sambil berbicara, air matanya terus mengalir tanpa henti.Dianti juga berdiri di samping Kirana dengan mata yang sembap. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Kakak akhirnya sadar juga. Doa-doa Ibu setiap hari nggak sia-sia. Kalau Kakak nggak sadar, aku khawatir mata Ibu akan buta karena terlalu banyak menangis."Kata-kata Dianti membuat air mata Kirana semakin deras.Andini mengerutkan alisnya dan tidak berkata apa pun. Namun, di dalam hatinya timbul rasa mual yang tak tertahankan.Andini tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menjadi begitu munafik. Yang mengirimnya menuju kematian adalah mereka. Sekarang, mereka juga yang menangisinya.Kalau orang luar melihat ini, mereka pasti akan memuji Kirana dan Dianti sebagai ibu dan adik yang penuh kasih sayang. Su
Baca selengkapnya

Bab 112

"Pelayanku nggak butuh kamu ajari! Keluar!" teriak Andini yang berbaring di tempat tidur. Gerakannya saat melempar bantal telah menarik luka di punggungnya dan membuatnya kesakitan. Suaranya yang parau memperjelas amarahnya.Mata Dianti memerah seketika. "Kak, ini semua karena pelayanmu terlalu kurang ajar. Aku melakukan ini demi kebaikanmu ....""Keluar!" teriak Andini lagi.Melihat mereka tetap tidak bergerak, tatapan Andini beralih langsung ke Kirana yang berdiri di belakang Dianti. "Apa Nyonya Kirana benar-benar ingin memaksaku mati?"Kirana seketika meneteskan air mata dan menyangkal sambil melambaikan tangannya. "Bu ... bukan .... Aku ini ibumu, mana mungkin aku mendesakmu mati ...."Wajah Andini dipenuhi kegusaran, bahkan napasnya juga ikut berpacu.Tabib keluarga yang berdiri di samping melihat keadaan itu, langsung bergegas maju dan memberi hormat pada Kirana. "Nyonya, luka Nona terlalu parah sehingga butuh waktu untuk memulihkan diri. Kalau ada yang ingin Anda bicarakan, seba
Baca selengkapnya

Bab 113

Seketika, Andini juga tidak tahu apakah dia harus masuk atau tidak. Namun tak disangka, Farida tiba-tiba muncul dari belakangnya. "Nona?" Suaranya terdengar agak terkejut."Nona sudah sembuh? Nona datang untuk jenguk Nyonya ya?" Sambil berkata demikian, Farida membawa Andini masuk. "Syukurlah! Nyonya selalu menanyakanmu setiap hari!"Andini tidak punya pilihan selain memberanikan diri dan melangkah masuk. Begitu memasuki ruangan, dari sudut matanya dia melihat beberapa sosok yang sudah sangat dikenalnya.Semua orang ternyata ada di sini. Sial!Andini mengeluh dalam hati, tetapi wajahnya tetap tenang dan tanpa ekspresi. Dengan langkah perlahan, dia maju ke depan, lalu memberi hormat Nyonya Ainun yang duduk di kursi utama. "Andini memberi salam kepada Nenek.""Oh, cepat, cepat ke sini!" Ainun mengulurkan tangannya dengan antusias.Andini berjalan mendekat dan duduk di sebelah Ainun setelah ditarik olehnya.Saat Andini berada lebih dekat, Ainun memandangnya dengan cermat. Beberapa saat ke
Baca selengkapnya

Bab 114

Rangga menatap tajam ke arah Andini, pandangannya tertuju pada keringat di dahinya. Dengan nada dingin, dia berkata, "Kami ingin membicarakan tentang pernikahanmu."Pernikahannya? Andini terkejut, lalu menatap Rangga. "Apa urusannya pernikahanku dengan Jenderal Rangga?"Mendengar hal itu, Dianti langsung tampak tidak senang. "Kak Andin, Kak Rangga cuma perhatian sama Kakak. Bisa nggak Kakak jangan seketus ini?"Suaranya tetap terdengar lembut, seolah-olah ingin menegur tetapi tidak berani. Sikapnya ini seperti ... dia takut terhadap Andini, tetapi juga ingin melindungi Rangga. Sungguh menggelikan.Andini melirik dingin ke arah Dianti sebelum kembali memandang Rangga. "Terima kasih atas perhatianmu, Jenderal Rangga. Tapi, pernikahanku nggak ada hubungannya denganmu. Kalau kamu punya waktu luang, urus saja pernikahanmu sendiri."Kata-katanya membuat wajah Rangga semakin muram. Saat itu, Abimana angkat bicara, "Apa kamu masih ingin menikahi Pangeran Baskoro?"Andini tidak menoleh ke arah
Baca selengkapnya

Bab 115

Semua itu terjadi dalam sekejap. Tidak ada yang menyangka Laras berani melakukan hal seperti itu. Sebelum Abimana dan yang lainnya merespons, Dianti telah berteriak kesakitan.Tangan Dianti yang mencengkeram lengan Andini akhirnya terlepas karena kesakitan. Pelayan Dianti, Ratih, segera maju dan menarik lengan Dianti. Begitu lengan bajunya tersingkap, terlihat jelas bekas gigitan kecil di lengan putihnya.Meskipun gigitan itu dihalangi oleh beberapa lapis kain, bekasnya terlihat sangat dalam. Hal ini menunjukkan betapa nekat Laras saat itu. Jika bukan karena cuaca yang dingin, mungkin gigitan itu bahkan akan melukai dagingnya.Ratih langsung berteriak sambil melompat ke arah Laras, "Berani sekali kamu menyakiti Nona Dianti! Akan kuhabisi kamu!"Andini hanya bisa melihat dengan mata kepala sendiri saat Ratih menyerbu Laras. Namun, Laras dengan cepat mencengkeram rambut Ratih dan menyeretnya ke samping. Keduanya terlibat dalam perkelahian sengit.Ketika Laras berhasil menjatuhkan Ratih d
Baca selengkapnya

Bab 116

Andini menatap Abimana dengan penuh kebencian. "Baiklah, kalau Tuan Abimana bersikeras, maka hari ini aku juga ingin meminta keadilan dari Keluarga Biantara!"Setelah berkata demikian, dia berbalik tanpa memedulikan Abimana lagi. Kemudian, dia melangkah menuju arah aula leluhur Keluarga Biantara.Mendengar bahwa masalah ini akan dibawa ke hadapan para leluhur Keluarga Biantara, bahkan para pelayan di sekitar langsung menyadari betapa seriusnya masalah ini.Melihat Andini bersikeras memperbesar masalah, Abimana segera mengejarnya. "Andini, aku tulus datang untuk membantumu hari ini. Jangan nggak tahu diri!"Namun, Andini mengabaikannya. Dia tetap melangkah dengan ekspresi dingin. Hanya saja, karena tubuhnya masih terluka, langkahnya jadi goyah.Abimana bisa melihat kondisinya ini, sehingga dia melembutkan nada bicaranya, "Kamu lagi nggak enak badan, aku suruh pelayan untuk bawa kamu istirahat."Setelah itu, dia memanggil beberapa pelayan laki-laki untuk mendekat. Namun, sebelum mereka s
Baca selengkapnya

Bab 117

Sebelum datang ke aula leluhur, Andini sudah bisa menduga apa yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, dia memilih untuk mengabaikan tudingan Kirana dan tatapan Adipati Kresna yang penuh amarah.Dia berjalan perlahan-lahan ke luar aula leluhur sambil menyapukan pandangan pada semua pelayan yang berdiri di dekat sana. Pada akhirnya, tatapannya jatuh pada Rangga.Melihat tatapan Rangga yang dalam, hati Andini langsung mencelos. Rasa sakit seolah-olah jantungnya disayat-sayat, merambat perlahan-lahan ke seluruh tubuhnya. Dia berharap, seandainya ada seseorang yang berdiri di depannya saat ini untuk menghadapi semua tuduhan Keluarga Biantara dan membantunya mendapatkan keadilan.Namun, jelas bahwa Rangga tidak akan pernah menjadi orang itu. Tatapan Andini membuat hati Rangga bergetar tanpa alasan yang jelas.Sebenarnya, dia sedang menunggu. Menunggu Andini untuk memohon bantuannya. Jika Andini memintanya, Rangga pasti akan buka suara untuk membelanya dan Adipati Kresna pasti akan menghormat
Baca selengkapnya

Bab 118

Ratih masih berdiri dengan penuh keyakinan. Namun, Andini tiba-tiba tertawa dingin. Dia memalingkan wajahnya ke arah Kirana. "Oh? Nona Dianti nggak tahu aku terluka? Bagaimana menurut Nyonya Kirana?"Andini telah mendengar dari Laras bahwa selama dia terbaring tak sadarkan diri beberapa hari lalu, Dianti selalu mengikuti Kirana untuk menjenguknya, bahkan pernah membantu mengganti perban pada lukanya. Bagaimana mungkin Dianti tidak tahu kondisi lukanya?Kirana tertegun dan wajahnya berubah cemas. Dia buru-buru melangkah maju. "Lukamu harus segera ditangani ulang sama tabib istana! Cepat, bantu Nona Andini kembali ke kamarnya dan panggil tabib segera!"Andini hanya merasa hatinya semakin dingin. Dia tersenyum tipis sambil menatap Kirana dengan dingin. "Di hadapan leluhur Keluarga Biantara, apakah keluarga kalian masih ingin terus menindas dengan kekuasaan?""Andini!" Adipati Kresna membentak dengan suara keras. "Jangan bicara sembarangan!" Dia tidak bisa membiarkan Andini mencemarkan nam
Baca selengkapnya

Bab 119

Andini selalu merasa bahwa Abimana sebenarnya cukup memahami dirinya. Andini pendendam dan tidak pernah lupa dengan kesalahan orang lain.Andini memang bisa menganggap tiga tahun yang kelam itu sebagai membalas utang budi Keluarga Biantara yang telah membesarkannya selama lima belas tahun. Itulah sebabnya, Andini memilih untuk tidak mempermasalahkan apa pun dan hanya ingin menghabiskan waktu dengan Ainun setelah dia kembali.Namun, utang itu dia bayar kepada Keluarga Biantara, bukan kepada Ratih.Seorang pelayan kecil seperti Ratih yang berulang kali memfitnahnya dan bahkan membuat Laras dihukum hari ini, jelas tidak akan dibiarkannya begitu saja.Bukan Andini namanya jika dia tidak menuntut keadilan hari ini!Di luar, jumlah pelayan dan pekerja yang mengintip semakin banyak. Bahkan beberapa dari mereka berasal dari Paviliun Ayana. Mendengar apa yang baru saja dikatakan Andini, suara-suara dari kerumunan mulai terdengar."Benar sekali! Hari itu, Nona Dianti nggak sengaja jatuh ke air,
Baca selengkapnya

Bab 120

Laras masih menjalani hukuman. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin Abimana membantu Ratih memohon keringanan hukuman?Namun, di luar dugaan, Andini tiba-tiba berkata, "Jarang sekali melihat hubungan majikan dan pelayan yang begitu erat. Aku juga nggak ingin bertindak terlalu kejam."Lagi pula, hanya menghukum dengan menyobek mulutnya dan mengusir Ratih dari Keluarga Biantara rasanya terlalu ringan. Sambil berbicara, Andini bahkan mengulurkan tangan untuk membantu Dianti berdiri.Melihat hal itu, mata Kirana langsung berbinar. Dia tidak menyangka Andini akan bersedia membantu Dianti berdiri. Sejenak, Kirana merasa bahwa mungkin suatu hari nanti, Andini dan Dianti bisa hidup rukun sebagai saudara.Dianti yang masih terisak, berusaha untuk mengucapkan terima kasih pada Andini. Namun, ketika melihat senyuman di sudut bibir Andini, dia merasakan hawa dingin yang menjalar hingga ke tulang.Kata-kata terima kasih yang hendak diucapkan pun langsung tertahan di tenggorokan.Lalu, terde
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
33
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status