Semua Bab Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati: Bab 121 - Bab 130

334 Bab

Bab 121

Andini merasa agak terkejut. Dianti telah meninggalkan tempat itu, lalu kenapa Rangga tidak mengejarnya? Untuk apa dia berdiri di luar aula leluhur?Mau menunggunya? Apakah ada sesuatu yang ingin dikatakan Rangga padanya?Namun, Andini malah tidak ingin berbicara sepatah kata pun dengan pria itu. Oleh karena itu, dia berpura-pura tidak melihat Rangga dan berjalan melewatinya.Hanya saja, saat melewati sisi Rangga, suara Rangga yang dingin terdengar di telinga Andini. "Nona Andini ingin sekali jadi putri ya?" Suaranya yang rendah menyiratkan sindiran.Langkah Andini sedikit terhenti, tetapi dia tidak menoleh untuk melihat Rangga. Dia hanya menjawab dengan tenang, "Menurut Jenderal Rangga, kalau aku jadi putri, apakah aku masih harus menjalani hari-hari sulit seperti ini?"Bahkan untuk menghadapi seorang pelayan kecil saja, dia harus menghabiskan seluruh energinya.Rangga tidak menjawab dan Andini juga tidak menunggunya untuk berbicara. Dia langsung pergi tanpa menoleh. Pasalnya, mereka
Baca selengkapnya

Bab 122

Namun, Abimana langsung mengibaskan tangannya. "Aku nggak peduli! Aku nggak akan biarkan dia ikut Pangeran Baskoro ke Kota Gatra!"Begitu tiba di Kota Gatra, bukankah Baskoro akan semakin tidak terkendalikan? Dia takut pada saat itu, jika Andini benar-benar dipukuli sampai mati, dia baru akan mendengar kabar itu tiga atau lima bulan kemudian!Mengingat saat Andini kembali dengan tubuh penuh luka hari itu, hati Abimana terasa sangat perih. Namun, memikirkan sikap keras kepala Andini yang bersikeras ingin menikah dengan Baskoro, dia merasa sangat marah!Abimana langsung menenggak habis araknya untuk mencoba meredam amarah di hatinya. Namun, suara Rangga terdengar di telinganya, "Kalau dia nggak menikah sama Pangeran Baskoro, lalu mau nikah sama siapa?"Abimana melotot padanya, "Dia nikah sama siapa itu bukan urusanmu! Menikah sama siapa saja lebih baik daripada menikah sama Pangeran Baskoro! Bahkan kalau jadi selir sekalipun, itu masih lebih baik daripada dipukuli sampai mati!"Gerakan t
Baca selengkapnya

Bab 123

Dengan tatapan yang tenang, gerakan tangan Rangga yang memegang cawan itu terhenti seketika. Namun, suaranya terdengar sangat kejam. "Itu kejahatan besar yang bisa buat semua keluargaku dihukum mati. Abi, jangan bercanda soal itu."Mendengar itu, Abimana mulai merasa ragu dan menatap Rangga dengan penuh curiga. Dugaannya tadi memang terlalu ekstrem.Jika Rangga benar-benar berencana membunuh Baskoro, itu berarti dia mempertaruhkan seluruh Keluarga Maheswara. Namun, demi Andini, apakah itu sepadan?Abimana jelas merasa itu tidak sepadan. Dia juga tidak percaya Rangga akan mengambil risiko sebesar itu. Namun, ekspresi Rangga yang terlihat begitu tenang dan sulit diterka membuat Abimana mulai berpikir macam-macam.Abimana juga tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa menebak isi pikiran Rangga jika Rangga tidak menjelaskannya secara langsung.Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Dengan dahi yang sedikit berkerut, dia berkata, "Rencana ini memang bagus, tapi
Baca selengkapnya

Bab 124

Rangga menatap Abimana dengan tatapan tajam. Abimana tiba-tiba menyadari maksud tersembunyinya. Tidak semua hal harus benar-benar terjadi untuk dianggap nyata. Selama orang lain percaya bahwa itu benar, maka tujuannya sudah tercapai.Abimana merasa bulu kuduknya merinding, lalu menghela napas panjang sambil menatap Rangga dengan sedikit kesal. "Setelah beberapa tahun di medan perang, kamu ternyata semakin licik!"Rangga hanya menganggapnya sebagai pujian, sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman dingin. Namun, Abimana menghela napas panjang. "Tapi kalau ini benar-benar terjadi, Andini mungkin akan membenciku seumur hidupnya."Sampai sekarang saja, Andini tidak mau memanggilnya Kakak. Kalau nanti benar-benar harus menikah dengan Kalingga, mungkin Andini akan memandangnya sebagai musuh selama sisa hidupnya.Rangga menunduk sedikit, lalu tersenyum tipis. "Cepat atau lambat, dia akan tahu bahwa semua ini demi kebaikannya."Mendengar ucapannya, Abimana hanya mendengus dingin. "Gadis itu
Baca selengkapnya

Bab 125

Namun, tentu saja Ratih tidak akan semudah itu dibawa oleh Laras. Dianti begitu protektif terhadap Ratih, ditambah lagi dia tahu jelas apa yang akan dilakukan Andini jika Ratih dibawa ke Paviliun Anaya. Jadi, mana mungkin dia akan membiarkan Ratih pergi semudah itu?Saat Andini keluar dari halaman Ainun dan melihat wajah muram Laras, dia bisa menebak apa yang telah terjadi."Nona …." Baru saja hendak mengadu, Laras telah dihentikan oleh Andini. "Ayo, kita ke Paviliun Persik."Sambil berbicara, mereka bergegas ke arah Paviliun Persik.Laras segera mengikuti dari belakang. "Nona benar-benar ingin pergi ke Paviliun Persik? Kalau Tuan dan Nyonya tahu ....""Biarkan mereka tahu." Andini mengangkat dagunya sedikit dengan senyuman tipis di sudut bibirnya. "Bahkan lebih baik lagi kalau Abimana juga tahu."Mendengar hal itu, Laras tampak bingung. Dia tidak mengerti maksud Andini, tetapi tetap memberi isyarat kepada beberapa pelayan lain untuk menyampaikan kabar bahwa Andini pergi ke Paviliun Pe
Baca selengkapnya

Bab 126

"Nyonya, Nona Dianti tiba-tiba demam. Aku takut kamu tertular, lebih baik jangan dekat-dekat."Jika terlalu dekat, segalanya lebih mudah terbongkar.Mendengar itu, Kirana langsung menghentikan langkahnya dan memandang dari kejauhan. "Gimana bisa tiba-tiba sakit seperti itu?"Ratih tidak menjawab, sementara Dianti yang berbaring di tempat tidur masih pura-pura tidur tanpa berkata apa-apa.Hanya Andini yang menenangkan dengan lembut, "Jangan khawatir, Nyonya. Tabib kediaman akan segera datang."Mendengar bahwa tabib akan datang, Ratih langsung terlihat tegang, tetapi dia tetap menunduk tanpa berkata apa-apa.Sementara itu, Abimana mengalihkan perhatiannya kepada Andini. "Kenapa kamu kelihatan peduli sekali?" Ini sangat tidak biasa.Andini tersenyum. "Aku bukan datang untuk memberi perhatian, tapi untuk menepati janji yang dibuat di aula leluhur. Dianti sendiri yang bilang aku bisa membawa Ratih kapan pun kalau aku ingin menghukumnya. Itu sebabnya, aku kemari."Mendengar itu, wajah Abiman
Baca selengkapnya

Bab 127

Begitu mendengarnya, Dianti hanya bisa tertegun di tempat. Dia menatap Andini dengan kaget, panik, gelisah, dan ... takut?Andini tidak mengerti. Dia hanya menanyakan identitas seorang pelayan, kenapa Dianti sampai menunjukkan ekspresi ketakutan? Bahkan, dia lupa menangis dan hanya diam tertegun tanpa berkata apa pun.Di sisi lain, Abimana tidak tahan lagi. Dia maju, lalu mendorong Andini dan membungkuk untuk membantu Dianti berdiri. "Ratih tumbuh bersama Dian. Mereka seperti saudara. Kamu pikir semua orang sekejam dirimu?"Kirana ikut berkata, "Andin, Ibu tahu kamu pasti khawatir ada orang jahat di sekitar adikmu. Tapi, tenang saja. Saat Dian dibawa kemari, kami sudah menyelidiki semua. Ratih adalah putri tetangga dari orang tua kandungmu, jadi hubungannya dengan Dianti memang sangat dekat."Kirana sengaja menyebutkan orang tua kandung Andini, entah untuk menjelaskan bahwa identitas Ratih bersih atau untuk mempermalukan Andini.Namun, itu tidak penting bagi Andini. Dia tidak peduli pa
Baca selengkapnya

Bab 128

Baru saja melewati jembatan batu, Laras langsung menendang bagian belakang lutut Ratih dengan satu kaki dan membentak, "Berlutut!"Seorang pelayan yang sigap segera membawakan kursi untuk Andini. Andini duduk di kursi itu, lalu Laras menyodorkan secangkir teh panas. Andini menerimanya dan memegang penutup cangkir dengan ringan, menyisihkan daun teh yang mengapung di atas permukaan air dengan santai.Bunyi jernih dari penutup cangkir yang menyentuh tepi cangkir terdengar begitu tajam, seolah-olah menjadi pisau yang menusuk hati Ratih berulang kali.Ratih yang sedang berlutut di sana mulai gemetaran, tidak lagi terlihat keberanian atau ketegasan seperti saat dia memfitnah Andini tiga tahun lalu.Setelah menyeruput teh, Andini tersenyum tipis. "Apa kamu pernah membayangkan suatu hari kamu akan jatuh ke tanganku?"Pertanyaan itu seolah-olah menyentuh tombol tersembunyi di dalam diri Ratih. Dia langsung merangkak maju dengan berlutut, memegang pergelangan kaki Andini, dan memohon ampun."Ma
Baca selengkapnya

Bab 129

Keesokan hari, Andini menemani Kirana ke istana. Haira sudah menunggu sejak pagi.Begitu melihat Andini, Haira segera menyambutnya dengan mata berkaca-kaca. "Andin, akhirnya kamu datang! Aku kira kamu nggak ingin bertemu denganku lagi!""Itu nggak mungkin terjadi," jawab Andini dengan lembut, seolah-olah tidak ada masalah yang terjadi.Haira tampak sangat gembira, bahkan melirik Kirana dengan penuh rasa syukur. Kirana pun berkata, "Sudah saya bilang, Andin nggak pernah menyimpan dendam atas kejadian itu. Anda tetap saja khawatir."Mendengar ini, Haira mengangguk berkali-kali. "Benar, aku memang nggak nyangka Andin sebaik ini. Eh, ayo kita masuk dulu!"Haira menggandeng Andini masuk ke ruangan. Namun, begitu melangkah masuk, Andini langsung berhenti. Ini karena ada seseorang yang sedang berlutut di dalam. Dari siluetnya saja, Andini sudah tahu itu adalah Baskoro.Melihat ekspresi Andini berubah, Haira segera menenangkannya, "Anak ini benar-benar kurang ajar. Hari ini, aku akan menghukum
Baca selengkapnya

Bab 130

Tatapan Baskoro sebelumnya jelas menunjukkan bahwa dia ingin sekali menghajar Andini hingga babak belur, sekarat, dan tak berdaya!Melihat Andini diam saja, Haira kembali kebingungan. Setelah berpikir sejenak, dia memberi isyarat kepada kepala dayangnya.Kepala dayang itu mengangguk paham, segera memimpin para dayang dan kasim keluar. Kini, di dalam ruangan hanya tersisa Haira, Kirana, dan Andini.Kirana bertanya dengan penasaran, "Selir Agung, apa yang Anda lakukan ...."Sebelum dia selesai berbicara, Haira menepuk lembut tangan Andini dan berkata pelan, "Tunggu sebentar."Setelah itu, Haira bangkit dan masuk ke ruang dalam. Tidak lama kemudian, dia kembali dengan membawa selembar akta tanah."Ini adalah properti yang kubeli di luar istana, sebuah kedai baju. Simpan baik-baik," ucap Haira sambil menyerahkan akta itu kepada Andini.Andini tampak terkejut. Sebenarnya, tujuan utamanya hari ini adalah untuk berurusan dengan Baskoro, bukan untuk menerima apa pun dari Haira.Kirana juga san
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
34
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status