"Diam!" Adipati Kresna tiba-tiba membentak dengan keras. Dadanya naik-turun karena emosi, tetapi matanya tetap menatap lantai dan tidak berani melihat ke arah Andini sama sekali.Meskipun Abimana mabuk berat, dia bisa melihat bahwa ayahnya benar-benar marah. Oleh karena itu, dia tidak berani bersuara lagi. Namun, tatapan matanya tetap siaga menatap Andini dengan penuh waspada.Andini yang sudah tidak bisa berdiri dengan stabil, mulai kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya bergoyang dan hampir terjatuh lagi. Tiba-tiba, dia sangat merindukan Laras. Setidaknya, jika Laras ada di sini, dia pasti akan membelanya dan melawan siapa pun demi dirinya.Andini merasa pusing dan lututnya melemah. Dia hampir jatuh ke tanah lagi. Namun, pelayan senior di sisi Kirana dengan sigap menangkapnya.Begitu merasakan kelembapan yang hangat di tangannya, pelayan itu langsung meneteskan air mata. Suaranya bergetar diselimuti tangisan, "Tuan, Nyonya, Nona Andini penuh dengan luka!"Penuh luka? Kata-kata itu menu
Read more