Share

Bab 102

Penulis: Zaina Aulia
Justru karena tidak bisa mengambil nyawanya, Baskoro baru menggunakan nenek Andini untuk mengancamnya agar tidak berbicara sembarangan!

Andini menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Kalau Pangeran nggak mau membunuhku, berarti aku nggak punya alasan untuk takut."

Andini tidak melihat alat penyiksaan apa pun di ruangan ini. Satu-satunya "alat penyiksaan" hanyalah cambuk di tangan Baskoro.

Selama tiga tahun di penatu istana, tidak terhitung lagi berapa kali dia menerima cambukan. Jika Andini bisa bertahan selama tiga tahun itu, berarti dia juga pasti bisa bertahan hari ini.

Melihat keberaniannya yang seolah-olah tidak takut mati, rasa antusias Baskoro hampir tak bisa lagi disembunyikan. Dia berdiri perlahan, lalu berjalan mendekati Andini. "Aku sudah bilang sebelumnya, aku paling suka melihatmu seperti ini."

Sambil berbicara, Baskoro mengulurkan tangan untuk menyibakkan rambut di dekat telinga Andini ke belakang, persis seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya di istana.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Evi Yulianti
lha ya to,, lagi2 kalau tentang yang tidak mengenakkan Dianti nggak pernah mau ngomong,, Memang orang ini,, k*r**g *j**,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 103

    Hari sudah tidak pagi lagi.Andini perlahan-lahan sadar dari pingsannya dan terbaring di lantai dingin. Saat melihat beberapa lilin di dinding yang hampir habis terbakar, dia tahu waktu sudah berlalu cukup lama. Namun, berapa lama tepatnya, dia tidak tahu.Yang dia tahu hanyalah Baskoro memukulinya dengan cambuk berkali-kali. Pukulan itu baru berhenti ketika Baskoro kehabisan tenaga. Dia bahkan masih bisa mengingat tawa puas yang terdengar saat Baskoro meninggalkan ruangan itu ....Tawa itu seperti suara iblis yang tertawa setelah melampiaskan kekejamannya.Punggungnya terasa seperti terbakar. Dia tidak berani bergerak. Darah yang mengalir dari lukanya telah menempel pada pakaian yang robek. Setiap gerakan kecil menyebabkan rasa sakit yang menyayat hati.Sakit sekali .... Benar-benar sakit sekali! Rasa sakit ini jauh lebih parah dibandingkan pukulan dari pelayan senior di tempat pencucian pakaian dulu.Namun, Baskoro tampaknya sangat terampil. Dia memastikan bahwa wajah dan tangannya s

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 104

    Aroma alkohol yang menyengat hampir membuat Andini pingsan. Namun, rasa sakit yang menusuk di punggungnya membuatnya tetap sadar.Dianti mengejar dari belakang Abimana dan berusaha menenangkan, "Kak, jangan marah. Kak Andin hari ini pergi bermain sama Pangeran Baskoro, makanya pulangnya terlambat. Demi menghormati Pangeran Baskoro, jangan persulit Kakak lagi.""Demi Pangeran Baskoro?" Abimana tertawa dingin. "Ya, aku memang harus hormat pada Pangeran Baskoro. Lihat saja, dia baik sekali padamu sampai-sampai mengajakmu bermain di danau! Kalau menurutku, orang sepertimu lebih baik langsung dibawa ke barat kota!"Ekspresi Andini yang semula datar, mendadak berubah penuh keterkejutan mendengar kata-kata Abimana."Kamu ... tahu tentang barat kota?" Akhirnya dia membuka suara. Meski tenggorokannya yang serak membuat Abimana tertegun, bahkan alkohol dalam tubuhnya terasa sedikit memudar.Abimana menatap Andini, matanya menunjukkan tanda-tanda menyelidik, sebelum akhirnya pandangannya jatuh pa

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 105

    Adipati Kresna tercekat mendengar pertanyaan Andini dan tidak mampu memberikan jawaban apa pun.Namun, Kirana yang mendengar keributan itu segera datang dengan tergesa-gesa. Dia membantu Andini bangkit sambil menenangkannya dengan suara lembut."Andin, jangan khawatir. Bagaimanapun, ayahmu adalah seorang Adipati. Selain itu, Selir Agung Haira adalah sahabat Ibu. Pangeran Baskoro nggak akan berani ...."Kalimat terakhirnya terhenti. Kirana tiba-tiba merasakan sesuatu yang basah dan hangat di telapak tangannya. Dia menundukkan kepala dan melihat tangannya sudah penuh dengan darah segar.Matanya membelalak karena kaget, wajahnya berubah pucat, dan dia tanpa sadar mundur beberapa langkah. Semua orang di sana tertegun hingga tidak mampu berkata-kata.Hanya Andini yang tetap berdiri di tempatnya. Matanya yang dingin menyapu wajah mereka satu per satu, merekam ekspresi setiap orang. Senyum sinis muncul di sudut bibirnya. "Jadi, Nyonya Kirana, kamu juga tahu ....""Jadi, kalian semua tahu. Han

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 106

    "Diam!" Adipati Kresna tiba-tiba membentak dengan keras. Dadanya naik-turun karena emosi, tetapi matanya tetap menatap lantai dan tidak berani melihat ke arah Andini sama sekali.Meskipun Abimana mabuk berat, dia bisa melihat bahwa ayahnya benar-benar marah. Oleh karena itu, dia tidak berani bersuara lagi. Namun, tatapan matanya tetap siaga menatap Andini dengan penuh waspada.Andini yang sudah tidak bisa berdiri dengan stabil, mulai kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya bergoyang dan hampir terjatuh lagi. Tiba-tiba, dia sangat merindukan Laras. Setidaknya, jika Laras ada di sini, dia pasti akan membelanya dan melawan siapa pun demi dirinya.Andini merasa pusing dan lututnya melemah. Dia hampir jatuh ke tanah lagi. Namun, pelayan senior di sisi Kirana dengan sigap menangkapnya.Begitu merasakan kelembapan yang hangat di tangannya, pelayan itu langsung meneteskan air mata. Suaranya bergetar diselimuti tangisan, "Tuan, Nyonya, Nona Andini penuh dengan luka!"Penuh luka? Kata-kata itu menu

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 107

    Abimana menerobos masuk ke kediaman Baskoro dengan sebilah pedang di tangan.Melihatnya datang dengan penuh amarah, para pengawal Baskoro segera mengepungnya. Namun, karena menghormati statusnya, mereka hanya mencoba menenangkannya. "Tuan Muda, tidak perlu sekasar ini. Kalau ada masalah, bisa dibicarakan baik-baik.""Jangan banyak omong!" Abimana berteriak marah sambil mengayunkan pedangnya sehingga membuat para pengawal mundur beberapa langkah. "Panggil Baskoro keluar!"Mendengar Abimana menyebut nama itu secara langsung, para pengawal merasa terkejut. Dalam hati mereka berpikir bahwa Abimana ini benar-benar tidak takut mati.Namun, kepala pelayan Baskoro tiba-tiba muncul di belakang para pengawal. Dia membungkuk hormat kepada Abimana dan berkata, "Tuan, Pangeran mempersilakan Anda masuk."Para pengawal saling bertukar pandang dengan bingung, tetapi akhirnya mereka menyingkir untuk membuka jalan. Mata Abimana yang merah melirik kepala pelayan itu dengan dingin sebelum melangkah dengan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 108

    Para pengawal hanya bisa menuruti perintah Baskoro dan mundur. Sementara itu, Rangga berhasil merebut pedang dari tangan Abimana.Abimana yang dipenuhi kemarahan berteriak, "Kenapa kamu menghentikanku? Kamu tahu apa yang sudah dilakukan bajingan ini pada Andini?! Apa kamu tahu dia memukulinya sampai seperti itu?!"Rangga tidak menjawab. Dia memang belum melihat luka-luka Andini, tetapi dia mendengar dari Dianti bahwa Andini baru saja kembali dari barat kota.Tatapan Rangga berubah dingin, matanya dipenuhi niat membunuh saat dia menatap Baskoro. Seluruh tubuhnya memancarkan aura yang begitu mengancam.Melihat hal itu, Baskoro berpikir bahwa Rangga mungkin ingin mencincangnya hidup-hidup. Namun, dia tahu Rangga adalah orang yang lebih rasional daripada Abimana.Rangga paham bahwa meskipun dirinya kini sangat dihormati oleh Kaisar, membunuh seorang pangeran hanya akan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri.Baskoro tersenyum puas. Dia mengangkat alis dengan penuh rasa bangga, lalu berbal

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 109

    Ekspresi dan kata-kata Baskoro membuat Abimana terkejut hingga kehabisan kata-kata.Sejalan? Dia dan Baskoro? Mana mungkin!Dengan penuh amarah, Abimana melayangkan tinju lainnya, kali ini dengan kekuatan penuh. "Kamu ngomong apaan?! Aku nggak mungkin sama dengan bajingan sepertimu!""Kamu tahu berapa banyak darah gadis tak bersalah yang mengotori tanganmu?! Kuperingatkan kamu, berdoalah agar Andini baik-baik saja hari ini. Kalau nggak, aku akan menyeretmu bersamaku ke neraka meski harus mempertaruhkan nyawaku!"Sambil memiringkan kepala, Baskoro mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Kali ini, senyumnya perlahan memudar, digantikan oleh ekspresi dingin dan gelap.Dia menatap Abimana, alisnya terangkat sedikit, dan berkata dengan nada mengejek, "Tuan Abimana, kamu benar-benar mulia. Kamu ini kakak yang paling baik di dunia, bukan?""Kalau begitu, kenapa kamu nggak ceritakan bagaimana kamu mengirim Andini ke penatu istana dengan tanganmu sendiri tiga tahun lalu?" Kata-kata it

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 110

    "Nona sudah sadar?" tanyanya dengan suara yang hampir menangis.Laras menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Dia buru-buru berdiri. "Saya akan memanggil tabib keluarga .... Oh, tidak, ada obat. Saya akan mengambilkan obat untuk Nona .... Tidak, saya tetap harus memanggil tabib dulu ...."Dia terlihat sangat panik, hingga tidak tahu harus melakukan apa terlebih dahulu.Melihat Laras yang begitu cemas, hati Andini terasa perih. Mengabaikan rasa sakit yang tajam di punggungnya, dia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Laras. "Jangan lakukan apa pun dulu. Temani aku di sini sebentar."Andini sangat membutuhkan seseorang yang benar-benar bisa menemaninya dengan tulus.Suara Andini yang kering dan serak membuat Laras tak bisa lagi menahan tangisnya. Dia langsung berlutut di tepi ranjang dan menggenggam erat tangan Andini."Baik, saya akan menemani Nona! Saya akan selalu menemani Nona mulai sekarang. Saya tidak akan pernah membiarkan Nona sendirian lagi!"Rasa bersalah

Bab terbaru

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 554

    Keesokan hari saat Andini bangun, sosok Surya sudah tak terlihat. Sementara itu, Endah tengah sibuk di dapur.Dengan kaki yang masih pincang, Andini berjalan ke ambang pintu, menatap Endah dengan heran, "Bibi Endah, kok hari ini bangunnya pagi sekali?"Matahari bahkan belum sepenuhnya terbit!Endah menyiapkan air untuk Andini mencuci muka, lalu menjawab, "Arjuna sudah pergi ke gunung sejak fajar bersama Anom. Aku hari ini nggak ada pekerjaan di ladang, jadi mampir ke sini untuk bantu-bantu sebentar."Saat berbicara, sudut bibir Endah menyiratkan senyuman kecil.Mengingat kejadian kemarin, Andini pun merasa perlu meminta maaf. "Maaf ya, Bi Endah. Kemarin aku asal bicara cuma untuk menakut-nakuti Anom."Endah buru-buru mengangguk. "Iya, aku tahu. Anak bandel itu memang perlu ditakut-takuti! Setelah pulang kemarin, dia nangis-nangis sambil janji nggak akan berjudi lagi.""Pagi ini juga semangat banget bangunnya. Kalau dia bisa meninggalkan kebiasaan buruk itu, lalu ikut Arjuna berburu, it

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 553

    Rangga pernah menculik Andini dan akhirnya membuat Andini terjatuh ke Sungai Mentari. Dendam itu masih terus disimpan Laras di dalam hati sampai sekarang.Meskipun statusnya hanyalah seorang pelayan biasa dan tak bisa berbuat apa-apa pada Rangga, jangan harap dia bersedia mengikuti Rangga!Selesai bicara, Laras pun membalikkan badan dan melangkah ke arah Kalingga. Kalingga masih tidak mengatakan apa-apa. Setelah mendengar kata-kata Laras barusan, seulas senyuman tipis tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.Senyuman ringan itu, sekalipun sangat tipis, tetap menyakitkan mata Rangga. Dia tidak mengerti. Kenapa Andini tidak mau bersamanya, bahkan pelayannya pun menolaknya?Rangga sontak melangkah maju, hendak menarik tangan Laras. Namun, baru satu langkah diambil, terdengar suara Kalingga yang datar. "Rangga."Hanya satu panggilan pelan, tetapi makna ancamannya sangat jelas. Apabila Rangga benar-benar menahan Laras, Kalingga pasti akan bertindak.Rangga pun berhenti. Aura yang dipancarkan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 552

    Jabal mencari tiga kuda terbaik dari kediaman dan berangkat malam itu juga menuju lokasi yang berjarak lebih dari 50 kilometer.Perjalanan tidak sepenuhnya mulus. Mayat perempuan itu ditemukan di sebuah desa kecil. Ketika mereka tiba, matahari sudah bersinar terik.Di luar desa, anak buah mereka sudah menunggu. Begitu turun dari kuda, Kalingga segera masuk ke desa. "Di mana?""Masih di tepi sungai," kata anak buah itu sambil menurunkan suaranya. "Jenderal Rangga juga ada di sana."Mendengar itu, Kalingga sempat tercengang sejenak. Dia mengikuti arah yang ditunjuk. Benar saja, di tepi sungai tak jauh dari sana, terlihat Rangga sedang membuka kain putih penutup mayat. Wajahnya memperlihatkan ekspresi jijik.Melihat itu, Kalingga merasa lega. Dari ekspresi Rangga, seharusnya itu bukan Andini. Namun, detik berikutnya, hatinya kembali diliputi amarah. Informasi itu datang dari bawahannya sendiri, kenapa Rangga bisa lebih dulu sampai di sini?Di belakang, Laras yang melihat mayat tertutup ka

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 551

    Tingkah mereka yang berpura-pura mabuk tadi memang tak terlihat mencurigakan. Namun, akting setelah mereka "sadar" barusan sungguh buruk. Beberapa dari mereka bahkan langsung terbangun, padahal tidak disiram.Andini mengernyit pelan saat memikirkan hal ini, lalu secara refleks menoleh ke arah jendela. Di sana, dia melihat sosok tinggi besar itu berjalan ke arah barat, menuju ke bawah atap.Dia tak ingin berpikiran buruk tentang orang lain, tetapi saat itu di halaman hanya ada dia seorang yang bukan dari kalangan mereka. Mereka semua pura-pura mabuk, jelas-jelas untuk diperlihatkan kepadanya.Kenapa? Sedang mengujinya? Apakah karena sebelumnya dia secara tidak sengaja menunjukkan sedikit kemampuan bela dirinya?Namun, jika Surya hanya pemburu biasa, bagaimana mungkin dia bisa terpikir menggunakan cara semacam ini? Jangan-jangan identitasnya pun tidak sesederhana itu?Begitu benih kecurigaan tertanam, hal itu mulai tumbuh liar dalam hati. Andini berusaha keras mengingat semua kejadian se

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 550

    Andini sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi di belakangnya. Begitu keluar dari pagar bambu, kaki kirinya terasa sakit lagi. Langkahnya semakin pincang. Sebelum berjalan jauh, dia sudah mulai memanggil, "Bi Endah! Bi Endah!"Dia sama sekali tidak tahu, sebelum dia membuka mulut, sebilah belati nyaris menyentuh leher putihnya dari belakang, hanya sedikit lagi sudah akan menggorok tenggorokannya.Namun, saat dia memanggil nama Endah, belati itu tiba-tiba ditarik mundur, lalu pemiliknya buru-buru kembali ke dalam halaman.Tak lama kemudian, lampu di rumah Endah kembali menyala. Wanita itu bertanya, "Ada apa? Ada apa ini?"Andini memandang Endah dengan wajah penuh rasa bersalah. "Kak Arjuna dan teman-temannya mabuk semua, mereka tidur di luar. Aku khawatir mereka masuk angin kalau tidur di luar. Bisa Bibi bantu aku?"Di dalam pagar, para pria yang mendengarnya saling melirik, masing-masing mulai merasa bersalah."Aduh, ya sudah, aku ke sana sekarang!" sahut Endah cepat-cepat. Tak la

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 549

    Kata "orang kasar" benar-benar mewujud saat ini. Andini sempat terpaku menatap mereka.Surya membelakangi Andini, tentu saja tidak menyadarinya. Namun, pria yang duduk di depannya melihat tatapan Andini, lalu melirik ke arah Surya dan mengangkat dagunya sedikit.Surya pun menoleh. Ketika melihat Andini sedang tersenyum sendiri ke arah mereka, Surya seperti baru menyadari sesuatu. Dia mendorong pria di sampingnya. "Tenang sedikit."Baru saat itu, rombongan pria itu menyadari bahwa masih ada seorang perempuan di sini. Mereka buru-buru minta maaf."Maaf ya, Nona. Kami ini orang-orang kasar, mulut kami kadang suka seenaknya!""Iya, Nona. Kalau tadi ada kata-kata yang nggak enak didengar, anggap saja kami cuma kentut!""Kamu yang kentutnya paling bau, hahahaha!""Sialan kamu!"Suasana kembali ceria, penuh tawa dan canda. Andini memandangi para pria itu. Meskipun kasar dan berisik, kehangatan dan keharmonisan ini adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Andini pun tersenyum lem

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 548

    Surya pertama kali turun ke medan perang saat usianya baru enam belas tahun.Sebagai seorang pangeran, ibunya tidak memiliki latar belakang yang kuat. Dia tahu dalam perebutan takhta, dirinya tak mungkin bisa menyaingi para kakaknya. Jika terus tinggal di ibu kota, mungkin suatu hari nanti dia akan menjadi mangsa di tangan orang lain.Karena itu, dia mengajukan diri untuk menjadi prajurit garis depan di bawah komando jenderal besar saat itu.Tahun itu, suku Tru sering mengganggu perbatasan. Rakyat Negara Darsa sangat menderita karena kekacauan itu.Dia memacu kuda di barisan paling depan, menyerbu ke medan perang. Pedang besarnya berayun liar. Saat bilah tajam itu menebas tubuh musuh, dia bahkan bisa mendengar jelas suara tulang yang terbelah.Darah hangat memercik ke wajahnya, dunia seolah-olah berubah merah seketika. Dia mendengar detak jantungnya sendiri begitu keras, tetapi tak bisa membedakan apakah itu karena takut atau justru karena gairah.Di medan perang yang kejam, di mana hi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 547

    Sambil bicara, Surya menoleh ke arah para pria kekar di belakang Anom, lalu berkata, "Kalian lakukan sendiri. Di sana ada kapak dan parang."Setelah itu, dia pun berbalik dan berjalan ke samping. Beberapa pria itu langsung maju dan menangkap Anom.Anom ketakutan setengah mati, berteriak dan menangis sambil terus memohon ampun. Namun, kekuatan para pria itu terlalu besar. Tangan Anom ditarik dan ditekan ke tanah.Kapak pun diangkat tinggi-tinggi, memantulkan kilatan dingin cahaya, lalu dihantamkan dengan keras."Argh!" Anom menjerit. Bagian selangkangannya langsung terasa hangat, seluruh tubuhnya jatuh lemas ke tanah. Namun ... ternyata tangannya masih utuh.Salah satu pria berkata dengan dingin, "Kalau masih berani ulangi lagi, kami nggak akan biarkan begitu mudah!"Pria lain mengeluarkan kantong uang dari balik bajunya dan menyerahkannya kepada Surya. "Ini, Kak.""Terima kasih. Kalian makan saja dulu sebelum pergi," ucap Surya."Siap! Nanti teman kita akan bawa daging dan arak ke sini

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 546

    Endah masih terus menangis. Surya tidak tahu harus bagaimana menenangkannya. Meskipun sosoknya besar dan kekar, dia justru tampak kewalahan saat berdiri di samping Endah.Akhirnya, Andini yang menenangkan Endah untuk beberapa saat. Suasana hati Endah pun membaik. Melihat waktu sudah tidak pagi lagi dan dia masih harus turun ke ladang, Endah pun tidak berlama-lama di situ.Setelah mengantar Endah pergi, Surya menuju ke sisi barat halaman dan mulai sibuk bekerja. Dia berencana membangun atap untuk berteduh. Soalnya kalau hujan turun, dia tidak punya tempat untuk tidur.Melihat Surya sesibuk seperti itu, Andini akhirnya tak tahan untuk bertanya, "Kak Arjuna, kamu benar-benar percaya kalau Anom ambil uang itu buat bayar utang?"Uang itu bukan hasil kerja Andini, jadi dia merasa tidak berhak ikut campur. Namun, dia juga tidak tega melihat penyelamatnya ditipu.Tangan Surya tak berhenti bekerja, suaranya terdengar dalam dan tenang. "Dia pergi judi."Mendengar itu, Andini terkejut. "Kalau beg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status