Share

Bab 110

Author: Zaina Aulia
"Nona sudah sadar?" tanyanya dengan suara yang hampir menangis.

Laras menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Dia buru-buru berdiri. "Saya akan memanggil tabib keluarga .... Oh, tidak, ada obat. Saya akan mengambilkan obat untuk Nona .... Tidak, saya tetap harus memanggil tabib dulu ...."

Dia terlihat sangat panik, hingga tidak tahu harus melakukan apa terlebih dahulu.

Melihat Laras yang begitu cemas, hati Andini terasa perih. Mengabaikan rasa sakit yang tajam di punggungnya, dia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Laras. "Jangan lakukan apa pun dulu. Temani aku di sini sebentar."

Andini sangat membutuhkan seseorang yang benar-benar bisa menemaninya dengan tulus.

Suara Andini yang kering dan serak membuat Laras tak bisa lagi menahan tangisnya. Dia langsung berlutut di tepi ranjang dan menggenggam erat tangan Andini.

"Baik, saya akan menemani Nona! Saya akan selalu menemani Nona mulai sekarang. Saya tidak akan pernah membiarkan Nona sendirian lagi!"

Rasa bersalah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nengsi Yuniah
semoga Andini bisa menjadi wanita perkasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 111

    Begitu mereka masuk ke kamar, mereka langsung melihat Andini sudah sadar.Mata Kirana langsung memerah dan dia bergegas ke sisi ranjang. Dengan air mata mengalir, dia berkata, "Kamu sudah sadar? Syukurlah, akhirnya kamu sadar ...."Sambil berbicara, air matanya terus mengalir tanpa henti.Dianti juga berdiri di samping Kirana dengan mata yang sembap. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Kakak akhirnya sadar juga. Doa-doa Ibu setiap hari nggak sia-sia. Kalau Kakak nggak sadar, aku khawatir mata Ibu akan buta karena terlalu banyak menangis."Kata-kata Dianti membuat air mata Kirana semakin deras.Andini mengerutkan alisnya dan tidak berkata apa pun. Namun, di dalam hatinya timbul rasa mual yang tak tertahankan.Andini tidak mengerti bagaimana seseorang bisa menjadi begitu munafik. Yang mengirimnya menuju kematian adalah mereka. Sekarang, mereka juga yang menangisinya.Kalau orang luar melihat ini, mereka pasti akan memuji Kirana dan Dianti sebagai ibu dan adik yang penuh kasih sayang. Su

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 112

    "Pelayanku nggak butuh kamu ajari! Keluar!" teriak Andini yang berbaring di tempat tidur. Gerakannya saat melempar bantal telah menarik luka di punggungnya dan membuatnya kesakitan. Suaranya yang parau memperjelas amarahnya.Mata Dianti memerah seketika. "Kak, ini semua karena pelayanmu terlalu kurang ajar. Aku melakukan ini demi kebaikanmu ....""Keluar!" teriak Andini lagi.Melihat mereka tetap tidak bergerak, tatapan Andini beralih langsung ke Kirana yang berdiri di belakang Dianti. "Apa Nyonya Kirana benar-benar ingin memaksaku mati?"Kirana seketika meneteskan air mata dan menyangkal sambil melambaikan tangannya. "Bu ... bukan .... Aku ini ibumu, mana mungkin aku mendesakmu mati ...."Wajah Andini dipenuhi kegusaran, bahkan napasnya juga ikut berpacu.Tabib keluarga yang berdiri di samping melihat keadaan itu, langsung bergegas maju dan memberi hormat pada Kirana. "Nyonya, luka Nona terlalu parah sehingga butuh waktu untuk memulihkan diri. Kalau ada yang ingin Anda bicarakan, seba

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 113

    Seketika, Andini juga tidak tahu apakah dia harus masuk atau tidak. Namun tak disangka, Farida tiba-tiba muncul dari belakangnya. "Nona?" Suaranya terdengar agak terkejut."Nona sudah sembuh? Nona datang untuk jenguk Nyonya ya?" Sambil berkata demikian, Farida membawa Andini masuk. "Syukurlah! Nyonya selalu menanyakanmu setiap hari!"Andini tidak punya pilihan selain memberanikan diri dan melangkah masuk. Begitu memasuki ruangan, dari sudut matanya dia melihat beberapa sosok yang sudah sangat dikenalnya.Semua orang ternyata ada di sini. Sial!Andini mengeluh dalam hati, tetapi wajahnya tetap tenang dan tanpa ekspresi. Dengan langkah perlahan, dia maju ke depan, lalu memberi hormat Nyonya Ainun yang duduk di kursi utama. "Andini memberi salam kepada Nenek.""Oh, cepat, cepat ke sini!" Ainun mengulurkan tangannya dengan antusias.Andini berjalan mendekat dan duduk di sebelah Ainun setelah ditarik olehnya.Saat Andini berada lebih dekat, Ainun memandangnya dengan cermat. Beberapa saat ke

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 114

    Rangga menatap tajam ke arah Andini, pandangannya tertuju pada keringat di dahinya. Dengan nada dingin, dia berkata, "Kami ingin membicarakan tentang pernikahanmu."Pernikahannya? Andini terkejut, lalu menatap Rangga. "Apa urusannya pernikahanku dengan Jenderal Rangga?"Mendengar hal itu, Dianti langsung tampak tidak senang. "Kak Andin, Kak Rangga cuma perhatian sama Kakak. Bisa nggak Kakak jangan seketus ini?"Suaranya tetap terdengar lembut, seolah-olah ingin menegur tetapi tidak berani. Sikapnya ini seperti ... dia takut terhadap Andini, tetapi juga ingin melindungi Rangga. Sungguh menggelikan.Andini melirik dingin ke arah Dianti sebelum kembali memandang Rangga. "Terima kasih atas perhatianmu, Jenderal Rangga. Tapi, pernikahanku nggak ada hubungannya denganmu. Kalau kamu punya waktu luang, urus saja pernikahanmu sendiri."Kata-katanya membuat wajah Rangga semakin muram. Saat itu, Abimana angkat bicara, "Apa kamu masih ingin menikahi Pangeran Baskoro?"Andini tidak menoleh ke arah

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 115

    Semua itu terjadi dalam sekejap. Tidak ada yang menyangka Laras berani melakukan hal seperti itu. Sebelum Abimana dan yang lainnya merespons, Dianti telah berteriak kesakitan.Tangan Dianti yang mencengkeram lengan Andini akhirnya terlepas karena kesakitan. Pelayan Dianti, Ratih, segera maju dan menarik lengan Dianti. Begitu lengan bajunya tersingkap, terlihat jelas bekas gigitan kecil di lengan putihnya.Meskipun gigitan itu dihalangi oleh beberapa lapis kain, bekasnya terlihat sangat dalam. Hal ini menunjukkan betapa nekat Laras saat itu. Jika bukan karena cuaca yang dingin, mungkin gigitan itu bahkan akan melukai dagingnya.Ratih langsung berteriak sambil melompat ke arah Laras, "Berani sekali kamu menyakiti Nona Dianti! Akan kuhabisi kamu!"Andini hanya bisa melihat dengan mata kepala sendiri saat Ratih menyerbu Laras. Namun, Laras dengan cepat mencengkeram rambut Ratih dan menyeretnya ke samping. Keduanya terlibat dalam perkelahian sengit.Ketika Laras berhasil menjatuhkan Ratih d

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 116

    Andini menatap Abimana dengan penuh kebencian. "Baiklah, kalau Tuan Abimana bersikeras, maka hari ini aku juga ingin meminta keadilan dari Keluarga Biantara!"Setelah berkata demikian, dia berbalik tanpa memedulikan Abimana lagi. Kemudian, dia melangkah menuju arah aula leluhur Keluarga Biantara.Mendengar bahwa masalah ini akan dibawa ke hadapan para leluhur Keluarga Biantara, bahkan para pelayan di sekitar langsung menyadari betapa seriusnya masalah ini.Melihat Andini bersikeras memperbesar masalah, Abimana segera mengejarnya. "Andini, aku tulus datang untuk membantumu hari ini. Jangan nggak tahu diri!"Namun, Andini mengabaikannya. Dia tetap melangkah dengan ekspresi dingin. Hanya saja, karena tubuhnya masih terluka, langkahnya jadi goyah.Abimana bisa melihat kondisinya ini, sehingga dia melembutkan nada bicaranya, "Kamu lagi nggak enak badan, aku suruh pelayan untuk bawa kamu istirahat."Setelah itu, dia memanggil beberapa pelayan laki-laki untuk mendekat. Namun, sebelum mereka s

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 117

    Sebelum datang ke aula leluhur, Andini sudah bisa menduga apa yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, dia memilih untuk mengabaikan tudingan Kirana dan tatapan Adipati Kresna yang penuh amarah.Dia berjalan perlahan-lahan ke luar aula leluhur sambil menyapukan pandangan pada semua pelayan yang berdiri di dekat sana. Pada akhirnya, tatapannya jatuh pada Rangga.Melihat tatapan Rangga yang dalam, hati Andini langsung mencelos. Rasa sakit seolah-olah jantungnya disayat-sayat, merambat perlahan-lahan ke seluruh tubuhnya. Dia berharap, seandainya ada seseorang yang berdiri di depannya saat ini untuk menghadapi semua tuduhan Keluarga Biantara dan membantunya mendapatkan keadilan.Namun, jelas bahwa Rangga tidak akan pernah menjadi orang itu. Tatapan Andini membuat hati Rangga bergetar tanpa alasan yang jelas.Sebenarnya, dia sedang menunggu. Menunggu Andini untuk memohon bantuannya. Jika Andini memintanya, Rangga pasti akan buka suara untuk membelanya dan Adipati Kresna pasti akan menghormat

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 118

    Ratih masih berdiri dengan penuh keyakinan. Namun, Andini tiba-tiba tertawa dingin. Dia memalingkan wajahnya ke arah Kirana. "Oh? Nona Dianti nggak tahu aku terluka? Bagaimana menurut Nyonya Kirana?"Andini telah mendengar dari Laras bahwa selama dia terbaring tak sadarkan diri beberapa hari lalu, Dianti selalu mengikuti Kirana untuk menjenguknya, bahkan pernah membantu mengganti perban pada lukanya. Bagaimana mungkin Dianti tidak tahu kondisi lukanya?Kirana tertegun dan wajahnya berubah cemas. Dia buru-buru melangkah maju. "Lukamu harus segera ditangani ulang sama tabib istana! Cepat, bantu Nona Andini kembali ke kamarnya dan panggil tabib segera!"Andini hanya merasa hatinya semakin dingin. Dia tersenyum tipis sambil menatap Kirana dengan dingin. "Di hadapan leluhur Keluarga Biantara, apakah keluarga kalian masih ingin terus menindas dengan kekuasaan?""Andini!" Adipati Kresna membentak dengan suara keras. "Jangan bicara sembarangan!" Dia tidak bisa membiarkan Andini mencemarkan nam

Latest chapter

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 554

    Keesokan hari saat Andini bangun, sosok Surya sudah tak terlihat. Sementara itu, Endah tengah sibuk di dapur.Dengan kaki yang masih pincang, Andini berjalan ke ambang pintu, menatap Endah dengan heran, "Bibi Endah, kok hari ini bangunnya pagi sekali?"Matahari bahkan belum sepenuhnya terbit!Endah menyiapkan air untuk Andini mencuci muka, lalu menjawab, "Arjuna sudah pergi ke gunung sejak fajar bersama Anom. Aku hari ini nggak ada pekerjaan di ladang, jadi mampir ke sini untuk bantu-bantu sebentar."Saat berbicara, sudut bibir Endah menyiratkan senyuman kecil.Mengingat kejadian kemarin, Andini pun merasa perlu meminta maaf. "Maaf ya, Bi Endah. Kemarin aku asal bicara cuma untuk menakut-nakuti Anom."Endah buru-buru mengangguk. "Iya, aku tahu. Anak bandel itu memang perlu ditakut-takuti! Setelah pulang kemarin, dia nangis-nangis sambil janji nggak akan berjudi lagi.""Pagi ini juga semangat banget bangunnya. Kalau dia bisa meninggalkan kebiasaan buruk itu, lalu ikut Arjuna berburu, it

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 553

    Rangga pernah menculik Andini dan akhirnya membuat Andini terjatuh ke Sungai Mentari. Dendam itu masih terus disimpan Laras di dalam hati sampai sekarang.Meskipun statusnya hanyalah seorang pelayan biasa dan tak bisa berbuat apa-apa pada Rangga, jangan harap dia bersedia mengikuti Rangga!Selesai bicara, Laras pun membalikkan badan dan melangkah ke arah Kalingga. Kalingga masih tidak mengatakan apa-apa. Setelah mendengar kata-kata Laras barusan, seulas senyuman tipis tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.Senyuman ringan itu, sekalipun sangat tipis, tetap menyakitkan mata Rangga. Dia tidak mengerti. Kenapa Andini tidak mau bersamanya, bahkan pelayannya pun menolaknya?Rangga sontak melangkah maju, hendak menarik tangan Laras. Namun, baru satu langkah diambil, terdengar suara Kalingga yang datar. "Rangga."Hanya satu panggilan pelan, tetapi makna ancamannya sangat jelas. Apabila Rangga benar-benar menahan Laras, Kalingga pasti akan bertindak.Rangga pun berhenti. Aura yang dipancarkan

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 552

    Jabal mencari tiga kuda terbaik dari kediaman dan berangkat malam itu juga menuju lokasi yang berjarak lebih dari 50 kilometer.Perjalanan tidak sepenuhnya mulus. Mayat perempuan itu ditemukan di sebuah desa kecil. Ketika mereka tiba, matahari sudah bersinar terik.Di luar desa, anak buah mereka sudah menunggu. Begitu turun dari kuda, Kalingga segera masuk ke desa. "Di mana?""Masih di tepi sungai," kata anak buah itu sambil menurunkan suaranya. "Jenderal Rangga juga ada di sana."Mendengar itu, Kalingga sempat tercengang sejenak. Dia mengikuti arah yang ditunjuk. Benar saja, di tepi sungai tak jauh dari sana, terlihat Rangga sedang membuka kain putih penutup mayat. Wajahnya memperlihatkan ekspresi jijik.Melihat itu, Kalingga merasa lega. Dari ekspresi Rangga, seharusnya itu bukan Andini. Namun, detik berikutnya, hatinya kembali diliputi amarah. Informasi itu datang dari bawahannya sendiri, kenapa Rangga bisa lebih dulu sampai di sini?Di belakang, Laras yang melihat mayat tertutup ka

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 551

    Tingkah mereka yang berpura-pura mabuk tadi memang tak terlihat mencurigakan. Namun, akting setelah mereka "sadar" barusan sungguh buruk. Beberapa dari mereka bahkan langsung terbangun, padahal tidak disiram.Andini mengernyit pelan saat memikirkan hal ini, lalu secara refleks menoleh ke arah jendela. Di sana, dia melihat sosok tinggi besar itu berjalan ke arah barat, menuju ke bawah atap.Dia tak ingin berpikiran buruk tentang orang lain, tetapi saat itu di halaman hanya ada dia seorang yang bukan dari kalangan mereka. Mereka semua pura-pura mabuk, jelas-jelas untuk diperlihatkan kepadanya.Kenapa? Sedang mengujinya? Apakah karena sebelumnya dia secara tidak sengaja menunjukkan sedikit kemampuan bela dirinya?Namun, jika Surya hanya pemburu biasa, bagaimana mungkin dia bisa terpikir menggunakan cara semacam ini? Jangan-jangan identitasnya pun tidak sesederhana itu?Begitu benih kecurigaan tertanam, hal itu mulai tumbuh liar dalam hati. Andini berusaha keras mengingat semua kejadian se

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 550

    Andini sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi di belakangnya. Begitu keluar dari pagar bambu, kaki kirinya terasa sakit lagi. Langkahnya semakin pincang. Sebelum berjalan jauh, dia sudah mulai memanggil, "Bi Endah! Bi Endah!"Dia sama sekali tidak tahu, sebelum dia membuka mulut, sebilah belati nyaris menyentuh leher putihnya dari belakang, hanya sedikit lagi sudah akan menggorok tenggorokannya.Namun, saat dia memanggil nama Endah, belati itu tiba-tiba ditarik mundur, lalu pemiliknya buru-buru kembali ke dalam halaman.Tak lama kemudian, lampu di rumah Endah kembali menyala. Wanita itu bertanya, "Ada apa? Ada apa ini?"Andini memandang Endah dengan wajah penuh rasa bersalah. "Kak Arjuna dan teman-temannya mabuk semua, mereka tidur di luar. Aku khawatir mereka masuk angin kalau tidur di luar. Bisa Bibi bantu aku?"Di dalam pagar, para pria yang mendengarnya saling melirik, masing-masing mulai merasa bersalah."Aduh, ya sudah, aku ke sana sekarang!" sahut Endah cepat-cepat. Tak la

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 549

    Kata "orang kasar" benar-benar mewujud saat ini. Andini sempat terpaku menatap mereka.Surya membelakangi Andini, tentu saja tidak menyadarinya. Namun, pria yang duduk di depannya melihat tatapan Andini, lalu melirik ke arah Surya dan mengangkat dagunya sedikit.Surya pun menoleh. Ketika melihat Andini sedang tersenyum sendiri ke arah mereka, Surya seperti baru menyadari sesuatu. Dia mendorong pria di sampingnya. "Tenang sedikit."Baru saat itu, rombongan pria itu menyadari bahwa masih ada seorang perempuan di sini. Mereka buru-buru minta maaf."Maaf ya, Nona. Kami ini orang-orang kasar, mulut kami kadang suka seenaknya!""Iya, Nona. Kalau tadi ada kata-kata yang nggak enak didengar, anggap saja kami cuma kentut!""Kamu yang kentutnya paling bau, hahahaha!""Sialan kamu!"Suasana kembali ceria, penuh tawa dan canda. Andini memandangi para pria itu. Meskipun kasar dan berisik, kehangatan dan keharmonisan ini adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Andini pun tersenyum lem

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 548

    Surya pertama kali turun ke medan perang saat usianya baru enam belas tahun.Sebagai seorang pangeran, ibunya tidak memiliki latar belakang yang kuat. Dia tahu dalam perebutan takhta, dirinya tak mungkin bisa menyaingi para kakaknya. Jika terus tinggal di ibu kota, mungkin suatu hari nanti dia akan menjadi mangsa di tangan orang lain.Karena itu, dia mengajukan diri untuk menjadi prajurit garis depan di bawah komando jenderal besar saat itu.Tahun itu, suku Tru sering mengganggu perbatasan. Rakyat Negara Darsa sangat menderita karena kekacauan itu.Dia memacu kuda di barisan paling depan, menyerbu ke medan perang. Pedang besarnya berayun liar. Saat bilah tajam itu menebas tubuh musuh, dia bahkan bisa mendengar jelas suara tulang yang terbelah.Darah hangat memercik ke wajahnya, dunia seolah-olah berubah merah seketika. Dia mendengar detak jantungnya sendiri begitu keras, tetapi tak bisa membedakan apakah itu karena takut atau justru karena gairah.Di medan perang yang kejam, di mana hi

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 547

    Sambil bicara, Surya menoleh ke arah para pria kekar di belakang Anom, lalu berkata, "Kalian lakukan sendiri. Di sana ada kapak dan parang."Setelah itu, dia pun berbalik dan berjalan ke samping. Beberapa pria itu langsung maju dan menangkap Anom.Anom ketakutan setengah mati, berteriak dan menangis sambil terus memohon ampun. Namun, kekuatan para pria itu terlalu besar. Tangan Anom ditarik dan ditekan ke tanah.Kapak pun diangkat tinggi-tinggi, memantulkan kilatan dingin cahaya, lalu dihantamkan dengan keras."Argh!" Anom menjerit. Bagian selangkangannya langsung terasa hangat, seluruh tubuhnya jatuh lemas ke tanah. Namun ... ternyata tangannya masih utuh.Salah satu pria berkata dengan dingin, "Kalau masih berani ulangi lagi, kami nggak akan biarkan begitu mudah!"Pria lain mengeluarkan kantong uang dari balik bajunya dan menyerahkannya kepada Surya. "Ini, Kak.""Terima kasih. Kalian makan saja dulu sebelum pergi," ucap Surya."Siap! Nanti teman kita akan bawa daging dan arak ke sini

  • Putri Pengganti Untuk Keluarga Adipati   Bab 546

    Endah masih terus menangis. Surya tidak tahu harus bagaimana menenangkannya. Meskipun sosoknya besar dan kekar, dia justru tampak kewalahan saat berdiri di samping Endah.Akhirnya, Andini yang menenangkan Endah untuk beberapa saat. Suasana hati Endah pun membaik. Melihat waktu sudah tidak pagi lagi dan dia masih harus turun ke ladang, Endah pun tidak berlama-lama di situ.Setelah mengantar Endah pergi, Surya menuju ke sisi barat halaman dan mulai sibuk bekerja. Dia berencana membangun atap untuk berteduh. Soalnya kalau hujan turun, dia tidak punya tempat untuk tidur.Melihat Surya sesibuk seperti itu, Andini akhirnya tak tahan untuk bertanya, "Kak Arjuna, kamu benar-benar percaya kalau Anom ambil uang itu buat bayar utang?"Uang itu bukan hasil kerja Andini, jadi dia merasa tidak berhak ikut campur. Namun, dia juga tidak tega melihat penyelamatnya ditipu.Tangan Surya tak berhenti bekerja, suaranya terdengar dalam dan tenang. "Dia pergi judi."Mendengar itu, Andini terkejut. "Kalau beg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status