Begitu mendengarnya, Dianti hanya bisa tertegun di tempat. Dia menatap Andini dengan kaget, panik, gelisah, dan ... takut?Andini tidak mengerti. Dia hanya menanyakan identitas seorang pelayan, kenapa Dianti sampai menunjukkan ekspresi ketakutan? Bahkan, dia lupa menangis dan hanya diam tertegun tanpa berkata apa pun.Di sisi lain, Abimana tidak tahan lagi. Dia maju, lalu mendorong Andini dan membungkuk untuk membantu Dianti berdiri. "Ratih tumbuh bersama Dian. Mereka seperti saudara. Kamu pikir semua orang sekejam dirimu?"Kirana ikut berkata, "Andin, Ibu tahu kamu pasti khawatir ada orang jahat di sekitar adikmu. Tapi, tenang saja. Saat Dian dibawa kemari, kami sudah menyelidiki semua. Ratih adalah putri tetangga dari orang tua kandungmu, jadi hubungannya dengan Dianti memang sangat dekat."Kirana sengaja menyebutkan orang tua kandung Andini, entah untuk menjelaskan bahwa identitas Ratih bersih atau untuk mempermalukan Andini.Namun, itu tidak penting bagi Andini. Dia tidak peduli pa
Baru saja melewati jembatan batu, Laras langsung menendang bagian belakang lutut Ratih dengan satu kaki dan membentak, "Berlutut!"Seorang pelayan yang sigap segera membawakan kursi untuk Andini. Andini duduk di kursi itu, lalu Laras menyodorkan secangkir teh panas. Andini menerimanya dan memegang penutup cangkir dengan ringan, menyisihkan daun teh yang mengapung di atas permukaan air dengan santai.Bunyi jernih dari penutup cangkir yang menyentuh tepi cangkir terdengar begitu tajam, seolah-olah menjadi pisau yang menusuk hati Ratih berulang kali.Ratih yang sedang berlutut di sana mulai gemetaran, tidak lagi terlihat keberanian atau ketegasan seperti saat dia memfitnah Andini tiga tahun lalu.Setelah menyeruput teh, Andini tersenyum tipis. "Apa kamu pernah membayangkan suatu hari kamu akan jatuh ke tanganku?"Pertanyaan itu seolah-olah menyentuh tombol tersembunyi di dalam diri Ratih. Dia langsung merangkak maju dengan berlutut, memegang pergelangan kaki Andini, dan memohon ampun."Ma
Keesokan hari, Andini menemani Kirana ke istana. Haira sudah menunggu sejak pagi.Begitu melihat Andini, Haira segera menyambutnya dengan mata berkaca-kaca. "Andin, akhirnya kamu datang! Aku kira kamu nggak ingin bertemu denganku lagi!""Itu nggak mungkin terjadi," jawab Andini dengan lembut, seolah-olah tidak ada masalah yang terjadi.Haira tampak sangat gembira, bahkan melirik Kirana dengan penuh rasa syukur. Kirana pun berkata, "Sudah saya bilang, Andin nggak pernah menyimpan dendam atas kejadian itu. Anda tetap saja khawatir."Mendengar ini, Haira mengangguk berkali-kali. "Benar, aku memang nggak nyangka Andin sebaik ini. Eh, ayo kita masuk dulu!"Haira menggandeng Andini masuk ke ruangan. Namun, begitu melangkah masuk, Andini langsung berhenti. Ini karena ada seseorang yang sedang berlutut di dalam. Dari siluetnya saja, Andini sudah tahu itu adalah Baskoro.Melihat ekspresi Andini berubah, Haira segera menenangkannya, "Anak ini benar-benar kurang ajar. Hari ini, aku akan menghukum
Tatapan Baskoro sebelumnya jelas menunjukkan bahwa dia ingin sekali menghajar Andini hingga babak belur, sekarat, dan tak berdaya!Melihat Andini diam saja, Haira kembali kebingungan. Setelah berpikir sejenak, dia memberi isyarat kepada kepala dayangnya.Kepala dayang itu mengangguk paham, segera memimpin para dayang dan kasim keluar. Kini, di dalam ruangan hanya tersisa Haira, Kirana, dan Andini.Kirana bertanya dengan penasaran, "Selir Agung, apa yang Anda lakukan ...."Sebelum dia selesai berbicara, Haira menepuk lembut tangan Andini dan berkata pelan, "Tunggu sebentar."Setelah itu, Haira bangkit dan masuk ke ruang dalam. Tidak lama kemudian, dia kembali dengan membawa selembar akta tanah."Ini adalah properti yang kubeli di luar istana, sebuah kedai baju. Simpan baik-baik," ucap Haira sambil menyerahkan akta itu kepada Andini.Andini tampak terkejut. Sebenarnya, tujuan utamanya hari ini adalah untuk berurusan dengan Baskoro, bukan untuk menerima apa pun dari Haira.Kirana juga san
Melihat Andini tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut terhadap daerah barat kota, Baskoro mulai merasa penasaran. Ke mana sebenarnya Andini ingin membawanya?Baskoro mengangguk ringan dengan senyuman mencela di bibirnya. Dia yakin Andini tidak akan bisa lepas dari kendalinya.Bagaimana mungkin seekor "buruan" yang dengan sukarela diserahkan orang tua sendiri bisa lolos dari genggamannya?Namun, yang tidak disangka oleh Baskoro adalah tempat yang dituju Andini adalah Kedai Teh Vata. Kedai itu adalah tempat mereka pernah berjanji untuk bertemu, tetapi karena surat Andini ditukar oleh Abimana, mereka akhirnya tidak pernah bertemu.Kedai teh ini memiliki dua lantai. Di tengah aula lantai satu, terdapat panggung kecil. Biasanya, ada yang membuat pertunjukan di atas sana. Hari ini, seorang pendongeng sedang tampil di atas panggung.Kisah yang diceritakan tampaknya sangat menarik, membuat para tamu yang ada di kedai teh mendengarkannya dengan saksama.Andini dan Baskoro duduk di tempat yang
Jika hal ini tersebar luas hingga diketahui oleh semua orang, Baskoro tidak akan bisa menikah dengan keluarga bangsawan seperti Keluarga Biantara ataupun Keluarga Perdana Menteri yang paling berpengaruh. Seumur hidupnya, dia tidak akan bisa kembali ke ibu kota!Ketika saat itu tiba, Baskoro juga tidak akan berniat kembali ke ibu kota lagi. Bagaimanapun, harga dirinya dan martabatnya sebagai seorang pria telah tercoreng! Kekurangan fisiknya adalah rahasia yang tidak boleh diketahui oleh siapa pun!Seluruh tubuh Baskoro bergetar hebat. Amarah yang membara ditahannya dengan sekuat mungkin. Dia tidak berani meluapkannya sedikit pun. Namun, dia tidak mengerti. "Gimana kamu bisa tahu?"Kekurangannya itu adalah rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang!Andini tidak menjawab, tetapi Baskoro segera mengingat sesuatu. "Apa dari dayang di penatu yang dipindahkan untuk melayani ibuku? Namanya ... Ambar?"Baskoro berpikir, hanya orang yang dekat dengan ibunya yang mungkin mengetahui rahas
Ucapan Dianti bukan hanya membuat Andini terkejut, tetapi juga membuat Kirana ketakutan. Kirana sangat khawatir jika Andini mengiakan, Dianti akan benar-benar dikirim ke barat kota.Makanya, sebelum Andini sempat berbicara, Kirana berkata dengan panik, "Andin, jangan dengarkan omong kosong adikmu. Dia cuma khawatir pada Ratih."Melihat Kirana begitu terburu-buru melindungi Dianti, ini sangat kontras dengan sikapnya hari ini yang membawa Andini menemui Baskoro. Sungguh konyol.Hati Andini mencelos, tetapi sudut bibirnya tetap menyunggingkan senyuman tipis. "Aku tahu. Ratih sedang memulihkan diri di paviliunku, jadi kalian nggak perlu khawatir."Begitu ucapan itu dilontarkan, Dianti menjadi semakin cemas. "Memulihkan diri? Memulihkan diri gimana? Ratih baik-baik saja, kenapa dia harus memulihkan diri? Kak, apa kamu yang melukainya?" Ucapan itu diiringi dengan tangisannya yang deras.Andini merasa sangat jengkel sehingga berucap, "Kalau kamu khawatir, ikut saja denganku. Kamu bisa melihat
Begitu mendengarnya, Dianti langsung berlutut di hadapan Kirana. "Tolong jangan, Ibu! Jangan usir Ratih! Dia nggak sengaja, dia nggak bermaksud mengatakan hal-hal itu!"Andini yang berdiri di samping hanya merasa ini sangat lucu. "Apa maksudmu? Kamu menuduh aku yang mengajari Ratih bicara seperti itu?"Dianti tertegun, air mata sudah membasahi wajahnya. Dia menggeleng, lalu memohon dengan sedih kepada Kirana, "Bukan begitu, aku ... aku nggak bermaksud begitu. Ratih masih muda dan nggak tahu apa-apa, jadi dia salah bicara. Ibu, tenang saja. Mulai sekarang aku pasti akan mengawasinya dengan baik! Kumohon, jangan usir Ratih ...."Biasanya jika Dianti menangis seperti ini, Kirana pasti langsung merasa iba dan melunak. Namun, hari ini mungkin karena ucapan Ratih yang sudah melewati batas, Kirana sama sekali tidak tergerak. Sebaliknya, dia menatap Dianti dengan curiga. "Dia cuma pelayan biasa. Kenapa kamu sampai memohon untuknya?"Untuk pertama kalinya, Kirana merasa tindakan Dianti untuk se
"Aku dengar Nona Andini bahkan sempat menjelek-jelekkan Keluarga Adipati di gerbang kota. Jangan-jangan semua itu dilakukan agar Tuan Abimana merasa bersalah dan nggak berani menghalangi pernikahannya dengan Jenderal Rangga?"Abimana tak lagi mendengar kelanjutan percakapan itu. Dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dengan langkah lebar, dia keluar dari Kediaman Adipati.Semuanya masuk akal sekarang. Pantas saja, Andini tiba-tiba ingin meninggalkan ibu kota. Dua perempuan seperti dia dan Laras melakukan perjalanan jauh sendirian. Mereka tidak takut?Ternyata semua ini hanyalah sandiwara!Begitu Abimana pergi, para pelayan yang tadi bergosip langsung mengintip dari balik pintu. Saat melihat bahwa dia sudah pergi cukup jauh, mereka segera kembali ke kamar Dianti. "Nona, Tuan Abimana sudah pergi."Dianti yang tengah menyeka air matanya pun bertanya, "Apa Kakak mendengar semuanya?""Nona tenang saja, Tuan Abimana mendengar semuanya. Kami melihat betapa marahnya beliau. Pasti sekarang dia
Rangga akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Kalingga, tetapi amarah di hatinya tetap membara. Bahkan, suaranya dipenuhi kekecewaan. "Kupikir kamu akan memahamiku."Dia tahu, permohonannya kepada Kaisar untuk menikahi Andini sebagai istri bukanlah hal yang mudah dipahami oleh orang lain. Itu sebabnya, meskipun Kaisar akhirnya mengabulkan permintaannya, titah itu tetap dibuat kurang jelas.Hanya dengan satu kalimat dari Kalingga, ayah dan ibu langsung menyerahkan pernikahan ini kepadanya. Padahal, Kalingga tahu betul apa saja yang telah dirinya lakukan demi Andini.Seluruh dunia boleh mengkhianatinya, tetapi tidak dengan Kalingga. Bagaimanapun, Rangga adalah adik kandungnya.Melihat kekecewaan yang jelas tergambar di mata Rangga, tatapan Kalingga menjadi suram. Nada suaranya dipenuhi dengan ketidakberdayaan. "Kalau begitu, anggap saja hari itu dia nggak pernah keluar dari halaman rumahku."Anggap saja rencana yang disusun Rangga dan Abimana telah berhasil. Anggap saja Andini sudah keh
Tiga tahun, persis dengan waktu yang dia habiskan di penatu istana. Tiga tahun di sana telah membuatnya membayar lunas budi Keluarga Adipati yang telah membesarkannya selama 15 tahun.Maka, pernikahan tiga tahun dengan Kalingga ini juga akan menjadi caranya untuk membalas semua bantuan yang telah diberikan Kalingga kepadanya. Dia akan merawat Kalingga dengan sepenuh hati.Namun, tiga tahun kemudian, dia harus pergi. Dia harus menyambut hidup barunya. Jika tidak, dia tidak akan sanggup bertahan.Mendengar itu, Kalingga hanya tersenyum tipis dan dingin seperti biasa. Tanpa banyak bicara, dia meletakkan surat yang Andini kirimkan kemarin di atas meja.Andini tidak mengerti maksudnya, tetapi melihat Kalingga memberi isyarat dengan matanya, dia pun mengulurkan tangan dan mengambil surat itu.Tanpa disangka, sebuah mata panah yang telah berkarat tiba-tiba jatuh dari dalam amplop, menimpa meja dengan suara berat.Andini terkejut. Kemudian, terdengar suara Kalingga yang tidak sedingin biasanya
Tuan Kalingga?Laras terkejut, buru-buru membawa pelayan itu masuk.Saat ini, di sisi Kalingga hanya ada seorang pelayan yang selalu mengikutinya. Itu adalah orang kepercayaannya.Andini sempat bertemu dengan pelayan ini pagi tadi saat pergi menemui Kalingga. Melihatnya datang berkunjung malam ini, Andini tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan surat dari Byakta?"Pelayan itu memberi hormat, lalu pandangannya jatuh ke atas meja, tepat pada titah Kaisar yang diletakkan secara asal-asalan. "Tuan dengar Kaisar telah memberikan titah. Beliau secara khusus mengutus hamba untuk mengingatkan Nona. Hal ini bukan hal sepele, jadi jangan ceroboh. Harus hati-hati."Kata terakhir diucapkannya dengan sangat perlahan. Andini sedikit bingung, tetapi Laras langsung menangkap maksudnya dan segera bergerak untuk mengambil titah tersebut."Ya, ya! Kami akan memperlakukannya dengan hati-hati. Aku akan segera menyimpannya di tempat yang layak!" Dari tadi, dia
Melihat Andini sama sekali tidak peduli dengan konsekuensi menentang titah Kaisar, sorot mata Rangga sontak menjadi dingin. Kemudian, tatapannya tertuju pada sosok di belakang Andini, sosok yang menunduk, berusaha tidak bersuara agar tidak menarik perhatian.Rangga lantas menyunggingkan senyuman tipis. "Tentu saja kamu bisa menentang titah ini. Tapi, aku khawatir pelayanmu juga harus menanggung hukuman bersamamu."Laras memiliki keluarga. Jika masalah ini berlanjut, entah berapa banyak orang tak bersalah yang akan ikut terseret.Ekspresi Andini seketika membeku. Dia pun menatap Rangga lekat-lekat, melihat jelas secercah kebanggaan yang tersembunyi di balik mata hitam pekatnya. Hatinya mencelos, kedua tangannya terkepal erat.Suara Rangga yang dingin kembali terdengar. "Terimalah titah ini." Kali ini, entah kenapa nada suaranya terdengar lebih lembut dibanding sebelumnya.Bukankah sejak kecil Andini selalu ingin menikah dengannya? Bukankah dalam mimpi pun dia berharap menjadi Nyonya Kel
Andini menggenggam tali kekang kudanya erat-erat, hingga suara lirih Laras menyadarkannya. "Nona, cepat turun dari kuda."Melihat dekret kekaisaran, tetapi tidak berlutut adalah sebuah pelanggaran besar. Hukumannya adalah hukuman mati!Andini pun perlahan turun dari kuda, menatap mata Rangga yang dalam dan dingin. Meskipun hatinya penuh dengan ketidakpuasan, saat ini dia tetap harus berlutut."Dengan restu langit, Kaisar menurunkan titah. Keluarga Maheswara memiliki putra yang gagah berani, berjasa besar dalam perang. Sementara putri asuh Keluarga Biantara, wanita yang berbakti dan berbudi luhur, memiliki kecerdasan serta kebajikan yang luar biasa.""Keduanya ditakdirkan untuk bersama. Maka dengan ini, titah pernikahan diturunkan. Pernikahan akan dilangsungkan di hari yang baik, dengan restu Kaisar!"Begitu titah itu diumumkan, semua orang terperangah. Mata mereka membelalak lebar.Andini menatap Rangga dengan tidak percaya. Dia sudah menduga bahwa titah ini adalah cara Rangga untuk me
"Cih! Aku belum pernah melihat keluarga yang begitu nggak tahu malu!"Rakyat pun mulai mengutuk tanpa henti, hampir mengerumuni Dianti dan Abimana di tengah jalan untuk menghakimi mereka.Sementara itu, Laras yang menyaksikan semua ini merasa sangat puas. Dia mengangkat dagunya sedikit dengan bangga.Hal ini tentu berbeda dengan Kresna yang duduk di dalam kedai teh. Hatinya terasa begitu kacau.Di satu sisi, dia merasa kasihan kepada Dianti dan Abimana, hingga ingin mengutus orang untuk menarik mereka keluar dari kerumunan.Di sisi lain, dia merasa Andini telah benar-benar memutuskan hubungan dengan mereka. Hal ini membuat hatinya terasa pedih.Saat ini, Andini tiba-tiba berkata, "Saudara sekalian, sebelum nenekku meninggal, beliau telah mengambil keputusan dan memerintahkanku serta Tuan Kresna untuk putus hubungan. Aku juga sudah lama meninggalkan rumah mereka.""Aku nggak tahu kenapa mereka berdua mengadang jalanku hari ini, tapi aku pergi agar nggak ada lagi ikatan apa pun dengan Ke
Begitu ucapan itu dilontarkan, jangankan Dianti dan Abimana, bahkan Kresna yang berada di dalam kedai teh pun terkejut hingga mundur tiga langkah.Andini benar-benar mengatakannya! Peristiwa tiga tahun lalu yang mereka sembunyikan dengan sangat baik, diungkapkan oleh Andini begitu saja!Kalau hal ini sampai terdengar oleh pihak istana, sampai ke telinga Kaisar, posisi keluarga mereka dalam bahaya! Andini benar-benar ingin menjatuhkan keluarga ini ke jurang kehancuran!Rakyat sekitar juga terkejut bukan main. Yang mereka tahu, tiga tahun lalu, anak angkat Keluarga Adipati melakukan kesalahan sampai dikirim ke penatu istana. Namun, mereka tidak pernah tahu kebenaran di baliknya! Tak disangka, ternyata dia dijebak!Melihat rakyat mulai menuding Keluarga Adipati, Abimana panik. "Andini! Jangan sembarangan memfitnah orang!""Memfitnah?" Andini menatap Abimana dengan dingin. "Maksudmu, aku sedang berbohong dan mencemarkan nama baik Keluarga Adipati? Kalau begitu, bisakah kamu menjelaskan kej
Wajah Dianti tiba-tiba menjadi pucat pasi.Tiba-tiba, seseorang di kerumunan yang cukup berani bertanya, "Ini serius?""Tentu saja!" Andini mengangkat sedikit alisnya. Sepasang matanya terus menatap Dianti sejak tadi.Laras langsung merasa puas dan berkata, "Apa yang perlu dibohongi? Satu pohon bunga plum langka di Paviliun Persik saja bernilai 300 tahil, belum lagi mutiara malam yang dulu dibawakan oleh Tuan Abimana untuk Nona Andini!""Kalau Nona Dianti benar-benar bisa mengembalikan semuanya kepada nonaku, 10 tahil per orang hanyalah jumlah kecil."Ucapan itu membuat hati rakyat goyah. Sepuluh tahil! Itu jumlah yang bahkan dalam dua atau tiga tahun pun mereka belum tentu bisa kumpulkan!Andini kembali berkata, "Bukan hanya itu, masih ada juga pertunangan dengan Keluarga Maheswara. Kalau aku menjadi Nyonya Keluarga Maheswara, aku pasti akan berterima kasih kepada Nona Dianti."Mendengar bahwa Andini bahkan ingin merebut pertunangan itu, Kresna yang berada di dalam kedai teh mulai tid