Tous les chapitres de : Chapitre 111 - Chapitre 120

364

Bab 111. Sejumlah Uang yang Aleena Kembalikan

Mobil hitam milik Asher masuk ke pekarangan rumahnya sore ini. Laki-laki tampan itu tampak keluar dari dalam mobil membawa tuxedo hitam yang ia sampirkan di lengan kirinya. Di belakangnya ada Jordan yang membawakan beberapa berkas-berkas penting perusahaan. "Tuan Asher, Nyonya Besar meminta Tuan untuk datang ke rumahnya malam ini," ujar Jordan. "Ada apa?" tanya Asher menoleh. "Entahlah, Tuan. Nyonya hanya mengatakan itu saja pada pesannya." Asher hanya bergumam sebagai tanda setuju. Laki-laki itu berjalan menaiki anak tangga teras, sebelum langkahnya terhenti saat ia melihat Bibi Julien berjalan mendekatinya. Wajah cemas wanita itu membuat kedua kaki Asher berhenti melangkah. "Selamat sore, Tuan Asher," sapa Bibi Julien menundukkan kepalanya. "Hm, ada perlu apa?" tanya Asher. Wanita itu tertunduk. "I-itu, Tuan. Saya meminta izin pada Tuan untuk mengatakan kalau Nona Aleena sudah dua hari ini kondisinya sangat buruk," ujarnya. "Saya—""Bibi Julien!" Suara bentakan itu membuat
last updateDernière mise à jour : 2025-01-26
Read More

Bab 112. Kecurigaan Nyonya Camelia Terbukti!

Kedatangan Asher malam ini di kediaman orang tuanya membuat Camelia merasa senang. Karena sejak tadi, wanita itu sudah menanti-nanti kedatangannya. Asher berjalan ke ruang keluarga mendekati Mamanya. "Ada apa, Ma? Tumben sekali Mama memintaku datang," tanyanya. "Tidak apa-apa. Mama hanya ingin berbincang-bincang saja denganmu," jawab Camelia. "Kenapa rumah sepi sekali, di mana Papa?" tanya Asher sambil melepaskan mantel hangatnya. "Papamu sedang ada urusan dengan Paman Damel, urusan proyek luar negeri." Camelia menjawab dengan santai. Wanita setengah baya itu kini menatap lekat pada Asher. Memperhatikan wajah lelah putranya. Asher yang duduk menyandarkan punggungnya dan memejamkan kedua matanya sembari memijit pangkal hidungnya, seperti sedang ada sesuatu kekesalan yang sedang berusaha ia redam. "Asher, Mama ingin bertanya sesuatu padamu," ujar Camelia. "Tentang Aleena." Kedua mata Asher langsung terbuka saat mendengar nama Aleena. Gadis yang beberapa menit lalu menolak uang
last updateDernière mise à jour : 2025-01-26
Read More

Bab 113. Pengakuan Aleena, Pada Orang Tua Asher

Pagi ini Aleena pergi ke rumah sakit untuk mengecekkan kondisi kandungannya sekaligus meminta obat agar ia tidak mual terus menerus. Aleena pergi tanpa sampingan siapapun, ia pergi seorang diri. Di dalam ruang tunggu di poli kandungan tempat ia berada, Aleena duduk seorang diri di antara beberapa orang-orang yang berpasangan. Aleena hanya diam tertunduk merasakan sedikit keirian pada mereka semua, sebelum ia sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. 'Andai sana kesalah pahaman ini tidak terjadi, mungkin aku juga akan ditemani oleh Tuan Asher,' batin Aleena. 'Seperti pasangan di sisi kanan dan kirinya saat ini. Beruntung sekali mereka...' Memikirkan hal itu, kedua mata Aleena berkaca-kaca. Gadis itu mengusap perutnya dan tersenyum tipis dalam diam. "Tidak apa-apa kan, Sayang. Papamu masih sibuk ... kita berdua saja, Mama akan menjagamu," lirih Aleena. Cukup lama Aleena menunggu antrean di sana. Gadis itu sesekali mengusap pinggangnya yang terasa nyeri. "Apakah masih lama lagi?"
last updateDernière mise à jour : 2025-01-26
Read More

Bab 114. Gadis itu, Mengandung Cucuku!

Setelah Aleena mengakui semuanya, Camelia memintanya untuk berhenti menangis. Wanita itu kembali duduk berhadapan dengan Aleena yang kini tertunduk diam meremas rok merah muda yang ia pakai. Sementara Camelia masih tertunduk sambil memijit pangkal hidungnya sebelum ia kembali menatap Aleena lagi. "Sudah berapa bulan usia kandunganmu, Aleena?" tanya Camelia. "Tiga setengah bulan, Nyonya," jawab Aleena lirih. Camelia masih terperangah dengan fakta mengejutkan ini. Setengah hatinya tak percaya bila gadis ini benar-benar hamil anak Asher!'Apa Asher sudah gila?!' batin Camelia tak percaya. 'Apa-apaan dia sampai menyewa rahim seorang gadis seperti ini! Apalagi gadis ini … hanya seorang pelayan! Apa tidak ada wanita lain yang bisa dia pilih!' Rasanya, Camelia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Hampir tak percaya baginya bila putranya yang dingin dan angkuh akan memiliki anak dengan seorang pelayan seperti Aleena. Wanita itu menarik napasnya panjang dan kembali menatap Aleena. "
last updateDernière mise à jour : 2025-01-27
Read More

Bab 115. Sindiran Mama Camelia pada Asher

Pagi ini, Camelia mengunjungi kediaman Asher. Entah mengapa, akhir-akhir ini Mamanya sering berkunjung dan tiba-tiba datang tanpa memberikannya kabar terlebih dahulu. "Mama harusnya bilang dulu padaku, nanti kan, aku bisa siap-siap untuk membuatkan hidangan untuk Mama," ujar Marsha pada Mama mertuanya. "Tidak perlu repot-repot. Aku ke sini ingin menemui Asher, bukan dirimu," jawab Camelia tak acuh. Mereka berdua duduk di teras sampai Asher akhirnya muncul dari dalam rumah. Laki-laki tampan itu tersenyum tipis melihat Mamanya, setelah terakhir kali mereka bertemu dan Asher kesal ketika Mamanya membahas Aleena. "Papa tidak ikut, Ma?" tanya Asher. "Tidak. Papamu ke luar kota, ke tempat Paman dan Bibi Denyester," jawab Camelia."Mama tidak ikut?" tanya Marsha. "Aku ingin di sini, toh Asher juga sedang libur, kan? Mama ingin menghabiskan seharian ini dengan anak Mama," jawab Camelia. Wanita itu melirik menantunya yang duduk di samping Asher. Hanya dengan melihatnya saja sudah membu
last updateDernière mise à jour : 2025-01-27
Read More

Bab 116. Kau Tak Berkuasa Atas Aleena!

Setelah melihat Mama mertuanya lebih akrab dengan Aleena, hal itu membuat Marsha tidak tenang dan kepikiran terus menerus. Wanita itu sudah memikirkan cara apa yang akan ia pakai setelah ini. Marsha hanya perlu meminta persetujuan dari Asher. "Sayang, apa kau sibuk?" tanya Marsha berdiri di ambang pintu ruangan kerja Asher. "Ada perlu apa? Katakan saja," jawab Asher tanpa menatap istrinya. Laki-laki itu tetap berfokus pada layar laptopnya dan mengabaikan istrinya yang kini berdiri di hadapannya. Marsha dua langkah mendekati Asher dan menarik kursi duduk di sampingnya. "Sayang, sekarang Aleena sudah hamil. Dan seiring berjalannya waktu, kandungan Aleena akan semakin membesar. Bagaimana kalau kita membelikan tempat tinggal di luar untuk Aleena?" tanya Marsha, ia memperhatikan air muka Asher. Kegiatan Asher pun terhenti, ia berdecak kecil menunjukkan ketidak setujuannya dengan permintaan sang istri. "Bagaimana bila terjadi sesuatu dengannya? Aku tidak ingin terjadi hal buruk pad
last updateDernière mise à jour : 2025-01-27
Read More

Bab 117. Kesabaran Aleena Juga Ada Batasnya

Aleena tampak menanti-nanti makanan yang ia inginkan segera datang. Setelah Bibi Julien mengatakan kalau Jordan pergi membelikan Pretzel untuk Aleena. Gadis itu duduk di ruang tamu menunggunya dengan rasa tak sabaran. Aleena mengusap perutnya. "Sabar ya, sebentar lagi rotinya pasti datang," ujarnya berbinar. Tak berbohong, Aleena bagai terbayang-bayang dengan roti itu sejak siang tadi. Tapi cuaca yang sangat dingin di luar menjadi kendala baginya untuk keluar rumah. Beberapa menit Aleena menunggu, hingga tiba-tiba pintu paviliun terbuka dan tampak Asher berdiri di ambang pintu. Aleena yang mulanya sangat bersemangat, gadis itu terkejut saat melihat sosok Asher lah yang kini muncul membawa sebuah kotak berisi kue Pretzel dan satu cup besar cokelat panas. "Tu-tuan ... kenapa Tuan," cicit Aleena bingung. "Kenapa?" Asher menatapnya dengan dingin. "Bu-bukannya Bibi tadi meminta Jordan yang membelikannya?" tanya Aleena dengan nada pelan. Asher meletakkan cup cokelat panas di atas m
last updateDernière mise à jour : 2025-01-27
Read More

Bab 118. Sampai Hati Kau, Tuan Asher

Tampak dua mobil mewah kini terparkir di halaman rumah Asher pagi ini. Mobil itu milik dua rekan bisnisnya yang datang berkunjung pagi ini. "Lama sekali aku tidak pernah ke rumahmu, Asher. Padahal sebelum aku pindah ke luar kota, aku dulu sering sekali ke sini," sahut Harvey sembari duduk di sebuah sofa di dalam ruang kerja Asher. "Hm, waktu berjalan dengan cepat," jawab Asher menyahuti. "Oh ya, di mana Marsha, istrimu? Kenapa aku tidak melihatnya sama sekali?" tanya Harvey mencari-cari. Asher terdiam, ia tidak tahu ke mana Marsha pergi sejak semalam wanita itu belum juga kembali. "Dia ke kantor," jawab Asher asal. "Ohh ... aku pikir pergi ke mana. Padahal ini masih pagi, tapi sudah tidak ada," ujar temannya itu bercerita. Asher hanya tersenyum tipis dan mengangguk saja. Setelah ia sadar kalau istrinya memang berbeda dengan kebanyakan istri-istri rekannya. Mungkin Marsha lebih memilih ribut besar dengan Asher dibandingkan dia harus menyudahi kerjanya. "Ngomong-ngomong ... sia
last updateDernière mise à jour : 2025-01-28
Read More

Bab 119. Kita yang kini Terpisah

Aleena akan pergi dan pindah pagi ini. Gadis itu tidak tahu bagaimana mengatakan perasaan hampa dan sedih yang melanda hatinya sekarang ini. Kedua mata indahnya menelisik seisi paviliun yang sudah berbulan-bulan ia tempati. Di bawah sana, ada Jericho yang membawa semua barang-barangnya yang telah dikemas oleh Bibi Julien. 'Aku benar-benar akan pergi dari tempat ini,' batin Aleena hampa. 'Entah kebahagiaan atau kesedihan yang akan aku jumpai di luar sana setelah ini ... tapi, apapun yang terjadi, aku harus tetap bertahan.' "Nona Aleena..." Suara Bibi Julien yang memanggilnya membuat Aleena menoleh. Gadis itu tersenyum menghampiri Bibi Julien yang kini berdiri di ujung bawah anak tangga. Segera Aleena berjalan menuruni tangga dan mendekati Bibi Julien yang tampak berusaha menahan menangis. "Bibi jangan menangis, kita pasti akan bertemu lagi suatu saat nanti," ujar Aleena tersenyum lembut mengusap pipi Bibi Julien. "Nona tidak akan tahu apa yang Bibi rasakan. Bibi sangat khawatir
last updateDernière mise à jour : 2025-01-28
Read More

Bab 120. Tak Tega Melihatmu Seorang Diri

Rasa sepi mencekam menghantui Asher malam ini hingga ia tidak bisa memejamkan kedua matanya dan berpikir tenang setelah Aleena pindah tempat tinggal. Laki-laki tampan dengan kemeja putih dibalut vest hitam itu pun berdiri di teras samping rumahnya menatap ke arah paviliun yang kini gelap gulita."Sedang apa gadis itu sekarang..." Asher mendongak menatap bulan yang bersinar redup di langit malam.Keheningan yang menyapa Asher pun sirna saat Jordan muncul tiba-tiba. "Tuan, saya mengantarkan berkas dari Tuan Darren yang siang tadi dititipkan pada saya," ujar Jordan menyerahkan pada Asher. "Letakkan di meja," jawab Asher. Ajudannya itu pun berjalan mendekati meja dan meletakkan berkas bersampul hitam berlogo warna emas itu di atas meja. Asher membalikkan badannya dan melangkah ke arah sofa teras, ia duduk di sana bersama Jordan di hadapannya. "Bagaimana gadis itu, Jordan?" tanya Asher dengan rasa penasaran yang tinggi. Ekspresi wajah Jordan berubah cemas dalam hitungan detik. "Sep
last updateDernière mise à jour : 2025-01-28
Read More
Dernier
1
...
1011121314
...
37
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status