Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 121 - Bab 130

369 Bab

Bab 121. Nyonya Camelia Mencari Aleena

Setelah tiga hari semenjak Aleena pindah tempat tinggal, hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Marsha. Karena ia tidak perlu cemas memiliki saingan untuk mendekati Mama mertuanya. Sudah Marsha duga kalau dua hari sekali Mama mertuanya akan datang berkunjung, seperti malam ini. Tetapi kali ini, Camelia datang bersama dengan Darren untuk membahas pekerjaan mereka. "Menjelang musim semi beberapa hari lagi, sepertinya Papa akan pergi ke Lamberg lagi, Asher. Kau gantikan posisi Papa di perusahaan untuk sementara waktu," ujar Darren pada Asher sambil membaca dokumen di pangkuannya. "Kau tidak sibuk, kan, minggu-minggu ini?" Asher dengan wajah dingin dan tenangnya seperti air di danau yang membeku, laki-laki itu diam sejenak hingga Papanya mengangkat pandangan. "Entahlah," jawab Asher tiba-tiba. "Mungkin aku akan ke luar kota juga, Pa." Tak ada ekspresi apapun yang terpahat pada wajah tampan Asher saat ini. Di sampingnya, Marsha mulai merasakan rasa kesal saat Asher menolak tawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 122. Tuan, Anak Kita Berusia Empat Bulan

Musim semi telah tiba, Aleena menikmati hari-harinya dengan hangat. Pergi pagi untuk bekerja, pulang di sore hari. Bahkan kadang sesampainya di rumah, Aleena masih membantu Bibi Julien di dapur. Waktu yang terus berjalan membuat Aleena tak menyadari kini kandungannya menginjak usia empat bulan. Bahkan, hingga detik ini tak ada yang tahu tenang kehamilannya. "Aleena, apa kau bisa mengantarkan pesanan roti ke alamat ini? Cafenya tidak jauh dari sini," ujar Bibi Baritha meletakkan box roti di hadapan Aleena. "Bibi membantu Paman di belakang, toko kita buka satu jam lagi saja, bagaimana?" Aleena mengangguk. "Bisa, Bi. Biar aku yang mengantarkannya." "Hati-hati, ya ... kalau ada apa-apa langsung hubungi Bibi," ujar wanita itu. "Iya, Bi." Aleena langsung meraih box roti di atas meja dan berjalan keluar meninggalkan toko roti. Tak sekali dua kali Aleena menjadi pengantar roti, karena Paman Jammie sedang sibuk membuat pesanan. Langkah Aleena terhenti di depan sebuah cafe besar yang cuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 123. Nak, Kau Mengenali Sentuhan Tangan Oma...

Beberapa minggu kemudian..."Apa aku harus berhenti bekerja di minggu-minggu ini? Perutku sudah besar..." Aleena berjalan di trotoar jalan raya di kota Murniche. Hari ini gadis itu berniat berpamitan pada Bibi Baritha untuk berhenti bekerja, karena perutnya sudah besar di balik jaket yang ia pakai. Bahkan Aleena sering merasa lelah saat lama berdiri dan kedua kakinya bengkak karena ia terus berjalan mondar-mandir setiap hari. "Huhhh ... rasanya kakiku pegal sekali," keluh gadis itu. Perlahan, Aleena mengulurkan tangannya dan berpegangan pada sebuah tiang lampu di pinggiran jalan taman kota. Aleena duduk di sebuah bangku kayu di sana. Ia tertunduk memijit kedua lututnya yang terasa sakit. "Mungkin aku harus segera berhenti bekerja. Aku tidak sanggup berjalan terus setiap hari," lirih Aleena kesakitan pada kedua kakinya yang sangat pegal. Sepuluh menit Aleena duduk di bangku kayu itu, hingga banyak orang berlalu-lalang di depannya. Sampai sebuah mobil berwarna putih tiba-tiba be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 124. Sebuah Perhatian dari Nyonya Camelia

Camelia mengajak Aleena ikut dengannya ke sebuah pusat perbelanjaan. Ia membelikan banyak pakaian untuk Aleena. Sedangkan Aleena yang berjalan lambat di belakangnya diperhatikan dalam diam oleh Camelia. Wanita itu mulai ikut memperlambat langkahnya. "Baju ini bahannya lembut dan dingin, ukurannya besar, baju-baju seperti ini nyaman dipakai oleh ibu hamil," ujar Camelia pada Aleena sambil menyerahkan satu baju pada karyawan toko yang juga mengikutinya. Aleena tampak resah. "Iya Nyonya, tapi itu sudah banyak sekali," ujar gadis itu. "Diamlah, Aleena. Ikuti saja aku, jangan cerewet..." Camelia mengomeli Aleena. Padahal, Aleena merasakan kakinya sudah sangat-sangat pegal. Dan belanjaan Camelia untuknya juga sudah sangat banyak. 'Ya Tuhan, baju sebanyak itu, apa iya semua untukku? Bukankah itu bisa mencapai jutaan nanti saat membayar?' batin Aleena. Gadis itu berdiri di belakang Camelia yang masih memilih beberapa pakaian. Hingga tanpa mereka ketahui, di luar toko tempat mereka ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 125. Kerinduanku yang Kau Runtuhkan

Setelah kembali dari kepergiannya sejak pagi, Marsha langsung menemui suaminya di ruang kerja di rumahnya. Kedatangan Marsha disambut oleh Asher dengan tatapan dinginnya. Marsha meletakkan tasnya dengan kasar di atas meja kerja Asher. "Aku tidak habis pikir dengan Mamamu," seru Marsha tiba-tiba. Mendengar hal itu, iris hitam Asher meliriknya seketika. Pena yang semua ia goreskan untuk menulis sesuatu pun terhenti. "Apa maksudmu?" tanya Asher dengan tatapan dingin dan tajam. "Aku bertemu Mama dan Aleena di pusat perbelanjaan kota pagi tadi, Sayang. Aku tidak tahu bagaimana bisa Aleena masih ada di sini. Padahal dia sudah kita pindahkan ke Palonia," seru Marsha. Wanita itu berdiri di samping Asher dan mendecakkan lidah berkali-kali. "Padahal aku menantunya, tapi kenapa Mama malah dekat dengan Aleena!" seru Marsha tak terima. Sementara Asher terdiam dan ada rasa terkejut dalam dirinya mendengar kabar yang Marsha katakan barusan kalau Aleena pergi ke pusat perbelanjaan bersama Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 126. Selamat Tinggal, Kota Murniche

Setelah kejadian semalam, pagi ini Aleena langsung pergi ke Murniche, ia berpamitan pada Bibi Baritha dan Paman Jammie untuk berhenti bekerja. Setelah libur berhari-hari, Bibi Baritha padahal sangat menanti-nanti kehadiran Aleena lagi. Dan kini, Aleena hanya bisa tertunduk di hadapan mereka. "Paman, Bibi ... aku minta maaf yang sebesar-besarnya karena aku tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini," ujar Aleena lirih dan sedih. Mereka berdua sangat terkejut. Terutama Bibi Baritha yang langsung mencekal kedua tangan Aleena. "Kenapa, Aleena? Kenapa tiba-tiba begini?" tanya wanita itu. "Apa terjadi masalah denganmu?" Aleena menggeleng dan tersenyum lembut. "Tidak, Bi. Tidak terjadi apapun, hanya saja aku sekarang pindah rumah." "Pindah ke mana, Nak ... sampai-sampai kau berhenti bekerja?" tanya Paman Jammie duduk di hadapan Aleena dengan ekspresi penasaran. "Di Palonia, Paman." Kedua orang itu menutup mulutnya, mereka tidak pernah mendengar kabar Aleena memiliki kerabat di sana. Tetapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 127. Kepedulian Atas Dasar Rasa Kasihan

Selama dua mingguan Camelia meminta anak buahnya untuk mengawasi Aleena yang sekarang sudah menetap di Palonia. Wanita itu tidak mendapatkan kabar apapun dari ajudannya, kabar yang disampaikan setiap hari selalu sama. "Jadi, baik Marsha atau Asher tidak ada yang pernah berkunjung ke sana?" tanya Camelia pada Zayn, ajudannya. "Tidak ada sama sekali, Nyonya. Bahkan jauh sebelum itu juga tidak pernah. Nona Aleena sering keluar sendiri setiap hari, kabarnya ... Nona Aleena dan Bibi Julien sering menerima pesanan kue dari orang-orang terdekat di sekitar sana." Mendengar penjelasan Zayn itu, Camelia mendengus pelan. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan gadis pekerja keras seperti Aleena. "Gadis itu, apa dia tidak lelah?" gumamnya lirih. Camelia mengusap wajahnya kasar. Perlahan, ia beranjak dari duduknya dan menatap ke arah ajudannya tersebut. "Siapkan mobil, setelah suamiku ke kantor, kita ke Palonia. Aku akan membelikan beberapa kebutuhan bulanan dan pangan untuk ga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Bab 128. Aleena Tak Memiliki Siapapun Lagi

Camelia berusaha mencari tahu segalanya tentang Aleena, bahkan dari asal-usul gadis itu hingga bagaimana bisa dia hamil anak Asher. Dan satu-satunya orang dimanfaatkan oleh Camelia adalah Bibi Julien, wanita yang sudah puluhan tahun menjadi pelayan setia di Keluarga Benedict. Kini, Bibi Julien duduk di hadapan Camelia di kediaman Nyonya besar itu. Tertunduk dan pasrah dengan perasaan resah tak terkira. "Aku yakin kau tahu banyak tentang Aleena, hubungannya dengan Asher, dan seluk-beluk mereka berdua. Iya kan, Bibi Julien?" tanya Camelia dengan tatapan mengintimidasi. Bibi Julien meremas jemarinya. "Be-benar, Nyonya..." "Sekarang jelaskan padaku, bagaimana mereka bisa bertemu, dan hubungan apa yang mengikat Asher dan Aleena. Jelaskan!" Camelia menekan wanita itu. "Kalau aku diam dan tidak mau mengatakan dengan jujur padaku, aku akan mengirimmu kembali ke desamu di Breeg!" Sontak, Bibi Julien mengangkat wajahnya dan seraut wajah setengah tua itu cemas seketika. "Jangan, Nyonya ..
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Bab 129. Tuan Asher, Datanglah, Nona Aleena Sedang Sakit

"Kondisi Nyonya sangat lemah, mohon untuk beristirahat lebih lama dan jangan melakukan apapun. Tolong, tenangkan pikiran Nyonya, ya...." Dokter Catlyn memeriksa Aleena. Wanita itu melihat bagaimana lemahnya kondisi Aleena saat ini. "Tapi bayi saya baik-baik saja kan, dok?" tanya Aleena menatap dokter itu dengan wajah pucatnya. Dokter Catlyn mengangguk. "Tidak apa-apa, Nyonya. Semuanya terjadi karena Nyonya terlalu lelah dan banyak pikiran saja. Kalau Nyonya lebih rileks lagi, pasti tidak akan terasa sakit." Setelah mendengar penjelasan dokter, Aleena merasa lega. Setidaknya tidak terjadi hal apapun dengan anaknya. Gadis itu mengusap-usap perutnya dan tersenyum tipis. 'Syukurlah, Nak. Kau baik-baik saja...' Setelah itu, Dokter Catlyn pun berpamitan pergi. Aleena masih berbaring di atas ranjang sambil menatap ke arah jendela kamarnya yang terbuka. Wajahnya sangat pucat. Di saat sakit seperti ini, Aleena sangat ingin Asher datang dan mengusap kepalanya. Seperti yang dia lakukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

Bab 130. Kedatangan Samuel dan Sikap Posesif Asher

Aleena merasakan arti kesepian dalam hidupnya. Jauh dari Papanya, dan ia juga tidak punya harapan pada siapapun atas kehidupannya. Gadis itu hanya memiliki seorang anak yang kini ia kandung. Akan tetapi, beberapa bulan lagi ... anak ini juga bukan lagi miliknya. Aleena menarik napasnya pelan dan mengedarkan pandangannya di taman kota pagi ini. Ia pergi jalan-jalan seorang diri setelah merasa suntuk di dalam rumah. "Pemandangan pagi ini segar sekali, Sayang," gumam Aleena sambil mengusap perut besarnya. Gadis itu berdiri di depan sebuah air mancur besar yang di tengah kota. "Bagusnya ... kota ini tidak sesepi yang aku bayangkan." Aleena menatap anak-anak kecil berlarian di sekitar sana. Gelembung air di udara, cahaya matahari pagi yang cerah, anak-anak berlarian sambil berteriak riang, sepasang pemuda-pemudi yang jalan-jalan pagi ini. Aleena cukup terhibur meskipun dia hanya seorang diri. Sampai tiba-tiba sebuah mobil berwarna putih berhenti tak jauh dari tempat Aleena berada sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status