Keesokan harinya, Aleena bangun sangat pagi sekali. Gadis itu bersiap pergi bekerja, ia juga ingin menemui Asher untuk meminta maaf padanya. Aleena tampak pucat saat keluar dari dalam kamarnya. Di lantai satu, Bibi Julien menyambutnya. Wanita itu terlihat sedih menatap ekspresi Aleena yang tampak sangat terpukul. "Nona, mari sarapan dulu," bujuk Bibi Julien. Aleena menggeleng pelan. "Aku tidak lapar, Bi," jawabnya tersenyum tipis. "Aku akan langsung berangkat bekerja." "Tapi, Nona, Bibi sudah buatkan roti dan susu, ada pancake apel juga," bujuk wanita itu. Aleena tetap menggeleng. "Tidak, Bi. Aku buru-buru." Gadis itu tersenyum tipis mencoba untuk terlihat tegar. "Kalau begitu, aku berangkat dulu ya, Bi. Aku takut kesiangan," ujarnya. "Iya, Nona. Kalau begitu hati-hati, ya." Bibi mengusap pundak Aleena dengan lembut. Sesalah apapun Aleena di mata Asher, tapi Bibi Julien bisa melihat kalau Aleena tidak bersalah di sini. Gadis itu selalu jujur, hanya saja, Aleena sangat tertutup.
Dernière mise à jour : 2025-01-24 Read More