Tous les chapitres de : Chapitre 101 - Chapitre 110

364

Bab 101. Aku Ingin Menghangatkan Malammu

Aleena tidak tahu apa maksud Asher dengan mengatakan ia tidak akan semudah itu terlepas darinya. Semalaman ini Aleena kepikiran dengan ucapan laki-laki itu hingga membuatnya kesulitan tidur. "Semua karena Tuan Asher," gumam Aleena lirih dan menyibak selimutnya. Gadis itu berjalan meraih mantel hangatnya dan membuka pintu balkon kamarnya dengan hati-hati. Sudah hampir satu mingguan ini Aleena mengalami insomnia, ia sulit tidur setiap malam, padahal besok Aleena harus bekerja. Hingga mau tidak mau, ia selalu tertidur di atas pukul satu dini hari. Aleena berdiri di balkon menatap salju uang yang turun malam ini. "Dinginnya, tapi sangat indah," gumam gadis itu. Aleena membalikkan badannya dan menatap pantulan dirinya di kaca jendela balkon. Ia berdiri miring menatap bentuk tubuhnya saat ini, terutama perutnya. "Minggu ini kau sudah memasuki minggu ke enam, Sayang," ujar Aleena mengusap perutnya. "Tumbuhlah dengan sehat, ya." Aleena tersenyum mengusap perutnya di balik pakaian han
last updateDernière mise à jour : 2025-01-23
Read More

Bab 102. Fakta Mengejutkan yang Asher Ketahui

Seharian Aleena bekerja dengan tenang. Berkali-kali ia menoleh ke arah jarum jam. Asher akan datang menjemputnya sore ini. Entah kejutan apa yang akan dia berikan, sampai-sampai benar-benar melarang Aleena untuk meninggalkan toko sampai ia datang. "Aleena, sudah sana bersiap-siap. Sepuluh menit lagi sudah masuk jam pulang," ujar Bibi Baritha. Aleena mengangguk. "Iya, Bi. Kalau begitu aku ke belakang dulu." "Iya." Bibi Baritha mengangguk dan menggantikan Aleena di meja kasir. Toko masih didatangi banyak pengunjung hingga sore hari ini. Sejujurnya kalau saja Aleena tidak hamil, ia ingin full time bekerja di tempat ini. Setelah bersiap pulang, Aleena berjalan ke depan. "Bibi, Aleena pamit pulang dulu, ya," ucap Aleena. "Iya, Al. Hati-hati," jawab wanita itu melambaikan tangannya. "Iya, Bi. Mari." Aleena membungkuk badannya dan membalas lambaian tangan Bibi Baritha sebelum ia berjalan keluar. Aleena memperhatikan sekitar, Asher belum ada di sana. Sepertinya laki-laki itu masih ad
last updateDernière mise à jour : 2025-01-24
Read More

Bab 103. Kenapa, Saat Aku Mulai Menyayangimu

Setelah keributannya dengan Carl beberapa menit yang lalu, Asher menarik Aleena dan membawanya pulang dengan perasaan marah tak terkira. Sesampainya di paviliun, Asher menyeret Aleena untuk ikut dengannya ke dalam kamar. Laki-laki itu menutup pintu dengan keras dan menghempaskan Aleena ke atas ranjang. Asher menatapnya dengan tatapan marah. "Sekarang jelaskan tentang semua ini, Aleena!" seru laki-laki itu. Aleena terisak meremas sprei di bawahnya. Bagaimana ia menjelaskan dari awal pada Asher?"Jelaskan!" teriak Asher menarik lengan Aleena hingga gadis itu menatapnya. "Katakan padaku. Apa benar dia calon suamimu?!" bisik Asher menatapnya. Aleena memejamkan kedua matanya dan mengangguk. "Ya, Tuan. Carl adalah calon suami saya, tapi dia—""Kenapa?" Asher menyela ucapannya. "Kenapa kau tidak mengatakan padaku sejak awal, heh? Kenapa saat aku mulai menyayangimu kau malah menyembunyikan statusmu padaku selama ini, Aleena?!" Aleena menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Saya tidak bermak
last updateDernière mise à jour : 2025-01-24
Read More

Bab 104. Tertekan Batinku

Keesokan harinya, Aleena bangun sangat pagi sekali. Gadis itu bersiap pergi bekerja, ia juga ingin menemui Asher untuk meminta maaf padanya. Aleena tampak pucat saat keluar dari dalam kamarnya. Di lantai satu, Bibi Julien menyambutnya. Wanita itu terlihat sedih menatap ekspresi Aleena yang tampak sangat terpukul. "Nona, mari sarapan dulu," bujuk Bibi Julien. Aleena menggeleng pelan. "Aku tidak lapar, Bi," jawabnya tersenyum tipis. "Aku akan langsung berangkat bekerja." "Tapi, Nona, Bibi sudah buatkan roti dan susu, ada pancake apel juga," bujuk wanita itu. Aleena tetap menggeleng. "Tidak, Bi. Aku buru-buru." Gadis itu tersenyum tipis mencoba untuk terlihat tegar. "Kalau begitu, aku berangkat dulu ya, Bi. Aku takut kesiangan," ujarnya. "Iya, Nona. Kalau begitu hati-hati, ya." Bibi mengusap pundak Aleena dengan lembut. Sesalah apapun Aleena di mata Asher, tapi Bibi Julien bisa melihat kalau Aleena tidak bersalah di sini. Gadis itu selalu jujur, hanya saja, Aleena sangat tertutup.
last updateDernière mise à jour : 2025-01-24
Read More

Bab 105. Benci, tapi Peduli

"Nyonya ... Nona Aleena belum pulang sejak pergi pagi tadi, saya tidak tahu Nona ke mana. Panggilannya juga tidak jawab, saya khawatir terjadi sesuatu dengan Nona Aleena," jelas Bibi Julien. "Oh ... Aleena ya," cicit Marsha melirik ke arah suaminya yang diam tak bereaksi sama sekali. "Iya, Nyonya. Nona Aleena pergi tanpa makan sejak kemarin, saya bingung harus mencarinya ke mana." "Dia itu sudah dewasa, Bi. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri," ujar Marsha sebelum ia menoleh pada suaminya. "Bukan begitu, Sayang?" "Gadis itu akan segera pulang," sahut Asher."Emm ... kau tidak ingin mencarinya, Sayang?" tanya Marsha. Asher tidak menjawab, ia malah beranjak dari duduknya dan berjalan naik ke lantai dua. Hal itu membuat Marsha tersenyum. Wanita cantik itu kembali menatap ke arah Bibi Julien. "Suamiku tidak mau mencari Nonamu itu, Bibi Julien. Jadi ... tunggu saja sampai Aleena kembali!" seru Marsha. Saat itu juga Marsha menutup pintu rumahnya dan membiarkan Bibi Julien berdiri
last updateDernière mise à jour : 2025-01-24
Read More

Bab 106. Sakitnya Kau Abaikan

Kemarin Aleena urung mendatangi Asher untuk meminta maaf karena ada Marsha bersama laki-laki itu. Tapi pagi ini, Aleena menemui Asher setelah melihat Marsha pergi. Gadis itu masuk ke dalam kediaman utama ada Jordan dan Asher di ruang tamu. "Permisi, Tuan." Aleena mengetuk pelan pintu yang terbuka itu. Sontak, Jordan dan Asher langsung mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Aleena. Melihat adanya gadis itu, Asher langsung menutup laptop dan menyerahkannya pada Jordan. "Siapkan semua berkas-berkas untuk meeting hari ini," ujarnya. "Baik, Tuan." Jordan langsung beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Di sana, Aleena menatap Asher yang terlihat tak acuh dengan wajah dinginnya yang tak sekalipun memperhatikannya. Aleena berjalan masuk ke dalam ruangan itu dengan kepala tertunduk dan jemari tangannya saling meremas. "Tuan, saya ingin mengatakan sesuatu," ujar Aleena. Hening ... Asher tak menanggapinya sama sekali. Aleena mengangkat wajahnya dan menatap Asher. Laki-laki itu
last updateDernière mise à jour : 2025-01-25
Read More

Bab 107. Kecurigaan Camelia Pada Kehamilan Aleena

Setelah kejadian pagi tadi, Aleena pun kembali pergi bekerja seperti biasanya meskipun kali ini ia sedikit terlambat. Sejak pagi hingga sore ini Aleena tidak henti-hentinya mondar-mandir ke kamar mandi. Semua makanan yang hendak ia makan selalu keluar dan mual-mual hingga ia terlihat lemas dan sangat pucat. Bibi Baritha juga terlihat cemas dengan kondisi Aleena yang seperti ini. "Ya ampun, Aleena ... masih mual-mual, ya?" tanyanya dengan nada lembut dia mengusap punggung Aleena. "Iya, Bi." Aleena mengusap wajahnya pelan dan duduk di sebuah kursi kayu di belakang meja kasir. "Tapi tidak apa-apa, Bi. Mungkin pencernaanku saja yang sedang bermasalah." Bibi Baritha menatapnya lekat-lekat dan menggeleng. Ia rasanya tidak percaya kalau pencernaan Aleena yang bermasalah. Karena Aleena baru mencium aroma makanan, langsung mual. Seperti wanita yang sedang hamil ... Tetapi, mana mungkin? "Ya sudah ... malam ini kau bisa pulang lebih awal. Pulang pukul delapan, setelah itu ke rumah sakit
last updateDernière mise à jour : 2025-01-25
Read More

Bab 108. Gadis ini, Sedang Hamil?

Camelia bergegas mendekati Aleena, ia memilih memendam seribu tanda tanya di dalam hatinya lebih dulu. "Aleena, kau baik-baik saja?" tanyanya. "Kenapa kau tiba-tiba mual-mual seperti ini? Tadi kau bilang kau tidak alergi daging, kan?" Aleena menggeleng pelan dan memegangi kepalanya. "Tidak apa-apa, Nyonya." "Kau yakin? Kau semakin pucat begini ... bagaimana kalau aku mengantarkanmu ke rumah sakit?" tawarnya. Sontak Aleena menggeleng cepat. "Ti-tidak, Nyonya. Terima kasih ... saya sungguh tidak kenapa-kenapa," jawabnya. Terlihat sekali gadis itu memaksakan keadaannya. Barulah Camelia mengangguk dan mengajaknya kembali ke depan. Wanita itu mendahului Aleena sebelum ia memanggil pelayan saat mereka berada di dekat meja makannya. "Pelayan! Kemari, ganti semua menu di atas meja ini," perintahnya. "Baik, Nyonya." Barulah Camelia menoleh ke arah Aleena yang berdiri di belakangnya. "Makanan apa yang kau inginkan, Aleena?" tanyanya dengan nada dan ekspresi datar. Aleena tertunduk.
last updateDernière mise à jour : 2025-01-25
Read More

Bab 109. Hati yang Tak Tergoyahkan

Aleena meminta izin pada Bibi Baritha untuk libur hari ini karena kondisi kesehatannya yang menurun. Dan kini, gadis itu tengah merapikan barang-barang pemberian Asher dan gadis itu memutuskan untuk mengembalikannya tanpa tersisa satu pun. Aleena meletakkan sebuah syal tebal berwarna coklat paling atas di dalam kotak besar. Ia sangat menyukai syal itu. "Semuanya sudah selesai, barang-barang ini bukan milikku lagi," ujar Aleena tersenyum kecil. Gadis itu segera membawa kotak besar itu keluar dari dalam kamarnya. Hingga muncul Bibi Julien yang kini hendak naik ke lantai dua. Wanita itu langsung buru-buru merebut kotak besar yang Aleena bawa. "Nona Aleena jangan membawa barang yang berat-berat," omel wanita itu. "Kenapa tidak memanggil Bibi saja?" Aleena terkekeh kecil. "Tidak terlalu berat, Bi...." "Tetap saja tidak boleh," ujarnya menggelengkan kepalanya, sebelum kembali menatap Aleena lekat-lekat. "Ini semua mau dibawa ke mana, Nona?" tanyanya. "Emm ... aku ingin mengembalik
last updateDernière mise à jour : 2025-01-25
Read More

Bab 110. Perjuangan Aleena Mengandung Anak Asher

Marsha mendatangi Aleena di paviliun, wanita cantik itu berjalan dengan angkuh membuka pintu paviliun dan menemukan keheningan di dalam tempat itu. Kedua matanya melirik ke arah lantai dua, ia tahu pasti Aleena bersama pelayan setianya itu ada di sana. Gegas Marsha menaiki anak tangga, dan barulah ia mendengar suara Bibi Julien. "Nona Aleena, kita ke rumah sakit saja, ya ... mual-mualnya semakin parah. Nona bisa lemas terus kalau seperti ini." Suara Bibi Julien terdengar membujuk. "Tidak apa-apa, Bi. Tidak usah ke rumah sakit. Aku hanya perlu istirahat saja." "Tapi Nona Aleena pucat sekali. Bagaimana kalau Non—"Ucapan Bibi Julien terhenti saat mendengar suara gagang pintu terbuka. Sontak ia dan Aleena kompak menatap ke arah pintu di mana Marsha berdiri di sana menatapnya tajam. Aleena yang terduduk di atas ranjang pun meremas selimutnya saat melihat ekspresi dingin dan angkuh Marsha. "Nyonya Marsha," lirih Aleena.Marsha tersenyum tipis mendekati Aleena, berdiri di samping ran
last updateDernière mise à jour : 2025-01-26
Read More
Dernier
1
...
910111213
...
37
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status