Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 91 - Bab 100

361 Bab

Bab 91. Perasaan ini Semakin Dalam

Hingga pukul satu dini hari, Asher tak kunjung bisa tidur. Laki-laki itu berbaring di sofa yang berada di depan pintu kamar Aleena. Hal konyol seperti ini tak pernah terbayangkan oleh seorang Asher Benedict. Laki-laki itu menatap langit-langit ruangan yang remang dan gelap. "Aku merasa seperti laki-laki konyol," ucap Asher. "Menunggunya bangun, lalu dia mencariku dan melemparkan dirinya dalam pelukanku. Tetapi …." Asher menatap ke arah pintu kamar Aleena yang tertutup. "Gadis itu benar-benar bisa tidur sendirian dan aku terjaga hanya demi menunggunya menemuiku dan memohon meminta pelukanku.” Asher mengusap wajahnya. “Kau memang bodoh, Asher!" Laki-laki itu baru saja beranjak dari duduknya, melihat pintu kamar Aleena terbuka cepat hingga membuatnya tersentak menoleh ke arah pintu. Suara tarikan gagang pintu membuatnya membeku. Tampak Aleena di sana dengan wajah tegang dan berkeringat, napasnya naik turun dengan tubuh gemetar. "Aleena, ada apa?" Asher bergegas mendekati Aleena. G
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Bab 92. Apa yang Kau Sembunyikan Dari Kami, Asher?

Aleena bertekad untuk memulai pekerjaan baru. Bersama dengan Samuel, pagi ini Aleena mendatangi toko roti milik kerabat dekat Samuel. Kedatangan Aleena dan Samuel disambut ramah oleh seorang wanita setengah baya, pemilik mata biru, dan rambut kemerah-merahan yang cantik, meskipun usianya bisa dikatakan sedikit lebih tua. Dia adalah Bibi Baritha, pemilik toko roti itu. "Ohh ... jadi ini teman yang kau ceritakan, Sam?" tanya wanita itu sambil menatap Aleena. "Iya, Bi. Ini Aleena," ujarnya dengan tersenyum manis. Aleena tersenyum pada wanita itu dan membungkukkan badannya. "Senang bertemu dengan Nyonya," ucapnya ramah dan sopan. "Oh, ja-jangan panggil aku Nyonya. Panggil saja aku Bibi, oke?" ujarnya. "Karena kau teman keponakanku." Aleena mengangguk. "Baiklah, Bi." Mereka bertiga duduk bersama di dalam sebuah toko roti milik Bibi Baritha. Melihat seisi tempat itu, sepertinya Aleena betah bila bekerja di sana. "Kau bisa bekerja di sini mulai hari ini, Aleena. Karena Bibi selalu se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Bab 93. Sebesar itu Kau Menyayanginya

Siang tadi, Asher mencari Aleena ke rumah sakit, namun ia tidak menemukannya. Terpaksa Asher kembali ke kantor dan kini ia pulang di malam hari. Setelah turun dari dalam mobilnya, Asher bergegas menuju paviliun untuk memastikan apakah Aleena sudah pulang atau belum. Kedatangan Asher di paviliun pun disambut oleh Bibi Julien. "Tuan, selamat malam," sapanya dengan sopan. "Apa istriku sudah pulang, Bi?" tanyanya. "Sudah, Tuan. Nona pulang pukul setengah empat sore. Nona bilang setelah menjenguk Papanya, Nona berjalan-jalan di taman," jawab Bibi Julien menjelaskan. Tak ada jawaban apapun dari Asher. Laki-laki itu bergegas naik ke lantai dua dan menghampiri Aleena di dalam kamarnya. Dengan rasa kesal di hatinya, Asher siap mengomeli Aleena malam ini. Namun begitu ia membuka pintu kamar itu, Asher melihat Aleena meringkuk di tengah ranjang dengan wajah tenang dan tidur yang pulas."Aleena," panggil Asher pelan dan mendekat. Aleena tidak bangun. Tidurnya benar-benar seperti orang yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Bab 94. Asher dan Sikap Posesifnya

Setelah beberapa hari, Aleena bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Ia bersyukur saat Bibi Julien ternyata tidak mengadukannya pada Asher. Aleena selalu pergi pagi dan pulang sore hari, seperti itu selama satu minggu ini tanpa ketahuan oleh Asher. Tetapi hari ini, saat Aleena pulang, ia melihat mobil Asher berada di depan rumah. "Tuan Asher sudah pulang," lirihnya menatap lurus ke depan sana. Gadis itu berjalan ke arah paviliun, ia membuka pintu dan disambut oleh Bibi Julien. "Nona Aleena." Bibi Julien menatapnya panik. "Tuan baru saja mencari Nona." Aleena mengembuskan napasnya panjang. "Lalu Bibi bilang apa pada Tuan? Bi-Bibi tidak mengatakan pada Tuan kalau aku pergi bekerja, kan?" tanya gadis itu. "Tidak Nona. Nona Aleena jangan khawatir, saya hanya mengatakan kalau Nona sedang pergi ke rumah sakit." Aleena mengangguk. "Terima kasih banyak ya, Bi. Apapun yang terjadi, jangan sampai Tuan tahu kalau aku sedang bekerja," ujarnya. Bibi Julien mengangguk. "Iya, Nona. Sekaran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 95. Rasa Penasaran Orang Tua Asher

Keesokan harinya, Aleena kembali bekerja seperti biasa. Berangkat saat Asher sudah tidak di rumah lagi, hingga Aleena bebas tanpa dimarahinya. Sesampainya di tempat kerja, Aleena pun langsung membersihkan tempat itu dan segera melayani para pembeli bersama Bibi Baritha.Dan kini, Aleena tengah menata beberapa roti panas ke dalam etalase, bersama bosnya tersebut. "Aleena, apa kau sudah punya kekasih?" tanya Bibi Baritha, wanita itu menoleh menatap Aleena. Sontak, pertanyaan itu membuat Aleena menghentikan kegiatannya sejenak dan menoleh sambil tersenyum. "Emm ... tidak Bi," jawabnya ragu. "Lalu, kalau belum punya kekasih, kenapa kau tidak mencoba berpacaran saja dengan Samuel? Bibi perhatikan, dia sangat menyukaimu, Al," ujarnya. "Kalau kalian benar-benar berpacaran, Bibi sangat yakin, apapun yang kau inginkan pasti akan dituruti oleh anak itu!" Mendengar hal itu, Aleena menundukkan kepalanya. Ternyata Aleena tidak besar kepala karena menganggap Samuel menyukainya, bahkan orang l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 96. Hubungan Tersembunyi Mulai Terbongkar

Setelah beralasan pergi untuk Alasan penting pada sang Mama, Asher keluar meninggalkan kantornya saat itu juga. Laki-laki itu sangat kesal begitu mendengar informasi dari Jordan kalau Aleena bekerja di toko roti, tampaknya pekerjaan itu sangat melelahkan, karena Aleena terlihat banyak berdiri dan mondar-mandir. Bagaimana kalau sampai dia kelelahan, mual-mual hingga membuatnya lemas? Memikirkan hal itu membuat Asher semakin emosi. "Apa susahnya dia menjadi istri yang penurut!" geramnya di dalam mobilnya. Asher terdiam sejenak, alam bawah sadarnya mengoreksi kata-kata yang barusan ia ucapkan. "Istri," gumam Asher lirih. Ingatannya terus memburu di mana ia sering mengatakan Aleena hanya wanita sekali pakai yang murahan, menghinanya tanpa ampun, dan merendahkannya tanpa peduli perasaan gadis itu. Memikirkan hal itu, Asher pun mencengkeram erat kemudi mobilnya dengan perasaan cemas dan kesal. "Apa karena itu semua yang membuatmu tidak patuh padaku, Aleena? Kau sedang hamil!" gumamn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 97. Apa Gadis itu Simpananmu, Asher?

Sesampainya di rumah, Asher membawa Aleena untuk masuk ke dalam paviliun bersamanya. Dengan cekalan tangan yang kuat, Asher tidak melepaskan Aleena. Ia menutup pintu kamar Aleena dengan keras.Aleena terjengit dengan suara itu. Ia mundur beberapa langkah saat Asher mendekat. "Kenapa kau tidak mengatakan padaku kalau kau bekerja selama beberapa hari ini?" tanya Asher dengan tatapan intimidasi. "Apa memang sengaja mencari masalah denganku?" Aleena tertunduk dan tangannya gemetar, ia menggelengkan kepalanya menahan air mata yang berdesakan. "Sa-saya bekerja untuk masa depan saya, bukankah saya sudah berkali-kali mengatakannya pada Tuan?" "Kau memikirkan masa depan tapi kau tidak memikirkan anakku yang ada padamu!" pekik Asher. "Aku akan membayarmu berapapun asal kau diam di tempat ini, apa susahnya?!" Punggung Aleena bergetar. Melihatnya pun membuat Asher merasa bersalah. Ia tahu Aleena sangat sensitif, mudah sedih, dan kesal. Gadis itu menolak cekalan tangan Asher di lengannya. A
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 98. Tak Bisa Marah Berlama-lama

"Tidak, Pa. Aleena Pandora bukan wanita simpananku." Asher menjawab dengan tenang dan dingin. Iris hitamnya tidak menunjukkan kebohongan dari apa yang ia ucapkan. "Aku memaksanya ikut denganku, seperti yang Mama lihat tadi, karena aku memiliki urusan yang sangat penting dengan gadis itu," ujar Asher berdusta. "Kau tidak membohongi Mamamu ini, kan?" desis Camelia dengan nada rendahnya. Asher terkekeh pelan dan mengusap wajahnya. "Tidak, Ma. Aku dan gadis itu, sungguh tak memiliki hubungan apapun." Ungkapan yang Asher lontarkan membuat kedua orang tuanya diam. Asher sempat berpikir bila ia mengakui semuanya sekarang, mungkin keadaan akan semakin rumit. Posisi Aleena juga sangat dikhawatirkan karena Marsha jelas tidak akan tinggal diam.Asher menatap kedua orang tuanya itu dengan lekat. "Jadi ... kalian ke sini hanya ingin menanyakan tentang hubunganku dengan gadis itu saja?" tanyanya. "Ya. Mamamu bercerita pada Papa," jawab Darren. "Apa jangan-jangan, Aleena juga yang menjadi ala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 99. Nyonya Besar Camelia, Benar-benar Curiga

Aleena tidak tahu apa yang membuat Asher memberikan izin padanya untuk kembali melanjutkan bekerja. Dengan kesempatan itu, ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Pagi ini, Aleena berangkat ke tempat kerjanya seperti hari kemarin, kedatangannya juga disambut dengan was-was oleh Bibi Baritha dan suaminya—Paman Jammie. "Selamat pagi," sapa Aleena masuk ke dalam toko. Kedua orang itu menatapnya dengan sama-sama lekat. Bibi Baritha segera beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Aleena. "Aleena ... kau tidak apa-apa kan, Nak?" tanya Bibi Baritha mencekal kedua pundaknya. "Bagaimana dengan laki-laki kemarin? Dia siapa?" tanyanya mendesak. Aleena tersenyum. "Dia—""Apa kau diam-diam menikah? Samuel saja tidak percaya kalau kau punya suami?!" pekik wanita itu menyela. "Sudah, Ma. Jangan mendesak dan mencampuri urusan Aleena," sahut Jammie pada istrinya. "Kau ini, ingin tahu saja urusan orang lain." Laki-laki berkulit gelap itu menatap Aleena dan tersenyum. "Maafkan Bibimu ya, Al. D
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 100. Sampai Kapanpun itu, Aku Tak Akan Melepaskanmu

Sejak kembali dari makan siang, Aleena banyak termenung dan tidak fokus bekerja. Gadis itu murung seperti banyak yang ia pikirkan saat ini.Seolah mengetahui beban berat di pundak Aleena, Bibi Baritha mendekatinya dan mengusap pundak Aleena dengan pelan. "Aleena, sudah jamnya pulang. Kenapa malah melamun?" tanya wanita itu sambil tersenyum hangat. "O-oh, ya ampun! Su-sudah jam pulang ya, Bi!" serunya panik. Bibi Baritha mencekal lengan Aleena tiba-tiba dan menariknya dengan pelan hingga Aleena menatapnya dengan lekat. "Ya, Bi?" Aleena mengerjapkan kedua matanya. "Kalau kau sedang banyak pikiran, libur tidak apa-apa, Aleena," ujarnya. Aleena menggeleng. "Tidak Bi, justru saat di rumah aku semakin bosan dan jenuh," jawab gadis itu. "Besok aku akan berangkat lebih awal, Bi." "Baiklah, hati-hati di jalan kalau pulang ya, Al." "Iya, Bi. Aleena pamit dulu." Gadis itu memakai tasnya dan melambaikan tangannya. Bibi Baritha hanya tersenyum membalas lambaian tangan Aleena. Aleena ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status