Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 141 - Bab 150

369 Bab

Bab 141. Bertahanlah, Sayang

Sudah dua hari dua malam Asher belum pulang ke rumahnya sama sekali. Bahkan dia selalu menolak panggilan dari Marsha. Hal ini membuat Marsha geram pada Asher, pasalnya ia cemas kalau Asher meluangkan waktu sebanyak itu hanya untuk menyenangkan Aleena di Palonia. Tentu saja, Marsha semakin kesal dan benci pada Aleena!"Pasti gadis itu kesenangan karena ditemani oleh Asher!" geram Marsha mengepalkan tangannya kuat-kuat dan memukul meja kayu di sampingnya. "Gadis murahan itu memang tidak tahu diri!" Marsha kembali berjalan ke depan, harap-harap suaminya pulang malam ini. Meskipun Marsha juga baru saja sampai di rumah setelah seharian ia pergi bersenang-senang dengan teman-temannya. Kedua matanya mendongak menatap langit yang menurunkan hujan sejak pagi hingga malam. Perasaan kesal turut serta menyelubungi hati Marsha saat ini. "Aku tidak akan secemas ini kalau Asher pergi ke luar kota karena urusan bisnis! Tapi kalau dia pergi hanya untuk mengurus gadis itu dan anak di dalam perut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 142. Malam ini, Tuan Jangan Pergi

Setelah dokter memeriksa kondisi Aleena, gadis itu mengeluh tidak nyaman dalam posisi tidur ataupun duduk, hingga dokter mengizinkan Aleena untuk berjalan-jalan perlahan-lahan di lorong rumah sakit. Dan benar, Aleena merasa rileks meskipun sakitnya masih terasa, sekalipun rasa mencekam itu sudah tidak terlalu. Ditemani Asher yang membawakan tiang infus dan berjalan merangkulnya. "Apa masih terasa sakit?" tanya laki-laki itu menundukkan kepalanya menatap Aleena."Sedikit. Tapi tidak seperti tadi ... sudah mendingan," jawab Aleena berdiri di depan sebuah dinding kaca. Gadis itu mengusap perutnya dan tertunduk dengan wajah pucatnya yang basah karena berkeringat tipis. Asher mengeluarkan sapu tangannya dan mengusap wajah cantik itu dengan perlahan. Dan senangnya, saat Aleena tidak menolak atau protes sedikitpun. Justru Aleena setia memegangi tangan Asher. Gadis itu menatap ke arah luar, dua hari di dalam rumah sakit membuatnya rindu pemandangan di luar sana, udara segar, dan ia rindu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 143. Sampai Kapanpun, Aleena Tetap Istriku!

"Heh, bangun...! Bangun, Aleena! Jangan manja dan banyak drama seperti ini, bangun...!" Aleena tersentak saat seseorang mengguncang bahu dan membentaknya dengan cukup keras. Kedua matanya yang terasa berat pun terbuka. Sampai semua kesadarannya terkumpul, Aleena menatap Marsha yang berdiri di samping tempat tidurnya. "Nyo-Nyonya..." Dengan penuh keterkejutan, Aleena segera beranjak perlahan-lahan. "Nyonya sudah dari tadi?" "Ya, aku sudah dari tadi melihat kau akting seperti seorang pasien!" jawab Marsha dengan nada geram. Aleena tertunduk meremas selimutnya sambil mengusap perutnya yang tiba-tiba terasa kaku setiap ia bangun tidur. "Maaf, Nyonya. Saya benar-benar tertidur dan tidak tahu kedatangan Nyonya," ujar Aleena jujur. "Semalam saya tidur cukup larut karena perut saya sakit..." "Ck! Kenapa bayimu itu sangat merepotkan sekali! Aku lihat para wanita yang lain hamil tidak merepotkan seperti bayimu ini!" pekik Marsha dengan seraut wajah sinisnya yang galak. Aleena langsung m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

Bab 144. Kehangatan untuk Hati yang Membeku

Asher melewati Marsha begitu saja tanpa ada rasa peduli sedikitpun. Laki-laki itu bergegas masuk ke dalam kamar inap Aleena. Di sana, Asher melihat Aleena tertunduk mengusap-usap perutnya dan tampak berbicara sendiri dengan anak di dalam kandungannya tersebut. Perasaan Asher mendadak kalut. Apa yang telah Marsha katakan pada Aleena?!"Aleena," panggil Asher pelan. Gadis itu mengangkat wajahnya terkejut, hingga tak sempat baginya menghapus air mata itu. Asher mendekatinya cepat dan menarik pelan pundak Aleena untuk menatapnya. Iris hitam itu menelisik tajam wajah Aleena. "Kau menangis? Kenapa ... apa yang Marsha katakan padamu, hm?" Asher mengelus pipi itu dengan ibu jarinya. Lidah Aleena terasa kelu untuk mengucapkan sepatah kata. Hingga kata-kata yang mulanya tersusun rapi di dalam otaknya, seolah tertelan begitu saja. "Dia tidak menyakitimu, kan?" tanya Asher cemas, laki-laki itu tertunduk menatap telapak tangan Aleena yang memeluk perutnya. Asher mengusap perut itu hingga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 145. Tak Ingin Meninggalkanmu Terlalu Lama

Perjalanan dari Palonia ke Murniche menempuh waktu berjam-jam. Sampai akhirnya Asher tiba di siang hari di rumahnya, dan itu pun Asher segera bergegas ke kantor untuk bertemu dengan para rekan bisnisnya. Rapat penting yang tidak bisa ia lewatkan, memerlukan konsentrasi tinggi untuk tiap detail masalah. Dari pukul satu hingga pukul setengah empat sore, rapat itu terselesaikan dengan baik. Di dalam ruangan berdinding kaca itu, masih ada empat orang di sana, salah satunya Asher dan Papanya yang kini tengah memperhatikannya. "Beberapa hari ini kau tidak tampak di Murniche. Saat aku datang ke rumahmu juga tidak ada siapapun, dua hari berturut-turut Papa ke rumahmu pagi dan sore, tapi kau tidak ada. Marsha juga baru pergi kata pelayan ... kau ke mana, Asher?" tanya Darren menelisik paras tampan putranya. "Mengurus urusan yang sangat penting," jawab Asher dingin dan datar. Alis tebal Darren mengerut tajam. Bahkan Asher tampak tidak serius sama sekali. "Urusan penting apa? Kantor? Papa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 146. Sebuah Kecupan Penuh Kasih Sayang

Senja yang indah di kota Palonia, dapat Aleena saksikan setiap sore hari tanpa terlewat sehari pun. Gadis itu duduk di deretan bangku tunggu di depan kamar rawat inapnya. Duduk termenung menatap dinding kaca, memperhatikan burung-burung berterbangan menghiasi langit jingga yang tampak memancarkan cahaya hangat ke wajahnya. 'Berapa lama lagi aku menunggu? Apa dia kembali mengingkari janjinya?' batin Aleena diliputi rasa resah. Gadis itu tertunduk mengusap perutnya yang mulai terasa nyeri di bagian bawah. Tetapi Aleena mencoba untuk tetap tenang. Sampai tiba-tiba, seorang wanita mendekati Aleena yang tengah melamun dengan wajah sedih dan resah. "Nyonya, kau baik-baik saja?" tanyanya. Suara lembut itu membuat Aleena mengangkat wajahnya. Kedua pupil matanya melebar menatap seorang wanita hamil yang berdiri di sampingnya membawa tiang infus, dan anak kecil berkisar usia lima tahun memeluk kakinya. Alena tersenyum seketika. "Ya, saya baik-baik saja," jawabnya mengangguk. Wanita itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Bab 147. Berada Dalam Posisi Serba Salah

Aleena melepaskan pelukannya dari Asher. Ia menatap buket bunga mawar yang Asher bawakan untuknya. Senyuman manis di bibir tipisnya terukir lembut menunjukkan rasa senang di dalam hatinya. "Kau menyukainya?" tanya Asher mengusap pucuk kepala Aleena. "Ya. Saya sangat menyukainya," jawab gadis itu menatapnya hangat. Aleena kembali menoleh ke arah dinding kaca, matahari sudah terbenam sempurna. Dan harapan yang Aleena ucapkan tadi, ia ingin Asher datang sebelum matahari tenggelam. Tuhan mengabulkannya...Asher merangkul Aleena dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Di sana, Aleena kembali duduk di atas ranjang rumah sakit. Ia memperhatikan Asher yang tengah melepaskan mentel dan tuxedo hitamnya. "Tuan, kata Dokter Regina kondisi saya sudah baik, saya diizinkan pulang besok pagi," ujar Aleena menyerah sebuah amplop putih pada Asher. Asher menoleh dan meraih kertas itu sambil menatap Aleena penuh telisik. "Kau yakin sudah baik-baik saja?" "Sudah, Tuan." Saat Asher sibuk membaca s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 148. Momen Terhangat Kita

Sepulang dari rumah sakit, Aleena benar-benar dijaga oleh Asher sejak pagi, siang, dan hingga kini sudah sore hari. Aleena baru saja bangun dari tidurnya. Gadis itu duduk di tepi ranjang dan meraih ponselnya miliknya di atas meja yang tampak menyala. Padahal beberapa hari yang lalu ponsel itu susah untuk dinyalakan. Pasti Asher yang telah mengotak-atiknya. "Bagaimana dia membenarkannya? Apakah bisa diisi daya lagi?" gumam Aleena tersenyum tipis. "Dengan begini aku bisa menghubungi Samuel dan video call dengan Papa." Aleena awalnya sudah sangat kesenangan. Namun, saat Aleena membuka kontak panggilan, tidak ada nomor sama sekali kecuali nomor Asher di sana. "Hah? Ke-kenapa semua nomornya hilang?" gerutu Aleena. "Nomor Samuel, Bibi Baritha, nomor teman-teman semuanya hilang?!" Helaan napas panjang dan kecewa terdengar dari bibir Aleena. Ini sudah keempat kalinya Asher menghapus semua kontak di ponselnya. "Pasti dia yang menghapusnya," gerutu Aleena cemberut. Aleena beranjak dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 149. Kita Tidak Akan Pernah Usai

Suara deringan ponsel berkali-kali terdengar dari ponsel milik Asher di atas nakas yang berada di kamar Aleena. Aleena yang mendengarnya pun bisa melihat nama Marsha di sana. Ia tidak berani menyentuh ponsel milik Asher sedikitpun. Gadis itu mengepalkan jemarinya untuk mengungkapkan betapa gelisahnya ia. "Pasti Nyonya menunggu Tuan," gumam Aleena lirih. "Mungkin aku akan mengatakan pada Tuan kalau Nyonya terus menelfon, setidaknya Tuan bisa pulang ... dan Nyonya tidak salah paham denganku." Aleena keluar meninggalkan kamarnya dan mencari Asher. Setelah makan malam bersama, Aleena kembali ke kamar dan meninggalkan Asher di lantai satu. Gadis itu kembali melangkah ke arah dapur. Di sana, Aleena melihat Asher tampak menyiapkan obat dan vitamin untuk Aleena minum malam ini. Dengan begitu hati-hati dan terlihat betapa pedulinya ia pada Aleena. Air putih dalam gelas, beberapa butir vitamin di dalam mangkuk kecil dan potongan buah-buahan di atas piring. Aleena menghentikan langkahnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 150. Kasih Sayangku yang Tak Sampai

Pagi-pagi sekali, Aleena terbangun dari tidurnya. Gadis itu merasakan pelukan yang hangat mendekapnya dengan erat. Aleena tidak tahu kapan Asher masuk ke dalam kamar dan tidur bersamanya. Hingga laki-laki ini sudah berada di samping Aleena. "Tuan Asher," lirih Aleena menatapnya dengan tatapan lekat. Gadis itu terus menatapi paras tampan yang tersuguh di hadapannya kini. Sebelum Aleena melepaskan pelukan Asher dan menyibak selimutnya. Aleena melihat ponselnya yang menyala, ia meraih benda pipih itu dan melihat banyak sekali pesan makian yang Marsha kirimkan padanya.Semakin Aleena menahan, ia semakin ketakutan. Meskipun Aleena selama ini tahu, seperti apa seorang Marsha di belakang Asher. Wanita itu lebih menyeramkan dari yang Aleena bayangkan. "Kau sudah bangun?" Suara bariton serak itu membuat Aleena tersentak pelan. Ia meletakkan ponselnya di atas meja dengan cepat dan menoleh ke belakang pada Asher yang baru saja bangun. "Ya, Tuan," jawab Aleena lirih. Gadis itu berjalan men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status