Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 151 - Bab 160

369 Bab

Bab 151. Anakku Sayang, Anakku Malang

Dengan keberanian yang terkumpul, Aleena membuka pintu rumahnya. Ia menatap sosok Marsha yang berdiri tepat di hadapannya dengan wajah dingin dan kaku menahan amarah yang besar. Napas Aleena tercekat saat Marsha melangkah mendekati, spontan Aleena mundur beberapa langkah. "Di mana Asher?" tanya wanita itu dengan nada geram. "Tu-tuan Asher sudah pulang, Nyonya," jawab Aleena tertunduk. "Beberapa menit yang lalu..." Marsha berdecak menatap Aleena tajam dan emosi. "Kenapa kau tidak menyuruhnya pulang sejak kemarin, heh? Aku sudah menghubungimu berulang kali sejak kemarin, Aleena!" teriak wanita itu. Aleena semakin tertunduk, jemarinya meremas dress panjang yang ia pakai. Rasa takut yang menguasai dirinya membuat gadis itu gemetar. "Saya sudah meminta Tuan pulang, Nyonya. Tapi Tuan menolaknya, bahkan sudah berkali-kali," jawab Aleena dengan kepala tertunduk. "Alasan! Kau pasti menahannya, kan?!" Marsha menuding wajah Aleena dengan satu tangannya mencengkram pundak kiri Aleena kuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 152. Anak Dengan Wajah Sepertimu

Hari sudah gelap, Asher kembali ke rumahnya setelah seharian di sibuk di kantor. Laki-laki itu baru saja turun dari dalam mobilnya, ia tidak memiliki rasa semangat sedikitpun. Berbeda saat ia pulang ke rumahnya di Palonia. Asher melangkah masuk ke dalam rumah, kepulangannya disambut oleh Marsha di ruang makan. Wanita itu tersenyum lebar menghampirinya. Bagaimanapun juga, Marsha harus bisa mengambil hati Asher seperti dulu. "Sayang, kau sudah pulang," sapanya dengan wajah berseri-seri. "Aku sudah meminta pelayan memasakkan makanan kesukaanmu. Ayo kita makan malam bersama, Sayang..." Marsha meraih lengan Asher dan memeluknya. Namun dengan wajah dingin dan tak acuh, Asher melepaskan tangan wanita itu. "Aku tidak lapar," jawab Asher menatap wanita itu malas. "Masih banyak pekerjaan yang harus aku urus." "Ayolah, Sayang ... Pelayan sudah menyiapkan itu semua dari sore," rengek Marsha memeluk lengannya erat-erat. Asher berdecak kesal, ia tidak mau mendengarkan rengekan istrinya itu l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 153. Mempertahankan Anakku dan Pergi

Dua hari berlalu, Aleena menghabiskan hari-harinya dengan penuh kegundahan. Tak sehari pun ia tidak merasa resah, memikirkan bayinya, dan bagaimana Aleena bisa mempertahankan anak ini untuk terus bersamanya. Sampai akhirnya pagi ini Aleena didatangi oleh Samuel di kediamannya. Sahabatnya datang tiba-tiba dengan wajah cemas, saat Aleena membukakan pintu. "Samuel," sapa Aleena dengan wajah terkejut. "Ke-kenapa kau ke sini lagi?""Aku mencarimu di rumah sakit, aku pikir kau masih dirawat di sana," ujarnya sambil menatap Aleena lekat-lekat. "Aku terus kepikiran dirimu, Al. Beberapa hari yang lalu aku sibuk di kantor dan sekolah jadi aku tidak sempat menjengukmu." "Ya ampun, Samuel ... ayo masuk," ajak Aleena. "Tidak usah. Kita duduk di sini saja," ujar Samuel menahan lengan Aleena. Samuel memperhatikan wajah Aleena yang tampak pucat dan kurus, juga bibir tipisnya yang kering hingga terlihat Luka kecil di sana. Kenapa Aleena menjadi begini? Padahal hanya beberapa hari saja Aleena saki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 154. Nak, Maafkan Mama

Di pagi yang mendung ini, Aleena berhasil menghubungi Marsha dan membuat janji untuk bertemu. Ia merasa sangat beruntung saat Marsha tidak menolak ajakannya. Aleena mendatangi sebuah rumah makan mewah di pusat kota Palonia. Sudah setengah jam lamanya ia menunggu Marsha, sampai wanita itu tiba dan masuk ke dalam ruangan di mana hanya ada ia dan Marsha di sana. "Selamat pagi, Nyonya ... silakan duduk," ujar Aleena berdiri dari duduknya. Marsha menatap Aleena tajam, sudut matanya memicing tajam seketika. "Untuk apa kau mengajakku bertemu, Aleena? Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Marsha tanpa basa-basi. Aleena tertunduk dan menarik napasnya pelan. Ia mengumpulkan keberanian dalam dirinya untuk mengatakan ini semua. "Sebelumnya saya ingin meminta maaf pada Nyonya. Saya ingin membahas tentang anak ini," ujar Aleena mengusap perutnya. Kedua alis Marsha menukik seketika. "Apa maksudmu? Kenapa dengan anak itu?" "Nyonya, saya tahu Nyonya sangat membenci saya dan anak ini ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 155. Jangan Harap Kau Bisa Meninggalkanku, Aleena

Air hujan yang turun membasahi sekujur tubuh Aleena. Gadis itu berjalan kaki pulang kembali ke rumahnya setelah bertemu dengan Marsha. Dinginnya air yang semakin deras setiap detiknya, Aleena mampu menyembunyikan air mata yang menetes untuk beribu kalinya dari pelupuk mata Aleena. 'Pada akhirnya, aku menjadi seorang Mama yang buruk untuk anakku, Mama yang tidak bisa melindungi anaknya sendiri ... bahkan dalam hidup ini aku gagal dalam segala hal.' Aleena mengangkat kedua telapak tangannya yang gemetar, merasakan derasnya air hujan yang membasahinya. "Seandainya aku tidak membawa nyawa baru dalam perutku, aku pasti akan mengakhiri hidupku," lirih Aleena. Gadis itu berjalan dan berdiri di sebuah jembatan kota. Di tengah hujan deras yang membuat lalu lintas di sekitar sana sepi. Aleena menatap ke bawah, betapa derasnya air sungai yang mengalir. Ia berpikir berlipat-lipat untuk mengakhiri hidupnya. Bila ia mati, anak yang tidak bersalah ini pun juga akan mati, bahkan di saat ia belu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 156. Bebaskan Aku, Dari Nerakamu

Kedatangan Asher di kediaman keduanya di Palonia disambut oleh Bibi Julien. Dengan wajah cemas, Asher menatap pembantunya yang juga tampak resah."Di mana Aleena?" tanya Asher pada wanita itu. "Ada di kamarnya, Tuan. Nona Aleena tidak keluar kamar sejak pagi tadi," ujar Bibi Julien. Asher berdecak kesal, ia bergegas naik ke lantai dua di mana kamar Aleena berada. Laki-laki itu awalnya mengira Aleena akan mengunci pintunya, namun ternyata pintu itu justru sedikit terbuka hingga tak menyusahkan Asher untuk mengetuk pintu kamar itu. Asher melangkah masuk ke dalam kamar dan menghampiri Aleena yang berdiri di depan jendela kamarnya. Aleena yang menyadari kedatangan Asher, gadis itu hanya diam menatapnya seolah ia bisa menebak dirinya akan dimarahi habis-habisan. "Katakan ... kenapa kau diam-diam bertemu dengan Marsha dan kau berniat akan pergi membawa anak kita, Aleena?" desis Asher. "Apa maksudmu mengembalikan uang yang pernah aku berikan padamu, dan kau mengkhianati perjanjian di a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 157. Sikap Seorang Pemilik!

Setelah pertengkarannya dengan Aleena beberapa jam yang lalu, Asher masih berada di rumah itu. Ia tidak ingin meninggalkan Aleena yang sedang mengurung diri di dalam kamar. Asher terdiam di ruang keluarga sendirian. Laki-laki itu duduk menatap ke arah luar di mana hujan masih belum berhenti sejak pagi. 'Marsha pasti mengatakan hal yang tidak-tidak pada Aleena. Apa Marsha yang mengatakan benci dan merasa jijik dengan anakku?' batin Asher terus kepikiran. 'Sampai hal itu membuat Aleena tidak ingin melepaskan anaknya, dia memilih mengganti uang satu miliar itu dan memilih pergi? Tetapi kalau bukan Marsha, siapa lagi?!' Asher mendongakkan kepalanya dan memijit pangkal hidungnya. "Apa maunya wanita itu!" desis Asher. Kegiatan Asher tersita saat ia mendengar suara langkah kaki perlahan-lahan menuruni anak tangga. Laki-laki itu menoleh cepat dan benar, ia melihat Aleena berjalan menuju ke lantai satu. Asher segera beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati gadis itu. "Kau mau ke m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 158. Kemarahan Besar Asher pada Marsha

Asher menemui Samuel di tempat yang terletak tak jauh dari gedung sekolah, di mana laki-laki itu bekerja sebagai seorang guru. Kemunculan Asher seolah sudah ditebak oleh Samuel. Laki-laki dengan balutan kemeja abu-abu itu berjalan mendekatinya di sebuah tempat yang tampak sangat sepi "Ada perlu apa mencari saya, Tuan Asher?" Samuel menatap Asher dengan lekat. Wajah dingin Asher menunjukkan kekesalan yang luar biasa pada laki-laki itu. Dengan tampang yang tenang dia malah bertanya apa perlunya Asher. Tanpa basa-basi, Asher langsung menarik krah kemeja yang Samuel pakai tanpa rasa ragu sedikitpun. Rahang Asher mengetat hingga bibirnya menipis marah, dengan tatapan tajam pada Samuel. "Harus berapa kali aku peringatkan padamu untuk tidak menemui Aleena lagi, huh?! Apa kau pura-pura tidak bodoh … Aleena itu istriku! Kau hanya orang luar dan jangan ikut campur urusan kami!" tegas Asher dengan wajah geramnya. Mendengar ucapan Asher, sontak Samuel meraih tangannya dan menepis tangan As
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 159. Seorang Istri yang Sesungguhnya

Kemarahan Asher membuat Marsha ketakutan. Tak hanya itu, ia juga takut dirinya akan disingkirkan oleh Asher. Marsha mengejar Asher yang kini berjalan meninggalkan kamarnya masih dengan kemarahan yang hebat. "Asher, tunggu!" pekik Marsha meraih tangan Asher dan mengimbangi langkah kakinya yang lebar. "Asher ... aku benar-benar minta maaf. Aku tidak menyengaja hal itu pada Aleena. Aku mohon maafkan aku, Asher. Jangan marah begini," tangis Marsha mencekal tangan Asher. Asher menepis tangan wanita itu berulang kali. Sampai kini mereka tiba di lantai satu, Asher menghentikan langkahnya dan ia menatap Marsha tajam. "Cukup, Marsha! Tidak ada gunanya kau memohon sekalipun padaku," seru Asher.Laki-laki itu menyugar rambutnya dan menuding wajah istrinya sekali lagi. "Sekali lagi aku mendengar atau melihatmu menindas Aleena ... awas kau!" sinisnya. "Aku melakukan itu karena kau selalu bersamanya, Asher! Kau sering menghabiskan waktumu dengan Aleena, bukan denganku!" pekik Marsha mendongak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 160. Kau yang Layak Untuk Kucintai

Pagi ini berbeda dengan pagi-pagi yang Aleena lalui kemarin. Gadis itu terbangun dengan pelukan hangat yang mendekapnya. Aleena menatap wajah Asher yang kini berada tepat di hadapannya. Laki-laki itu masih setia memejamkan kedua matanya dan terlihat begitu kelelahan setelah Asher memutuskan untuk tidur pukul dua dini hari. "Tuan Asher," lirih Aleena menyentuh pipi putih laki-laki itu dengan jari telunjuknya. Tak ada pergerakan apapun hingga Aleena yakin kalau Asher benar-benar tertidur pulas.Menatapnya seperti ini membuat Aleena tersenyum tipis. Teringat bagaimana Asher mengakui kalau Aleena adalah istrinya, meskipun kenyataan itu membuat Aleena nelangsa, karena ia masih merasakan dirinya berdiri di atas pernikahan yang terjadi tanpa cinta di dalamnya. Dan Aleena bukan sepenuhnya istri yang Asher inginkan sejak awal. 'Apakah ini yang dimaksud cinta habis pada satu orang?' batin Aleena sambil memandangi Asher. 'Dan aku, tidak tahu apakah yang aku rasakan sekarang ini perasaan cint
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status