Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 161 - Bab 170

369 Bab

Bab 161. Betapa Sayang Aku Padamu

"Tuan, Nyonya Marsha menghubungi saya. Nyonya meminta Tuan untuk pulang, katanya ada yang ingin beliau katakan pada Tuan." Jordan menatap Asher yang tengah duduk sambil membuka-buka beberapa berkas di tangannya. Di dalam ruangan kerjanya, Asher sudah berjam-jam di sana usai sarapan. Laki-laki itu menatap Jericho dengan sorot tajam iris hitamnya dibalik kaca mata berbingkai emas yang ia pakai. "Kau tidak perlu menjawab panggilan darinya," seru Asher. "Aku tidak punya niatan untuk ingin pulang dan melihat wajah wanita itu!" Mendengar jawaban Tuannya, Jordan pun menelan ludahnya pelan. Aura kekesalan di wajahnya terlihat jelas saat Jordan menyebut nama Marsha, entah apa yang terjadi di antara mereka. Laki-laki itu mengangguk. "Baik Tuan." "Satu lagi, Jordan!" Asher menatap ajudannya lagi. "Kosongkan jadwalku selama dua hari ini. Aku akan menghabiskan waktuku dengan Aleena. Aku sudah meminta Graham untuk menangani perusahaan di Brisilia, untuk urusan kantor, aku serahkan padamu dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 162. Sebuah Syarat Dalam Kehangatan

Asher mengajak Aleena pergi jalan-jalan ke pusat kota. Gadis itu mengajaknya melihat air mancur di tengah taman kota, tempat yang sangat ramai dan memiliki pemandangan yang indah. Kini Asher dan Aleena duduk di sebuah bangku kayu. Aleena tampak sibuk dan antusias memperhatikan anak-anak kecil berlarian di sekitar sana. "Lucu sekali anak itu ... Tuan lihatlah, anak perempuan itu sangat manis," ujar Aleena menunjuk anak kecil yang sedang belajar berjalan bersama Papanya.Asher tersenyum, ia memperhatikan wajah Aleena yang tampak gembira. Bahkan sejak tadi ia tidak melepaskan genggaman tangan Asher. Gadis itu menoleh dan menatapnya sambil tersenyum. "Pasti anak kita nanti akan menggemaskan seperti anak itu, Tuan," ujar Aleena kembali menatap anak kecil di depannya. "Sepertinya lebih lucu lagi," jawab Asher tersenyum tipis. "Apalagi kalau dia anak perempuan, pasti cantik sepertimu." Aleena tercengang mendengarnya, ia langsung tertunduk dan mengusap perutnya sambil mengangguk ragu-rag
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 163. Sekarang, Kita Adalah Keluarga

Setelah Aleena dan Asher puas berjalan-jalan, mereka membeli banyak barang, juga pergi ke restoran tempat yang ingin Aleena kunjungi. Setelah itu barulah mereka berdua pulang. Aleena bergegas masuk ke dalam kamar, mengganti pakaiannya dan gadis itu kini duduk di sebuah sofa menatap ke arah luar. Entah mengapa, cuaca cepat sekali berubah mendung. Asher memperhatikan istrinya cukup lama, setiap Aleena melamun, seperti ada sesuatu hal yang tampak sangat Aleena rindukan. Walaupun Asher tak tahu apa itu? Entah keluarganya Atau hal lainnya. "Kenapa melamun? Apa yang sedang kau pikirkan, hm?" tanya Asher duduk di sampingnya. "Apa ada sesuatu yang belum sempat kau beli?" "Tidak," jawab gadis itu menatapnya dan tersenyum tipis. Aleena duduk dengan nyaman dan menyandarkan punggungnya di tubuh Asher. Ia diam menatap hujan yang mulai turun di luar sana. Menatap wajah istrinya berlama-lama membuat Asher diam-diam penasaran. Apa yang membuat gadis dua puluh tiga tahun ini rela menjadi ibu pen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 164. Seorang Istri Kesayangan Tuan Asher Benedict

Dua hari Asher berada di Palonia menemani Aleena. Hari ini ia harus segera kembali ke Murniche untuk kembali mengurus perusahaannya. Sejak pagi, Aleena sibuk menyiapkan sarapan, pakaian, hingga keperluan Asher sebelum laki-laki itu pergi. Hingga kini Aleena berjalan menuruni anak tangga bersama Asher yang hendak beranjak pergi. "Saat aku tidak di rumah kau jangan pergi ke mana-mana, kau mengerti!" seru Asher sambil merangkul pinggang Aleena dan mengecup pipi gembilnya. "Heem, saya mengerti, Tuan..." Aleena mengangguk. Namun, tiba-tiba saja langkah Asher terhenti di pertengahan anak tangga. Langkah kaki Aleena juga ikut terhenti. Gadis itu mendongak menatap suaminya dengan penuh tanda tanya. "Hm, kenapa?" tanya gadis itu dengan tatapan polosnya. "Berapa kali aku katakan padamu, jangan menggunakan bahasa formal lagi denganku," ujar Asher menatapnya lekat-lekat. "Apalagi memanggilku dengan panggilan Tuan." Kedua pipi Aleena bersemu seketika. "Ta-tapi ... tapi a-aku harus memanggi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 165. Bagaimana Rasanya Diabaikan, Marsha?

Selama dua hari Marsha tidak bisa menghubungi Asher. Bahkan menghubungi ajudannya pun rasanya percuma karena Jordan mengatakan Asher tidak ingin berbicara dengannya. Setelah mengetahui kalau Asher kembali ke kantornya siang ini, Marsha pun memutuskan untuk menemui Asher. Marsha menatap seorang laki-laki berbalut tuxedo hitam yang kini baru saja keluar dari sebuah ruangan meeting. Segera Marsha mempercepat langkahnya mengejar sang suami. "Asher," panggilnya dengan nada sedikit tegas. Asher menghentikan langkahnya, namun ia tidak menoleh sedikitpun pada wanita itu hingga Marsha mendekatinya. "Asher, tunggu..." Marsha mencekal lengan Asher. “Aku ingin kita membahas masalah kemarin.” "Aku sibuk. Pergilah," jawab Asher melepaskan tangan Marsha dengan cepat. "Asher jangan seperti ini. Aku tahu kau marah padaku, tapi tolong jangan acuhkan aku," pintanya dengan wajah sedih. "Aku akan menjelaskan semuanya, Asher." Di depan ajudannya, dan juga beberapa karyawan yang lewat dalam lorong i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 166. Kedok Marsha Mulai Terbongkar!

Tiada angin, tiada hujan tiba-tiba saja Asher pulang ke kediaman utama. Kepulangannya membuat Marsha merasa kesenangan, bahkan ia sangat percaya diri berpikir Asher benar-benar sudah sedikit memaafkannya. Bahkan saat Asher masuk ke dalam rumah, Marsha menyambutnya seolah-olah tidak ada apa-apa. "Sayang, ka-kau ... aku pikir kau pulang ke Palonia," ujar Marsha berjalan membuntuti Asher. "Kau sudah makan? Mau aku buatkan teh, kopi, atau—"Ucapan Marsha terhenti saat Asher tiba-tiba menghentikan langkahnya di pertengahan anak tangga tanpa menatapnya sedikit pun. "Aku pulang karena Mama dan Papa akan ke sini," ucap Asher dingin. "O-oh, Mama dan Papa akan ke sini? Kalau begitu aku akan meminta para pelayan untuk menyiapkan makan malam bersama," ujar wanita itu dengan wajah antusias. Asher meliriknya sekilas dan berucap, "terserah." Barulah Asher kembali melangkah menaiki anak tangga dan meninggalkan Marsha. Sedangkan Marsha tersenyum tipis begitu Asher melangkah masuk ke dalam kamar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 167. Alasan Lebih Nyaman Denganmu

"Sayang, kau mau ke mana? Kau tidak bermalam di rumah lagi?" Marsha masuk ke dalam rumah setelah ia kembali dari taman. Wanita itu melihat Asher yang telah bersiap memakai mantel hangat dan tampak membawanya berkas-berkas bersama laptop di tangannya."Aku akan ke Palonia," jawab Asher tak acuh dan dingin. "Baiklah kalau memang kau merasa nyaman di sana untuk sementara waktu ini," ujar Marsha. "Aku rasa ... sepertinya Aleena juga sekarang lebih banyak membutuhkan waktu denganmu." Asher tetap hening tak memberi jawaban. Membiarkan Marsha berjalan di belakangnya. "Jangan lupa pulang, Asher. Aku ... aku akan selalu menunggumu di rumah."Masih tidak ada jawaban apapun dari Asher. Meskipun sebenarnya ia sangat curiga dan merasa heran dengan reaksi Marsha yang tidak seperti yang Asher duga sebelumnya, biasanya wanita itu mungkin akan menahannya dengan berbagai cara. Tapi sepertinya sekarang dia diam dan tidak memberikan reaksi apapun atau larangan sama sekali. Tentu saja hal ini memper
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 168. Tuan Asher, Nyonya Marsha Berselingkuh!

Usai membersihkan tubuhnya, Asher kembali masuk ke dalam kamar. Ia melihat Aleena tampak sibuk menyiapkan pakaian ganti untuknya. Asher sangat menghargai perhatian Aleena. Laki-laki itu berjalan mendekat tanpa suara, ia memeluk Aleena dari belakang dengan hangat. "Aku sudah siapkan baju ganti untukmu," ujar Aleena meraih sebuah sweater berwarna putih dan celana bahan hitam panjang. "Cepatlah ganti baju, jangan lama-lama memakai handuk piyamamu. Di sini sangat dingin, kau bisa flu kalau kedinginan terlalu lama." Asher terdiam menundukkan dagunya di pundak kiri Aleena hingga tetes-tetesan dari rambutnya yang basah membasahi lengan Aleena. "Apa yang kau tunggu, cepatlah." "Terima kasih, Sayang," bisik Asher mengecup singkat pipi Aleena. Laki-laki itu melenggang masuk ke dalam kamar ganti. Sedangkan Aleena berdiri di tempat menatapnya dan tersenyum tipis. Aleena tertunduk mengusap perutnya. Setelah ia sempat bimbang harus memperlakukan Asher seperti apa? Mengingat posisinya hanyal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 169. Wanita Licik yang Sial!

Sementara di tempat lain...Tampak Marsha yang kini tengah berada di dalam sebuah pusat perbelanjaan bersama seorang laki-laki, ia membawa banyak paper di lengan kiri dan kanannya. Sementara laki-laki itu hanya sibuk membuntutinya dan sesekali memilih pakaian untuk dirinya sendiri. "Kau suka mantel yang itu, hm?" tanya Marsha menatap Calven. "Ya, aku rasa ini mantel yang cukup bagus. Apakah aku terlihat cocok saat memakai ini, Sayang?" tanyanya. "Tentu saja. Kau akan sangat tampan," kawan Marsha terkikik geli. "Ambil saja, biar aku yang membayar semuanya, lagipula ... Asher Benedict sedang tidak ada di rumah, tapi uangnya tetap berjalan di kartu kreditku." Wanita itu melenggang sambil tersenyum penuh bangga diri. Di belakangnya Calven sang kekasih pun hanya tersenyum saja. Marsha sudah bertahun-tahun lamanya menjalin hubungan spesial dengan laki-laki ini, bahkan ia juga tidak segan menguras semua uang di dompetnya demi merawat laki-laki yang ia gilai tersebut. Sementara ia memp
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 170. Kau Adalah Obat Segala Laraku

Cuaca di Palonia mendadak mendung berangin sejak pagi tadi. Aleena yang baru saja keluar dari dalam kamar, gadis itu berjalan ke lantai satu mencari Asher. Dari ujung bawah anak tangga, Aleena mendapati suaminya tengah berdiri menatap ke arah luar dari jendela besar di ruang keluarga. Seperti terjadi hal yang tidak biasa..."Ada apa dengannya?" lirih Aleena meremas dadanya pelan. "Dia terus diam sejak kemarin. Bahkan kalau dipikir-pikir, aku tidak membuat kesalahan apapun, semalam dia juga tidur memelukku dan menciumku, tapi dia kembali diam setelahnya. Kenapa..." Selain wajah yang ragu-ragu, Aleena juga bingung dengan sikap suaminya sejak kemarin sore. Tetapi, Aleena tidak ingin diam saja membiarkan Asher seperti itu. Perlahan ia melangkah mendekati suaminya. Aleena mengulurkan tangannya dan menyentuh punggung Asher dengan jemarinya yang lembut. "Asher..." Suara manis istrinya membuat Asher menoleh dan menatapnya dengan datar. "Ada apa denganmu? Kenapa kau banyak diam sejak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status