Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 131 - Bab 140

369 Bab

Bab 131. Tuan, Peluk Saya Lebih Lama Lagi

Asher membawa Aleena pulang, ia menarik lengan kecil gadis itu untuk ikut dengannya masuk ke dalam kamar Aleena di lantai dua. Sejak tadi, Aleena berusaha untuk melepaskan cekalan tangan Asher. "Tuan, kita bicarakan baik-baik, jangan marah..." Ucapan Aleena terhenti saat Asher menutup pintu kamar dengan kuat. Laki-laki itu mendorong pelan Aleena ke sebuah sofa hingga gadis itu terduduk di sana, sebelum kedua lengan kekarnya mengurung pergerakan Aleena. "Sudah berapa kali kau bertemu dengannya?" tanya Asher dengan mata berkilat-kilat. Aleena menatapnya dengan berani. "Sekali. Dia ke sini mencari saya karena saya teman baiknya!" pekik gadis itu kesal. "Teman kau bilang?" Asher mencengkeram erat pinggiran sofa. "Seorang teman rela ke luar kota hanya untuk mencari temannya, heh?" Aleena mengerjap kedua matanya dan bibirnya menipis kesal. Asher tak pernah tidak marah bila bertemu dengannya. Apa dia pikir Aleena hanya bisa terus bersabar? "Memangnya kenapa, Tuan? Memangnya salah k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Bab 132. Rasa Rinduku Lebih Mahal Dari Segalanya

"Apa Tuan akan pulang kembali ke Murniche sekarang?" Aleena mencengkeram pelan bagian depan tuxedo yang Asher pakai. Ia mendongak menatap Asher dengan kedua iris cokelatnya yang bening dan tersisa air mata di sana. "Tuan tidak ingin di sini dulu sebentar?" tanya Aleena lagi. Asher menatap pandangan mata polos Aleena yang seolah berbisik dia tengah menahannya untuk tidak pergi. "Ya, aku ingin di sini menemanimu," jawabnya tenang. Helaan napas lega terasa oleh Aleena, jemari lentik tangannya melepaskan cengkeraman di tuxedo yang Asher pakai. Gadis itu tertunduk dan mengusap perut besarnya. Asher memperhatikannya sebelum laki-laki itu mengulurkan tangannya menyentuh perut Aleena dengan lembut.Desiran aneh menjalar di dada Asher, begitu juga Aleena yang kini menatapnya dan tersenyum sendu dengan kedua matanya yang sembab. "Dia sudah memasuki usia enam bulan minggu ini, Tuan" ujar Aleena. "Dan Tuan tidak pernah menyentuhnya sama sekali ... apa Tuan ragu tentang anak ini?" Mendenga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

Bab 133. Kehangatanmu yang Kurindukan

Sejak pagi hingga siang hari, Asher menemani Aleena. Sampai kini Aleena tertidur nyaman dalam rangkulan Asher sejak beberapa menit lamanya. Asher sengaja tak memindahkannya, ia membiarkan Aleena tertidur dalam pelukannya guna melepaskan rasa yang menyiksa di dalam dadanya. Karena Asher yakin, gadis ini benar-benar sangat merindukanya . "Bagaimana bisa dia tidur dalam posisi seperti ini?" gumam Asher mengusap pucuk kepala Aleena dan menariknya perlahan. Ditatapnya wajah cantik Aleena, wajah itu tampak sedikit basah karena keringat tipis di kulit putih Aleena. "Udara di sini masih terbilang dingin, tapi Aleena berkeringat..." Asher merapikan rambut panjang Aleena yang menutupi wajah gadis itu. Sebelum ia menyandarkan kembali kepala Aleena dalam rangkulannya. Kegiatan Asher yang tengah menatapi wajah cantik Aleena pun terusik, suara deringan ponselnya tak hanya membuatnya kaget, bahkan Aleena yang tertidur dalam pelukannya pun tersentak. "Ck! Siapa yang menelfon siang-siang seper
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

Bab 134. Aleena Pasti Akan Marah

Setelah Asher pergi kembali ke Murniche, Aleena tampak bersemangat. Mengingat Asher berjanji akan datang malam ini untuk malam bersama. Aleena bergegas menuju dapur setelah Asher pergi. Di sana, ia mencari sesuatu yang ingin ia masak untuk menu makan malam nanti. "Nona Aleena sedang apa di sini? Nona istirahat saja, kalau butuh apa-apa nanti biar Bibi saja yang siapkan," ujar Bibi Julien mendekati Aleena. "Tidak Bi, aku ingin memasak untuk makan malam nanti bersama Tuan Asher," jawab Aleena. "Bersama Tuan Asher? Bukannya Tuan sudah pulang, ya?" Aleena menggeleng. "Tuan berjanji nanti malam akan ke sini lagi. Saat aku mengajaknya untuk makan malam bersama, Tuan menyetujuinya." Ekspresi berbunga-bunga itu tidak bisa disembunyikan dari wajah cantik Aleena saat ini. Dia terlihat sangat antusias membuka lemari es dan mengeluarkan beberapa bahan makanan. Gadis itu ingin memasak sendiri untuk menu makan malam nanti. Sedangkan Bibi Julien diam terpaku membisu di samping meja dapur mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 135. Janji yang Kau Ingkari

Aleena sudah bersiap, ia memakai dress barunya sore ini. Menyiapkan makan malam di meja makan dengan berbagai menu hingga ia merasa lelah karena sangat sibuk sejak siang. Namun, dari pukul enam, tujuh, delapan malam, Aleena tidak melihat tanda-tanda kedatangan Asher. Gadis itu berdiri di depan jendela dengan wajah gelisah. "Kenapa Tuan Asher belum juga sampai? Ini sudah hampir lewat jam delapan," gumam Aleena lirih. "Apa dia lupa?" Kedua mata beningnya terangkat menatap bulan yang bersinar terang malam ini. Aleena mengusap perutnya dengan perasaan hampa. "Tapi dia sudah berjanji. Tuan Asher yang aku kenal tidak akan mengingkari janjinya."Gadis itu perlahan kembali berjalan mendekati meja makan. Di pukul delapan lebih empat puluh lima menit, Aleena masih merasa punya harapan kalau Asher akan datang. Langkahnya kini mendekati meja makan dan Aleena duduk di salah satu kursi. Wajahnya mulai layu saat ia menatap hidangan dari steak, sup labu, hingga beberapa makanan lainnya. Semua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 136. Senyuman Cantikmu yang Menghantuiku

Setelah sisa rasa kecewa semalam tentang Asher membuat Aleena ingin menghabiskan harinya berdiam diri di dalam kamar. Namun, hal itu ternyata tidak terjadi. Karena pagi ini Bibi Julien mengetuk pintu kamar Aleena hingga beberapa kali. "Nona Aleena, ada seseorang di luar ingin bertemu Nona. Beliau bilang, beliau teman kerja Nona dari Murniche...." Suara Bibi Julien membuyarkan lamunan Aleena. Gadis itu langsung beranjak cepat dari duduknya. "I-iya, Bi. Sebentar!" Aleena segera membuka pintu kamarnya. "Dia di mana, Bi?" "Ada di teras depan, Nona. Tuan itu tidak mau saya ajak masuk," jawab Bibi Julien. Aleena segera bergegas turun ke lantai satu. Gadis itu berjalan ke depan menuju teras hingga dia sana ia melihat Samuel duduk di kursi kayu yang berada di teras. "Sa-samuel..." Aleena menatapnya terkejut. Laki-laki itu menoleh dan tersenyum. "Oh, hai ... maaf aku ke sini tidak mengabarimu lebih dulu," ujarnya.Aleena mengangguk kecil. "Ponselku mati, susah dinyalakan. Aku tidak tah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

Bab 137. Kesalahpahaman Asher Berujung Penyesalan

Sudah dua hari berturut-turut Samuel selalu datang di pagi hari ke Palonia. Dan ia selalu datang tanpa tangan kosong, berbagai jenis makanan yang ia belikan untuk Aleena. Seperti pagi ini, mereka berdua duduk bersama di teras. Samuel datang membawakan pancake apel untuk Aleena. Namun, Aleena tidak kunjung memakannya hingga membuat Samuel bertanya-tanya. "Al, kenapa? Kau tidak suka pancake apel?" tanya Samuel menyentuh punggung tangan Aleena. "Apa kau mau makanan yang lain? Biar aku belikan di luar...." "Oh, ja-jangan, Samuel!" pekik Aleena menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Samuel memperhatikan perubahan wajah Aleena. "Kalau tidak suka, tidak usah dimakan." "Aku suka. Hanya saja ... aku mengingat seseorang," ucap Aleena melipat bibirnya dan tertunduk. Pancake apel adalah menu sarapan kesukaan Asher. Mengingat laki-laki itu membuat Aleena merasa kebas di ulu hatinya. Teringat bagaimana Asher mengingkari janjinya, padahal Aleena sudah berusaha payah, ia sudah kesenangan sepert
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 138. Sakit yang Kurasakan, Karenamu

Sesampainya di rumah sakit, Aleena langsung ditangani oleh beberapa dokter di dalam sebuah ruangan khusus. Sementara Asher menunggu di luar bersama dengan Jordan. Tak henti-hentinya Asher menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Aleena. "Apa yang sudah aku lakukan?" Asher mengusap wajahnya putus asa. "Ya Tuhan, selamatkan anak dan istriku..." Laki-laki itu tertunduk memijit pangkal hidungnya. Di sampingnya, Jordan memperhatikan Asher yang sangat kalut. Untuk pertama kalinya ia melihat Asher semenyesal ini. "Tuan harus tenang, saya yakin Nona Aleena dan bayinya akan baik-baik saja," ujar Jordan. "Tapi dia sangat kesakitan. Itu semua karena aku ... bila terjadi sesuatu pada anakku, itu semua adalah salahku," ucap Asher mengusap wajahnya dengan kedua mata memerah. Dari arah lorong depan, tampak Samuel berjalan masuk ke dalam sana. Laki-laki itu melihat Asher di sana. Samuel datang karena ia sangat khawatir pada Aleena. Di sisi lain, ia ingin mengatakan sesuatu yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 139. Sampai Kapanpun, Kau Tetap Istriku

"Kau laki-laki yang sangat jahat, Tuan Asher ... teganya kau padaku!" Aleena memukuli tangan Asher dengan sisa-sisa tenaga lemahnya. Ia menatap Asher dengan penuh kekecewaan dan kebencian yang mendalam. Sedangkan Asher, laki-laki itu masih setia menggenggam tangan Aleena dan mengusap wajah gadis itu. "Aku tahu aku salah, tapi jangan seperti ini ... tenanglah, kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Kasihan bayi di dalam perutmu, kasihan anak kita, Aleena," bisik Asher menenangkan gadis itu. "Kau hanya memikirkan anak ini, tapi kau tidak pernah memikirkan aku," seru Aleena meremas pundak Asher. "Kau tidak akan tahu sakit yang aku rasakan!" "Aleena..." Asher menatap wajah pilu gadis itu. Aleena memegangi perutnya dan memejamkan kedua matanya sejenak. "Aku sangat menyesal, Tuan Asher. Aku menyesal menerima tawaran untuk hamil anakmu," ungkap Aleena, suaranya terdengar serius dalam marahnya. "Tahu begini, aku akan tidak akan mau berada di posisi ini. Aku akan mencari uang itu, den
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

Bab 140. Hatiku Telah Kebas dan Patah Karenamu

Suhu udara yang hangat dan nyaman membuat Aleena terlelap dengan damai semalaman. Gadis itu mengabaikan adanya Asher yang menjaganya. Namun pagi ini, saat Aleena terbangun ia kembali berada di dalam kamarnya seorang diri. Tidak ada siapapun di sana. "Shhh ... aduh sakit, pinggangku," lirih Aleena mengeluh pelan memegangi pinggangnya. Perlahan-lahan Aleena duduk, ia mengusap perutnya yang terasa sesak. Setelah kejadian kemarin, Aleena merasakan sakit pada perut dan pinggangnya tiap kali ia bergerak. Tatapannya tertuju pada jendela kamarnya. Alis Aleena mengerut menatap air hujan di luar. "Tidak biasanya turun hujan di musim semi," gumamnya. Aleena beralih menatap ruangan kosong di mana ia berada saat ini. "Dia benar-benar pergi ... " Bibir Aleena mengatup rapat. "Biarlah, lebih baik seperti ini." Aleena meremas baju rumah sakit yang ia pakai dan memejamkan kedua matanya. Mengingat Asher, membuat suasana hatinya menjadi temaram dan sedih. Di tengah lamunannya, tiba-tiba pintu k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status