Dini hari, cahaya matahari belum menembus kabut tebal yang menyelimuti kota. Dante duduk di sudut ruangan, memegang bahunya yang masih terluka. Luka itu lebih dari sekadar fisik; setiap denyut sakit mengingatkannya pada kegagalan—kegagalannya melindungi orang-orang yang dia cintai. Elena mendekat perlahan, membawa semangkuk air hangat dan kain bersih. Tanpa berkata apa-apa, dia mulai membersihkan luka di bahu Dante. Sentuhannya lembut, tetapi Dante tetap meringis. “Kau harus lebih hati-hati,” gumam Elena, suaranya pelan namun penuh emosi. Dante menghela napas panjang, tidak tahu harus menjawab apa. Dia tahu Elena benar, tetapi keadaan tidak memberinya pilihan. “Aku tidak bisa berhenti sekarang,” akhirnya dia berkata, nadanya tegas. “Jika aku berhenti, Ezra akan terus memburu kita, menghancurkan apa pun yang ada di jalannya.” “Tapi kau tidak bisa terus seperti ini, Dante,” balas Elena, air mata mulai menggenang di matanya. “Kau melawan dunia sendirian. Sampai kapan tubuhmu bisa m
Last Updated : 2024-12-19 Read more