Home / Urban / TAKHTA BAYANGAN / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of TAKHTA BAYANGAN: Chapter 61 - Chapter 70

101 Chapters

Bab 61 Jejak di Tengah Badai

Malam itu, di bawah gelapnya langit tanpa bintang, Dante berjalan melewati lorong-lorong yang sepi. Ayra berada di sampingnya, tangannya masih memegang senjata, siap menghadapi apa pun. Elena, di sisi lain, tampak kelelahan. Ia berusaha menjaga jarak dengan keduanya, tetapi ada sorot keraguan dalam matanya. "Kita tidak bisa terus seperti ini," gumam Elena pelan. "Mereka akan selalu menemukan kita." Dante berhenti, menoleh ke belakang. Tatapan matanya tajam, namun penuh rasa bersalah. "Aku tahu. Tapi menyerah bukan pilihan, Elena." Ayra mendengus pelan. "Dia benar. Kalau kita berhenti sekarang, kita hanya memberi mereka kesempatan untuk menang." Namun Elena tidak langsung menjawab. Ia hanya menunduk, menyembunyikan ekspresi di wajahnya. Ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan. Ketegangan di antara mereka semakin terasa saat mereka memasuki ruangan kecil yang menjadi tempat persembunyian sementara. Dante duduk di sudut ruangan, menatap peta
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 62 Retakan Kepercayaan

Hujan mulai turun ketika Dante, Ayra, dan Elena akhirnya tiba di sebuah gua yang tersembunyi di lereng bukit. Nafas mereka memburu, tubuh lelah dan basah kuyup. Dante memimpin masuk ke dalam gua dengan senjata terangkat, memastikan tempat itu aman. Ayra menutup pintu masuk dengan ranting besar yang mereka temukan di perjalanan, memastikan tidak ada jejak yang terlalu jelas. Sementara itu, Elena hanya berdiri di tengah gua, pandangannya kosong, tetapi tangannya menggenggam alat kecilnya dengan erat. "Kita tidak bisa terus seperti ini," gumam Dante, memecah keheningan. Suaranya datar, tapi cukup tajam untuk membuat Ayra menoleh dengan ekspresi tak percaya. "Apa maksudmu?" Ayra bertanya, meski dia tahu Dante tidak sedang berbicara kepadanya. Dante menatap Elena, matanya menuntut penjelasan. "Elena, ini sudah terlalu jauh. Kau harus memberitahu kami apa yang sebenarnya terjadi. Siapa kau, dan kenapa mereka tidak pernah berhenti mengejar kita?" Elena tidak langsung menjawab. Ia hanya
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 63 Jejak di Balik Tirai Gelap

Hutan yang mereka masuki terasa lebih sunyi dari biasanya. Tidak ada desau angin atau nyanyian burung malam, hanya suara langkah kaki mereka yang tenggelam dalam dedaunan basah. Dante memimpin rombongan kecil itu dengan ekspresi yang tak bisa diterka. Ayra berjalan di belakangnya, menggenggam erat senjata kecil di tangannya, sementara Elena berada di belakang, menutup barisan dengan waspada.Ketegangan melingkupi mereka, seperti kabut yang tak kasat mata namun pekat."Apakah menurutmu ledakan itu disengaja untuk mengalihkan perhatian kita?" suara Ayra memecah keheningan.Dante tidak menjawab segera. Dia berhenti sejenak, matanya menatap lurus ke depan, menyapu kegelapan di antara pepohonan. Akhirnya, dia berkata pelan, "Entah itu untuk mengalihkan perhatian, atau mungkin peringatan bagi kita.""Peringatan?" Elena mendekat, wajahnya penuh tanya. "Siapa yang mencoba memperingatkan kita, dan untuk apa?"Dante menggeleng perlahan. "Aku tidak tahu. Tapi kita tidak bisa mengabaikan kemungki
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 64 Pasir yang Membara

Matahari mulai terbit di ufuk timur, menyinari gurun yang tampak tak berujung. Angin hangat membawa debu halus yang menyapu wajah-wajah lelah. Dante berdiri di puncak bukit pasir, tatapannya tajam mengamati horizon yang kosong. Di belakangnya, Ayra dan Elena sibuk mengemas perlengkapan, sementara Finn tampak termenung di sudut, masih mencoba memulihkan diri."Kita bergerak sekarang," suara Dante memecah keheningan.Ayra menoleh, matanya sedikit menyipit karena sinar matahari. "Apakah kita punya cukup air dan makanan untuk perjalanan sejauh ini?"Elena menjawab dengan cepat, suaranya tegas namun lembut. "Aku sudah menghitungnya. Jika kita bergerak dengan kecepatan stabil, persediaan kita cukup sampai ke tujuan. Tapi tidak ada ruang untuk kesalahan."Dante mengangguk, lalu menatap Finn. "Apakah kau cukup kuat untuk berjalan sejauh itu?"Finn menatap balik dengan mata penuh tekad. "Aku harus kuat. Aku yang membawa kalian ke sini, dan aku akan membantu membawa kita keluar dari neraka ini.
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 65 Bayang-Bayang yang Membisik

Malam jatuh dengan keheningan yang nyaris mencekam. Gua kecil yang mereka pilih sebagai tempat persembunyian terasa seperti perangkap. Hembusan angin malam membawa aroma tanah basah, bercampur dengan samar bau logam dari luka-luka mereka.Dante bersandar di dinding gua, memandang keluar dengan tatapan yang kosong namun penuh waspada. Bayangan tubuhnya memanjang di lantai gua yang berkerikil, bergoyang lemah mengikuti nyala api kecil.Di sudut lain, Ayra membersihkan panah dengan gerakan pelan, namun setiap gesekan kain pada kayu seolah meluapkan ketegangan yang memenuhi udara. Elena, dengan wajah serius, memeriksa luka Finn. Jemarinya bekerja cepat, namun sentuhan lembutnya menunjukkan rasa khawatir yang tidak terucap."Apa kau masih memikirkan itu?" suara Ayra memecah keheningan.Dante menghela napas, tidak menoleh. "Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Benda itu terlalu berbahaya jika dibiarkan."Elena menghentikan pekerjaannya sejenak, pandangannya tertuju pada tas kulit yang ter
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 66 Bayangan yang Mendekat

Hujan turun deras malam itu, suara tetesannya menghantam batu-batu di luar gua seperti irama yang tak pernah berhenti. Dante berdiri di mulut gua, tubuhnya kaku, matanya terus menyapu kegelapan. Tangannya mencengkeram gagang pedang, seolah siap menyerang apa pun yang muncul.Di dalam, Ayra duduk memeluk lututnya. Ia berusaha menghangatkan diri, tapi tatapannya tidak lepas dari kristal yang kini berdenyut lemah dalam genggaman Elena. Wajah Elena terlihat tegang, alisnya berkerut saat ia mencoba menganalisis benda itu dengan sisa-sisa energi yang ia miliki."Kau yakin ini tidak akan membahayakan kita?" suara Ayra terdengar, lembut namun penuh keraguan.Elena menoleh padanya. "Aku tidak yakin apa-apa," jawabnya jujur. "Tapi aku tahu satu hal—kita tidak bisa membiarkan benda ini jatuh ke tangan mereka.""Dan jika mereka menemukannya?" Ayra melanjutkan, nada suaranya hampir berbisik.Elena menghela napas panjang, bahunya merosot sedikit. "Itu berarti kita gagal. Dan mungkin, tidak ada jala
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 67 Melawan Arus

Angin malam menusuk tulang, menembus pepohonan basah yang mengelilingi hutan. Ayra memimpin jalan dengan langkah tergesa, matanya tajam menatap jalur sempit di depan. Tangan kanannya memegang busur erat, sementara tangan kirinya sesekali menarik Elena agar tetap dekat.Di belakang mereka, terdengar suara jauh—teriakan musuh yang masih bertarung dengan Dante. Suara denting logam yang memantul di udara membuat jantung Ayra berdegup lebih kencang."Cepat, Elena," bisik Ayra tanpa menoleh. "Kita harus menjauh sejauh mungkin sebelum mereka menyadari kita pergi."Elena terengah-engah, tubuhnya mulai lemah karena luka di lengannya. Kristal yang ia bawa di dalam kain kecil berdenyut pelan, hampir seperti jantung yang hidup. Setiap denyutnya membawa rasa dingin yang menjalari tangannya."Ayra," suaranya hampir hilang di antara gemuruh hujan. "Bagaimana kalau Dante..."Ayra menghentikan langkahnya mendadak, berbalik, dan memandang Elena dengan mata yang dipenuhi tekad. "Dia akan bertahan. Dante
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 68 Lintasan Bayangan

Angin malam berhembus pelan, meniupkan dedaunan kering di sekitar mereka. Hening menyelimuti udara, namun bagi Dante, ketenangan itu terasa semu. Setiap detak jantungnya terasa berat, setiap helaan napasnya dipenuhi kekhawatiran. Tangan kanannya meremas pegangan pedangnya, sementara tangan kirinya memegang sebuah surat yang sudah terlipat rapat. Surat yang bisa mengubah segalanya.Di hadapannya, Ayra berdiri dengan tatapan serius, menyelidik. Wajahnya terpotret dalam cahaya temaram, matanya berkilat penuh pertanyaan. “Apa yang kau rencanakan, Dante?” tanyanya, suara lembut tapi mengandung ketegasan.Dante hanya diam, matanya tertuju pada horizon yang gelap. Ada ketegangan yang tak terungkapkan, seolah dunia ini akan segera runtuh. Keheningan seolah menyelimuti mereka, tapi Ayra tahu—Dante sedang bertarung dengan dirinya sendiri.“Dante...” Ayra memulai, suara itu lebih lembut, kali ini berusaha mendekat. “Apa yang kau pikirkan? Kau tidak bisa menanggung semuanya sendiri. Jangan biarka
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 69 Ujian Terkhir

Langit malam semakin gelap, menyelimuti tanah yang terasa berat dengan beban. Udara yang dingin menembus kulit, seolah-olah alam pun merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Langkah Dante mantap, diikuti oleh Ayra dan Elena yang tak kalah yakin. Mereka telah memutuskan untuk bersama, untuk menghadapinya, meskipun ancaman di depan tak pernah lebih nyata.Dante menatap ke depan, wajahnya tersembunyi dalam bayangan, hanya kilau tajam dari matanya yang terlihat jelas. Setiap langkah terasa berat, tetapi setiap langkah juga menguatkan tekadnya. Di sebelahnya, Ayra melangkah dengan tenang, meski dari gerak tubuhnya, Dante bisa merasakan ketegangan yang tak bisa disembunyikan. Elena di sisi lain tampak lebih tenang, tetapi Dante tahu, matanya yang cermat mengamati setiap gerakan dan perubahan.Sampai di ujung hutan, tempat yang sudah mereka kenal dengan baik, mereka berhenti. Ketiga mata mereka tertuju pada bayangan di depan mereka. Sesosok tubuh tinggi berdiri dengan punggung yang te
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 70 Cahaya di Tengah Kabut

Embun pagi mulai turun perlahan, menyelimuti tanah yang masih basah oleh hujan semalam. Langit berwarna keabu-abuan, memancarkan suasana yang melankolis. Hutan di sekeliling mereka terasa sunyi, seolah alam memberikan ruang bagi mereka untuk bernapas setelah malam penuh ketegangan.Dante berdiri di tepi jurang kecil, menatap jauh ke cakrawala yang terselubung kabut. Napasnya berat, namun lebih karena beban yang ia rasakan di dalam hati, bukan karena kelelahan fisik. Ia mengenggam pedangnya erat, meskipun bahunya telah melemah."Dante," suara Ayra memecah kesunyian, lembut namun penuh perhatian. Wanita itu berjalan mendekat, langkahnya hati-hati di atas tanah yang licin. "Kita sudah melangkah sejauh ini. Apa yang kau pikirkan sekarang?"Dante tidak segera menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, seolah merenungkan sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Namun, di dalam hatinya, ia merasa seolah-olah semua perjuangan mereka belum benar-benar berakhir."Aku memikirkan... bagai
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status