Home / Urban / TAKHTA BAYANGAN / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of TAKHTA BAYANGAN: Chapter 81 - Chapter 90

101 Chapters

Bab 81

Laboratorium itu penuh dengan cahaya biru yang memancar dari berbagai layar dan perangkat elektronik. Udara terasa dingin, menyengat dengan aroma logam yang bercampur bahan kimia. Di tengah ruangan, Dante berdiri kaku, tatapannya terfokus pada layar monitor besar yang memancarkan data yang tak terbayangkan.“Ini...” bisiknya, suaranya serak, penuh rasa tidak percaya.Ayra mengetik cepat di konsol komputer, jari-jarinya hampir tak terlihat. “Proyek ini bukan hanya eksperimen biasa,” katanya dengan suara yang bergetar. “Mereka mencoba menciptakan sesuatu yang melampaui batas manusia.”Dante mengepalkan tangan. Ketegangan di wajahnya jelas terlihat. “Apa mereka tidak takut dengan konsekuensinya?”Elena yang berdiri tak jauh darinya, menatap layar dengan alis berkerut. “Maksudmu apa? Apa yang mereka lakukan?” tanyanya, suaranya dipenuhi rasa takut bercampur penasaran.Ayra berhenti mengetik, wajahnya semakin pucat. Dia menunjuk layar holografis yang menampilkan sosok seorang pria besar, d
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 82

Angin malam yang dingin merayap masuk melalui celah dinding yang mulai retak. Suara langkah kaki mereka beriringan dengan detak jantung yang masih berdetak cepat setelah pertempuran yang barusan mereka lewati. Dante melirik ke belakang sesekali, memastikan tidak ada musuh yang mengejar.“Ayra, kau baik-baik saja?” tanyanya pelan, suaranya lebih lembut daripada biasanya.Ayra yang berada di tengah, diapit oleh Dante dan Elena, mengangguk perlahan. “Aku baik, hanya... lelah,” jawabnya, meski nada suaranya mengkhianati kejujurannya.Elena menyentuh lengan Ayra, memberi dukungan dalam diam. “Kita akan segera sampai di tempat aman,” katanya dengan yakin, meski matanya penuh dengan kewaspadaan.Langkah mereka terus berlanjut hingga menemukan sebuah gedung tua yang tampaknya sudah lama ditinggalkan. Dante membuka pintu perlahan, memastikan tidak ada ancaman di dalamnya sebelum memberikan isyarat agar mereka masuk.“Elena, periksa lantai atas. Aku akan berjaga di sini,” perintahnya.Elena men
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 83

Cahaya bulan menerobos celah atap bangunan tua itu, menciptakan bayangan aneh di dinding yang retak dan berjamur. Malam mulai menggantikan keheningan siang, tetapi di dalam ruangan kecil itu, ketegangan belum mereda. Dante duduk di dekat pintu, matanya tajam mengawasi setiap suara yang terdengar dari luar. Di sisi lain ruangan, Ayra menggenggam perangkat kecil itu erat, seperti berpegangan pada harapan terakhirnya.Elena tengah mempersiapkan peralatan mereka untuk perjalanan selanjutnya. Tangannya cekatan, meski matanya menunjukkan kelelahan yang sudah menumpuk. Ia sesekali melirik ke arah Ayra, yang terlihat tenggelam dalam pikirannya.“Dante,” panggil Elena pelan, memecah keheningan.“Hm?” Dante menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu.“Menurutmu... kita akan sampai di titik penghubung tanpa masalah?” Elena mencoba menjaga nada suaranya tetap netral, meski kekhawatirannya jelas terasa.Dante menghela napas panjang. “Kita harus. Kalau tidak, semua yang kita lakukan akan si
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 84

Kabut pagi masih menyelimuti jalanan saat kendaraan mereka melaju dengan kecepatan sedang. Elena menggenggam kemudi dengan erat, matanya fokus pada jalan kecil di depan. Dante duduk di kursi sebelahnya, sesekali menatap ke cermin untuk memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Sementara itu, Ayra duduk di kursi belakang, berusaha meredakan rasa paniknya.Perjalanan itu berlangsung dalam keheningan yang berat. Udara di dalam kendaraan terasa dingin meskipun mesin penghangat sudah menyala. Ayra terus memandangi perangkat kecil di pangkuannya—data yang berhasil ia selamatkan menjadi inti dari misi mereka. Tetapi pikirannya terusik.“Berapa lama lagi kita sampai di tempat aman?” tanyanya, memecah keheningan.“Kurang lebih satu jam lagi,” jawab Elena tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.Dante menoleh ke belakang, menatap Ayra. “Kau baik-baik saja?”Ayra mengangguk pelan, meskipun sorot matanya menunjukkan hal lain. “Aku hanya... masih memikirkan apa yang baru saja terjadi. Mereka h
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 85

Langkah kaki mereka bergema di hutan yang mulai sepi, seolah seluruh alam menahan napas. Dante memimpin perjalanan dengan mata tajam, memindai setiap sudut. Matahari perlahan merangkak naik, menghangatkan kulit mereka, tapi tidak meredakan ketegangan yang merayap di hati. Di belakangnya, Ayra berjalan dengan langkah kecil namun penuh tekad. Perangkat di tangannya terus menyala, memancarkan cahaya biru redup yang seolah menjadi pengingat akan beban yang ia bawa. Elena, seperti biasa, berjalan di paling belakang, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. “Hati-hati dengan jejak yang kita tinggalkan,” ujar Dante, suaranya rendah namun tegas. “Seharusnya kita tidak melalui hutan ini,” gumam Elena. “Terlalu banyak celah untuk disergap.” “Kita tidak punya pilihan lain,” jawab Dante tanpa menoleh. “Rute lain terlalu berisiko. Ini yang paling aman untuk sekarang.” Ayra diam saja, tetapi jari-jarinya terus bekerja pada layar perangkat. Ia mencoba mencari petunjuk baru yang bisa membant
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 86

Dingin malam menyelimuti perjalanan mereka, menggigit kulit meski pakaian tebal menutupi tubuh. Langkah-langkah mereka nyaris tak bersuara, hanya suara ranting patah atau daun yang terinjak sesekali terdengar di antara gemerisik angin. Langit penuh bintang memandang hening dari atas, seolah menyaksikan perjuangan mereka. Ayra berjalan di belakang Dante, menjaga jarak dari pria terluka yang kini ditopang oleh Elena. Wajah pria itu tampak semakin pucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. “Berapa lama lagi kita harus berjalan?” tanya Elena dengan suara rendah, nadanya menunjukkan kelelahan yang ia coba sembunyikan. Dante tidak menjawab langsung. Ia menoleh ke belakang, memastikan mereka masih di jalur yang benar, lalu menatap ke arah horizon yang gelap. “Kita harus mencapai tempat berlindung sebelum fajar. Jika mereka mengejar, kita tidak bisa membiarkan mereka menemukan jejak kita di sini.” “Dia tidak akan bertahan lama,” gumam Ayra sambil melirik pria itu. Dante berhenti sej
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 87

Hujan rintik-rintik jatuh membasahi jalan berbatu di depan markas tua itu. Udara dingin menguar, menyusup ke sela-sela pakaian dan menimbulkan kabut tipis di kaca jendela yang pecah. Di tengah suasana muram itu, langkah kaki terdengar di sepanjang koridor gelap, menggema seperti denting jam yang menghitung sisa waktu.Dante berjalan perlahan, sorot matanya tajam seperti mata elang yang sedang memburu mangsa. Setiap gerakan tubuhnya memancarkan kehati-hatian yang terlatih. Di belakangnya, Ayra dan Elena mengikuti, saling bertukar pandang dengan keraguan yang menguar di udara."Ini pasti jebakan," bisik Ayra pelan, hampir tidak terdengar di antara gemericik air hujan.Dante berhenti sejenak, menolehkan wajahnya ke arah Ayra. Cahaya lampu redup dari langit-langit yang hampir runtuh menyinari sebagian wajahnya. "Kalau itu benar jebakan, kita harus siap. Tidak ada lagi jalan mundur."Ayra menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, Elena menatap Dante dengan tatapan penuh teka
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 88

Suasana di sekitar mereka terasa lebih mencekam. Udara terasa lebih dingin dari biasanya, dan langit yang gelap seperti mengintip setiap gerak-gerik mereka. Dante, Elena, dan Ayra berdiri dalam lingkaran kecil di tengah jalan yang sepi, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar mengisi kehampaan malam.Dante menyilangkan tangannya, wajahnya tampak keras, namun matanya yang gelap menunjukkan kekosongan yang lebih dalam. Ketika ia berbicara, suara itu terdengar lebih tajam dari yang ia inginkan, memecah keheningan."Aku tak tahu harus percaya pada siapa lagi, Elena," katanya, matanya tak lepas dari Elena. "Kau terus mengubah arah, dan aku semakin tersesat dalam semua ini. Aku tidak bisa terus-menerus menjadi bagian dari permainan ini tanpa tahu apa yang sebenarnya kau inginkan."Elena menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca. Namun, di balik wajah tegar itu, ada kekhawatiran yang mendalam. "Kau masih berpikir begitu tentangku?" tanyanya, suaranya hampir terdengar terluka, meskip
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 89

Langit mulai memerah saat matahari perlahan terbenam di cakrawala. Di tengah senja yang tenang, atmosfer di markas mereka begitu kontras—tegang dan penuh dengan ketidakpastian. Dante berdiri di depan meja besar yang dipenuhi peta dan dokumen, tatapannya kosong namun pikirannya sibuk. Suara langkah ringan terdengar mendekat, tetapi ia tidak bereaksi.Elena muncul dari balik pintu, membawa dua cangkir teh yang uapnya masih mengepul. “Kupikir kau membutuhkannya,” katanya, menaruh salah satu cangkir di meja, di samping Dante.Dante mengangkat pandangannya, menatap Elena dengan mata yang lelah. “Terima kasih,” gumamnya, suaranya rendah.Elena duduk di kursi di seberang Dante, menyesap teh perlahan sambil mengamati pria itu. "Sejak kapan kau mulai terdiam seperti ini? Biasanya kau selalu punya rencana, meskipun dunia ini runtuh."Dante menghela napas panjang, memijat pelipisnya. "Aku tidak yakin kali ini. Semuanya terasa... salah. Setiap langkah yang kita ambil hanya membawa kita semakin ja
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 90

Dante berdiri di tengah medan perang yang hening, setelah pertarungan panjang yang memakan banyak tenaga dan air mata. Matahari yang terbenam di ufuk barat seolah mencerminkan perjuangan mereka hari ini, melukiskan langit dengan warna merah darah dan oranye yang suram. Tubuhnya lunglai, namun pikirannya penuh dengan kekacauan.Dari sudut matanya, ia melihat Ayra. Wajah gadis itu dipenuhi debu dan sedikit goresan, tetapi matanya tetap memancarkan keteguhan yang tidak pernah luntur. Ia sedang membalut luka kecil di lengannya sendiri, tanpa sedikit pun mengeluh.“Ayra,” panggil Dante, suaranya parau.Ayra menoleh, bibirnya membentuk senyum kecil meskipun jelas ia kelelahan. “Aku baik-baik saja,” katanya sebelum Dante sempat bertanya.“Aku tahu kau baik-baik saja. Kau selalu begitu,” jawab Dante, mendekat. “Tapi itu tidak berarti kau harus memikul semuanya sendiri.”Ayra menatap Dante, matanya melembut. “Aku tidak memikul semuanya sendiri, Dante. Aku tahu kau ada di sini. Itu sudah cukup.
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status