Share

Bab 87

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-01-10 17:51:45

Hujan rintik-rintik jatuh membasahi jalan berbatu di depan markas tua itu. Udara dingin menguar, menyusup ke sela-sela pakaian dan menimbulkan kabut tipis di kaca jendela yang pecah. Di tengah suasana muram itu, langkah kaki terdengar di sepanjang koridor gelap, menggema seperti denting jam yang menghitung sisa waktu.

Dante berjalan perlahan, sorot matanya tajam seperti mata elang yang sedang memburu mangsa. Setiap gerakan tubuhnya memancarkan kehati-hatian yang terlatih. Di belakangnya, Ayra dan Elena mengikuti, saling bertukar pandang dengan keraguan yang menguar di udara.

"Ini pasti jebakan," bisik Ayra pelan, hampir tidak terdengar di antara gemericik air hujan.

Dante berhenti sejenak, menolehkan wajahnya ke arah Ayra. Cahaya lampu redup dari langit-langit yang hampir runtuh menyinari sebagian wajahnya. "Kalau itu benar jebakan, kita harus siap. Tidak ada lagi jalan mundur."

Ayra menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Namun, Elena menatap Dante dengan tatapan penuh teka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 88

    Suasana di sekitar mereka terasa lebih mencekam. Udara terasa lebih dingin dari biasanya, dan langit yang gelap seperti mengintip setiap gerak-gerik mereka. Dante, Elena, dan Ayra berdiri dalam lingkaran kecil di tengah jalan yang sepi, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar mengisi kehampaan malam.Dante menyilangkan tangannya, wajahnya tampak keras, namun matanya yang gelap menunjukkan kekosongan yang lebih dalam. Ketika ia berbicara, suara itu terdengar lebih tajam dari yang ia inginkan, memecah keheningan."Aku tak tahu harus percaya pada siapa lagi, Elena," katanya, matanya tak lepas dari Elena. "Kau terus mengubah arah, dan aku semakin tersesat dalam semua ini. Aku tidak bisa terus-menerus menjadi bagian dari permainan ini tanpa tahu apa yang sebenarnya kau inginkan."Elena menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca. Namun, di balik wajah tegar itu, ada kekhawatiran yang mendalam. "Kau masih berpikir begitu tentangku?" tanyanya, suaranya hampir terdengar terluka, meskip

    Last Updated : 2025-01-10
  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 89

    Langit mulai memerah saat matahari perlahan terbenam di cakrawala. Di tengah senja yang tenang, atmosfer di markas mereka begitu kontras—tegang dan penuh dengan ketidakpastian. Dante berdiri di depan meja besar yang dipenuhi peta dan dokumen, tatapannya kosong namun pikirannya sibuk. Suara langkah ringan terdengar mendekat, tetapi ia tidak bereaksi.Elena muncul dari balik pintu, membawa dua cangkir teh yang uapnya masih mengepul. “Kupikir kau membutuhkannya,” katanya, menaruh salah satu cangkir di meja, di samping Dante.Dante mengangkat pandangannya, menatap Elena dengan mata yang lelah. “Terima kasih,” gumamnya, suaranya rendah.Elena duduk di kursi di seberang Dante, menyesap teh perlahan sambil mengamati pria itu. "Sejak kapan kau mulai terdiam seperti ini? Biasanya kau selalu punya rencana, meskipun dunia ini runtuh."Dante menghela napas panjang, memijat pelipisnya. "Aku tidak yakin kali ini. Semuanya terasa... salah. Setiap langkah yang kita ambil hanya membawa kita semakin ja

    Last Updated : 2025-01-11
  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 90

    Dante berdiri di tengah medan perang yang hening, setelah pertarungan panjang yang memakan banyak tenaga dan air mata. Matahari yang terbenam di ufuk barat seolah mencerminkan perjuangan mereka hari ini, melukiskan langit dengan warna merah darah dan oranye yang suram. Tubuhnya lunglai, namun pikirannya penuh dengan kekacauan.Dari sudut matanya, ia melihat Ayra. Wajah gadis itu dipenuhi debu dan sedikit goresan, tetapi matanya tetap memancarkan keteguhan yang tidak pernah luntur. Ia sedang membalut luka kecil di lengannya sendiri, tanpa sedikit pun mengeluh.“Ayra,” panggil Dante, suaranya parau.Ayra menoleh, bibirnya membentuk senyum kecil meskipun jelas ia kelelahan. “Aku baik-baik saja,” katanya sebelum Dante sempat bertanya.“Aku tahu kau baik-baik saja. Kau selalu begitu,” jawab Dante, mendekat. “Tapi itu tidak berarti kau harus memikul semuanya sendiri.”Ayra menatap Dante, matanya melembut. “Aku tidak memikul semuanya sendiri, Dante. Aku tahu kau ada di sini. Itu sudah cukup.

    Last Updated : 2025-01-11
  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 91

    Langit fajar perlahan memerah, membangunkan Dante dari tidur yang tidak benar-benar nyenyak. Udara pagi masih dingin, menusuk hingga ke tulang, namun Dante berdiri dengan tubuh tegap, matanya menyapu area sekitar. Ayra, yang tidur tak jauh darinya, masih terbungkus dalam selimut tipis, wajahnya terlihat damai. Namun, Elena tidak ada di sana. Dante menghela napas panjang, hatinya terasa berat. Ia tahu Elena pergi untuk mencari ruang bagi dirinya sendiri, namun tidak bisa menyingkirkan rasa khawatir yang menyelinap dalam pikirannya. Hatinya terbelah antara tanggung jawab yang ia pikul dan perasaan yang mulai tumbuh dalam diam. Langkah kaki terdengar dari belakang, dan Ayra muncul, rambutnya sedikit acak-acakan, namun matanya menunjukkan kesiapan. “Kau sudah bangun sejak lama, ya?” tanyanya sambil merapatkan syal di lehernya. Dante mengangguk, pandangannya tetap tertuju pada cakrawala. “Aku tidak bisa tidur dengan tenang. Terlalu banyak yang harus kupikirkan.” Ayra berjalan mendeka

    Last Updated : 2025-01-13
  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 92

    Matahari mulai naik, membiaskan sinarnya melalui dedaunan yang lebat. Di tengah perjalanan kembali ke tempat persembunyian, suasana terasa sunyi. Hanya derap langkah kaki Dante, Elena, dan Ayra yang terdengar di atas jalan berbatu kecil. Namun, di balik keheningan itu, hati masing-masing penuh dengan pertanyaan dan emosi yang saling bertubrukan. Elena berjalan di depan, bahunya sedikit menegang meskipun ia mencoba bersikap tenang. Luka di pelipisnya telah dibalut oleh Ayra, tetapi Dante masih memandangi luka itu dengan rasa bersalah. Ia merasa gagal melindungi Elena, sekalipun ia tahu wanita itu cukup tangguh untuk menjaga dirinya sendiri. “Terima kasih sudah datang,” kata Elena tiba-tiba, suaranya rendah namun jelas. Dante melangkah lebih cepat, menyamai langkah Elena. “Aku tak akan membiarkanmu sendirian terlalu lama.” Elena menoleh padanya, matanya menyiratkan kelelahan yang ia coba sembunyikan. Namun, senyum tipis di bibirnya cukup memberi tahu bahwa ia menghargai keberadaan

    Last Updated : 2025-01-13
  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 93

    Matahari perlahan merangkak naik, menyemburatkan cahaya lembut ke langit kelabu. Udara pagi terasa dingin menusuk kulit, tetapi Dante tidak bergeming dari posisinya di puncak batu besar yang menghadap lembah. Tangannya menggenggam gagang belati kecil yang selalu ia bawa, seolah benda itu adalah jangkar terakhir dari kewarasan di tengah badai pikirannya. Di belakangnya, Ayra duduk dengan tangan terlipat di dada, punggungnya bersandar pada pohon besar. Ia tak berbicara sepatah kata pun sejak pertengkaran malam sebelumnya. Sinar matahari menyoroti wajahnya yang terlihat lelah tetapi tetap anggun, dengan mata yang memandang kosong ke depan. Sementara itu, Elena berdiri tak jauh dari keduanya, mengamati Dante dengan tatapan penuh tanya. Ia tahu, sejak pertemuan mereka pertama kali, ada luka yang selalu Dante sembunyikan di balik sikap tegasnya. Namun, luka itu kini tampak lebih jelas dari sebelumnya, seperti retakan kecil di kaca yang perlahan melebar.

    Last Updated : 2025-01-14
  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 94

    Udara pagi terasa dingin menusuk kulit, menggigilkan tubuh Ayra yang masih lemah akibat perjalanan semalam. Ia berusaha menahan diri agar tidak terlihat terlalu lemah di depan Dante dan Elena. Kedua orang itu kini tampak lebih tegas dalam gerakan mereka, seolah mereka sudah menetapkan tujuan yang jelas. Dante memimpin langkah, mengamati setiap sudut dengan saksama. Pepohonan lebat yang melingkupi mereka memberikan perlindungan sementara, tetapi tidak menghilangkan bahaya yang terus membayangi. “Berapa lama lagi kita akan sampai di tempat persembunyian itu?” Ayra bertanya dengan suara pelan, mencoba menyembunyikan kecemasan di balik kata-katanya. Dante menoleh sekilas, matanya tajam namun tetap teduh. “Tidak jauh lagi. Jika kita tetap bergerak tanpa berhenti, kita bisa sampai sebelum matahari terbenam.” Ayra mengangguk, meski tubuhnya sudah mulai kehilangan tenaga. Ia tidak ingin menjadi b

    Last Updated : 2025-01-14
  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 95

    Langit mendung menggantung rendah, seolah meramalkan badai besar yang akan datang. Lembah di depan mereka memancarkan kesunyian yang mencekam, hanya diselingi suara angin yang berdesir melewati pepohonan. Dante berdiri di tepi jurang kecil, menatap pemandangan di depannya dengan mata tajam. Jauh di kejauhan, bangunan besar yang menjadi markas musuh tampak seperti bayangan kelabu di tengah kabut.Elena mendekat perlahan, membawa sebotol air untuk Dante. Ia tahu Dante sudah terlalu lama memandang ke arah itu tanpa beristirahat. “Kau harus menjaga energimu, Dante,” katanya lembut sambil menyerahkan botol itu.Dante menerimanya, tetapi ia tidak langsung meminumnya. “Markas itu… tampak lebih terjaga dari yang kuduga,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.Elena memandang bangunan itu dengan mata yang tidak kalah serius. “Kita tahu ini tidak akan mudah. Tapi kita sudah sejauh ini. Tidak ada jalan kembali.”Dari kejauhan, Ayra duduk di atas sebata

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 130

    Cahaya di altar itu semakin terang, seolah menyelimuti mereka dalam kabut keputus-asaan yang memaksa setiap langkah mereka untuk diambil dengan penuh perhitungan. Ayra bisa merasakan getaran di dalam tubuhnya, seperti sesuatu yang besar tengah berputar di luar kendali mereka. Ini adalah saat penentuan. Keputusan yang mereka buat akan mengubah segala hal.Dante, yang berdiri di sampingnya, menarik napas panjang dan menatap Ayra. "Apapun yang terjadi, kita sudah sampai di sini bersama. Apa pun konsekuensinya, kita akan hadapi."Ayra merasakan ketenangan dalam kata-kata Dante, meskipun hatinya sendiri berdebar keras. Mereka telah melewati begitu banyak rintangan, begitu banyak tantangan, namun apa yang ada di hadapan mereka ini masih penuh misteri. Adakah mereka benar-benar siap untuk keputusan yang ada di depan mata?"Saya tahu," jawab Ayra dengan suara yang agak gemetar. "Tapi ini bukan hanya tentang kita, kan? Ini tentang semua yang kita cintai. Tenta

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 129

    Ayra merasakan getaran aneh yang mengguncang tubuhnya begitu mereka melangkah lebih dekat ke cahaya itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah dunia di sekitar mereka mulai berubah, menyesuaikan diri dengan keputusan yang sudah mereka buat. Cahaya itu semakin terang, dan seiring dengan itu, bayangan yang mengintai mereka juga semakin jelas."Ini terasa seperti... kita menuju ke sesuatu yang tak bisa kita kendalikan," kata Elena, matanya waspada, menatap cahaya yang semakin mendekat. "Tapi kita sudah di sini. Tidak ada pilihan lain selain melangkah maju."Ayra menatap ke depan, merasakan seakan dunia di sekitar mereka berhenti sejenak. Semua ketegangan yang mereka rasakan, semua rahasia yang tersembunyi di balik kabut, terasa seperti beban yang harus mereka hadapi satu per satu. Namun, meskipun mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang tak bisa ditarik mundur, ada kekuatan yang lebih besar di dalam diri mereka untuk tetap melanjutkan.Dante berja

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 128

    Mereka melangkah dengan hati yang penuh ketegangan, menjauh dari tempat Adrian menghilang ke dalam kabut. Setiap langkah terasa berat, seakan beban yang mereka bawa semakin besar. Ayra, yang berjalan di samping Dante, merasa ketidakpastian melingkupi hatinya. Ke mana mereka sebenarnya menuju? Dan lebih penting lagi, apa yang akan mereka hadapi di depan? "Adrian... mengapa ia kembali sekarang?" Ayra berbisik, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh angin yang berhembus kencang. "Kenapa tidak sebelumnya?" Dante berjalan dengan langkah tegap, meskipun ia pun merasakan kegelisahan yang sama. Ia tahu Adrian tidak pernah datang tanpa tujuan, dan itu yang membuatnya semakin waspada. "Mungkin itu bukan kebetulan," jawab Dante, suaranya tetap tegas meskipun ada keraguan yang menggerayangi pikirannya. "Mungkin ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui." Elena, yang berjalan sedikit lebih jauh di belakang, tiba-tiba berhenti. "Tunggu

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 127

    Suasana malam semakin mencekam, udara dingin menggigit kulit mereka yang terasa lebih sensitif setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan. Langkah-langkah mereka di tengah kabut yang menyelimuti hanya diiringi oleh suara detak jantung yang semakin cepat. Ayra merasa beban yang ada di pundaknya semakin berat. Semakin dekat mereka pada tujuan, semakin jelas bahwa takdir mereka akan segera terungkap, namun apakah itu takdir yang mereka harapkan?"Ayra," suara Dante memecah kesunyian, lembut namun penuh tekanan. "Apa yang kau rasakan sekarang? Kita semakin dekat."Ayra mengangkat wajahnya, matanya penuh pertanyaan. Meski bibirnya ingin berkata sesuatu, kata-kata itu terasa seperti beban yang terlalu berat untuk diungkapkan. Keputusan yang akan mereka buat nanti bukan hanya tentang hubungan mereka, tetapi juga tentang kehidupan mereka, masa depan mereka. Mereka tidak hanya berhadapan dengan pilihan pribadi, tetapi juga dengan sesuatu yang lebih besar,

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 126

    Langkah Dante terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menahan setiap gerakannya. Udara malam yang dingin menyeruak lewat celah-celah jaketnya, memeluk tubuhnya dengan rasa yang menyusup sampai ke dalam tulang. Jalanan yang mereka lalui semakin sempit, seolah mengarah pada sebuah tempat yang penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Kabut tipis yang mulai turun menambah kesan sunyi, menutupi segalanya kecuali langkah-langkah mereka yang semakin terasa berat.Dante menoleh ke belakang, memastikan bahwa Ayra dan Elena masih berada di belakangnya. Mereka berjalan dengan jarak yang sedikit lebih jauh dari biasanya, seolah ketegangan yang ada di udara memisahkan mereka lebih jauh daripada yang sebenarnya. Ayra tampak lebih diam dari biasanya, wajahnya yang biasanya ceria kini diselimuti kekhawatiran yang jelas terlihat. Meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaan itu, matanya yang sesekali tertunduk menunjukkan kegelisahan yang sulit ditutupi.Dante merasa beb

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 125

    Matahari pagi memancarkan sinarnya dengan lembut di atas kediaman keluarga Dante. Udara musim semi yang segar membawa keheningan yang menenangkan, tetapi di dalam hati beberapa orang, badai perasaan masih berkecamuk. Ayra duduk di taman belakang rumah, jari-jarinya memetik kelopak bunga melati yang tumbuh di pinggir pagar. Wajahnya terlihat damai, namun sorot matanya memancarkan kebimbangan yang mendalam. Ia masih mengingat percakapan terakhirnya dengan Dante, di mana pria itu mengungkapkan perasaannya. Kebahagiaan yang meluap-luap masih terasa, tetapi bersamanya datang juga beban. Langkah kaki pelan terdengar mendekat. Ayra menoleh dan melihat Elena berdiri di belakangnya. Wajah Elena terlihat tenang, meskipun Ayra tahu ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan perempuan itu. "Elena," sapa Ayra, mencoba tersenyum. Elena balas tersenyum dan berjalan mendekat, duduk di bangku yang sama dengan Ayra. “Pagi yang indah,

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 124

    Langit pagi menyambut mereka dengan cahaya lembut berwarna jingga. Kabut tipis masih menyelimuti lembah, menciptakan pemandangan yang menenangkan. Di kejauhan, suara burung-burung pagi mulai terdengar, mengiringi langkah mereka yang perlahan kembali ke rumah utama.Ayra berjalan sedikit di depan, langkahnya ringan namun pikirannya jauh melayang. Ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru saja terjadi semalam. Kata-kata Dante masih terngiang di telinganya, seperti melodi yang tidak selesai dimainkan.“Kenapa rasanya semakin sulit untuk memahami hatinya?” gumam Ayra dalam hati. Ia menggenggam erat syalnya, seolah mencari kehangatan di tengah udara pagi yang dingin.Elena, yang berjalan di samping Dante, mencuri pandang ke arah pria itu. Wajahnya tampak letih, dengan sorot mata yang kosong. Elena tahu Dante sedang bergulat dengan pikirannya sendiri, mencoba mencari arah yang benar.“Kau tahu, Dante,” kata Elena, memecah keheningan di antara

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 123

    Malam yang dingin terasa menusuk tulang. Langkah Dante yang berat menyusuri jalan setapak di tengah hutan hanya ditemani oleh suara angin yang menggerakkan dedaunan. Setelah percakapan yang penuh emosi antara dirinya, Ayra, dan Elena, hatinya terasa seperti medan perang. Keputusannya untuk tetap berdiri di tengah-tengah mereka telah menyisakan perih yang tak bisa ia hilangkan begitu saja.Dante berhenti di sebuah pohon tua yang menjulang tinggi. Ia bersandar di batangnya yang kasar, menatap langit malam yang dihiasi ribuan bintang. Sebuah napas berat meluncur dari bibirnya, seolah-olah ia mencoba melepaskan beban yang menghimpit dadanya.“Dante…” suara itu, lembut namun tegas, terdengar dari belakangnya.Dante menoleh. Elena berdiri di sana, membawa lentera kecil yang sinarnya berkilau redup. Wajahnya terlihat tenang, namun sorot matanya memancarkan kecemasan yang tak bisa ia sembunyikan.“Kau seharusnya istirahat, Elena,” kata Dante, mencoba

  • TAKHTA BAYANGAN   Bab 122

    Senja mulai mengintip di ujung cakrawala, mewarnai langit dengan semburat oranye yang lembut. Di tengah reruntuhan kota tua, Dante berdiri dengan tubuh tegap, matanya memandang ke arah Elena dan Ayra yang berada tak jauh darinya. Ada ketegangan yang begitu nyata di udara, namun sekaligus kehangatan yang tak bisa disangkal.Ayra memalingkan wajah, membiarkan angin memainkan rambut hitam legamnya. “Kita sudah sampai sejauh ini, tapi aku masih merasa ada yang kurang,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada orang lain.Dante menoleh, menatapnya dengan sorot mata yang hangat. “Apa yang kurang, Ayra?” tanyanya pelan, suaranya terdengar seperti bisikan yang meresap ke dalam kesunyian.“Elena tahu,” jawab Ayra, suaranya serak. Ia menoleh ke arah Elena yang berdiri beberapa langkah di sebelahnya, wajahnya diliputi keraguan. “Kau tahu, kan? Apa yang sebenarnya masih kita cari?”Elena terdiam, wajahnya yang biasanya dingin tampak goyah. Ia meng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status