Beranda / Urban / TAKHTA BAYANGAN / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab TAKHTA BAYANGAN: Bab 21 - Bab 30

44 Bab

Bab 21: Benturan Takdir

Suara dentuman di luar ruangan terus menggema, seolah menjadi latar untuk konflik yang terjadi di dalam diri Dante. Setiap langkah yang ia ambil, setiap gerakan yang ia lakukan melawan musuh, hanya menambah berat beban yang kini menghuni hatinya.Chipset dalam tubuhnya memberinya kemampuan luar biasa, tetapi juga menyisakan perasaan asing. Ia merasa seperti alat—alat yang sempurna, tetapi dikendalikan oleh sesuatu di luar dirinya.Lorenzo berdiri di sampingnya, matanya penuh kewaspadaan. “Dante, kau terlihat terguncang. Apa yang terjadi?”Dante menggelengkan kepala, mencoba memfokuskan diri pada lawan yang terus berdatangan. “Tidak ada. Aku baik-baik saja.”Namun, dalam hatinya, ia tahu itu tidak sepenuhnya benar.---Di tengah pertempuran, pikiran Dante terasa kacau. Suara ayahnya di video tadi terus terngiang, seakan menantangnya untuk menerima takdirnya sebagai “ciptaan sempurna”.“Apakah aku hanya alat?” pikir Dante.Musuh berikutnya mendekat, dan chipset-nya langsung memproses in
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 22: Jejak yang Tersisa

Ruangan terasa hening seketika setelah Dante melontarkan kalimat terakhirnya. Waktu seolah melambat saat pria tua itu menatapnya, senyum dingin yang sama terpampang di wajahnya. Di belakang Dante, suara ledakan kecil dan tembakan terdengar samar, menandakan pertempuran Lorenzo dan Elena masih berlanjut di luar.Namun di sini, di tengah ruangan yang kini terasa seperti arena, hanya ada Dante dan pria yang mengaku sebagai pencipta chipsetnya.Pria itu melangkah maju, gerakannya perlahan namun penuh otoritas. "Dante, kau terlalu berharga untuk dihabisi begitu saja. Tidakkah kau menyadari potensimu? Aku memberimu kekuatan yang bahkan tidak kau pahami sepenuhnya. Chipset itu—karyaku—adalah puncak dari evolusi manusia. Kau adalah lambang kesempurnaan."Dante mengepalkan tinjunya, matanya berkilat penuh amarah. "Kau menyebut ini kesempurnaan? Kau mengambil hakku, kebebasanku. Aku tidak pernah meminta ini!"Pria itu tertawa kecil, nada suaranya penuh ejekan. "Kebebasan? Kebebasan hanyalah kon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 23: Keputusan yang Mengubah Segalnya

Ruangan sunyi, seolah menahan napas untuk keputusan yang akan Dante ambil. Perangkat kecil di tangannya terasa lebih berat daripada yang seharusnya, seolah membawa seluruh beban dunia. Di depan, pria tua itu tersenyum samar, yakin bahwa Dante tidak akan bisa membuat keputusan itu.“Apakah kau yakin, Dante?” tanya pria itu, nadanya tenang tapi menusuk. “Chipset itu bukan sekadar alat, itu adalah kekuatanmu. Tanpanya, kau kembali menjadi... tidak berarti.”Lorenzo mendekat, menepuk pundak Dante. “Jangan dengarkan dia. Kau lebih dari sekadar teknologi di tubuhmu. Kau selalu menjadi pemimpin sejati, Dante, bahkan sebelum chipset itu ada.”Elena menambahkan, suaranya lembut tapi penuh keyakinan. “Kami semua ada di sini karena kami percaya pada dirimu, bukan pada chipsetmu.”Dante mengangkat pandangannya, tatapannya penuh emosi. Kata-kata mereka menghangatkannya, tetapi rasa ragu tetap melingkupi hatinya. Kehilangan chipset berarti kehilangan keunggulannya—kehilangannya yang membuatnya mamp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Bab 24: Bayang-Bayang Baru

Malam itu, langit di atas kota terasa begitu kelam. Angin dingin membawa suara samar dari hiruk-pikuk di kejauhan. Setelah pertempuran besar di fasilitas, Dante, Elena, dan Lorenzo kembali ke tempat persembunyian sementara mereka.Namun, ketenangan yang mereka harapkan ternyata tak bertahan lama. Konflik baru muncul di depan mata—lebih besar, lebih berbahaya, dan menyimpan ancaman yang tak mereka duga.Di sebuah ruangan kecil, Dante duduk di sudut, membungkus luka di lengannya dengan perban seadanya. Tanpa chipset, tubuhnya terasa lebih rapuh. Setiap luka kini lebih terasa, dan setiap gerakan menjadi lebih lamban.Elena mendekatinya dengan tatapan khawatir. “Kau harus lebih berhati-hati. Tanpa chipset, kau tidak bisa sembarangan bertarung seperti tadi.”Dante menghela napas panjang. “Aku tahu, tapi aku tidak bisa hanya diam. Mereka akan terus datang, Elena. Kita harus siap.”Lorenzo, yang sedang memeriksa peralatan di meja sebelah, menyela. “Kau tahu siapa ‘mereka’, kan? Kita bukan ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Bab 25: Jejak Terakhir

Malam itu, Dante duduk di sudut markas kecil mereka yang tersisa. Cahaya redup dari lampu gantung menerangi wajahnya yang dipenuhi keraguan. Elena duduk di depannya, tangannya gemetar saat dia meletakkan secangkir teh di meja. “Dante, kau tak bisa terus seperti ini,” katanya dengan nada yang lebih lembut daripada biasanya. “Semua orang menunggumu memutuskan langkah berikutnya.” “Aku tahu,” jawab Dante tanpa menatap Elena. Tatapannya terpaku pada chipset yang kini bisa dia aktifkan tanpa berpikir. Setiap kali dia menggunakan kekuatannya, dia merasakan sesuatu yang aneh, seolah teknologi itu menuntut lebih dari dirinya—lebih dari sekadar fisik, tetapi juga kemanusiaannya. Lorenzo memasuki ruangan, wajahnya kusut setelah berjam-jam menganalisis data yang berhasil mereka selamatkan. “Kabar buruk,” katanya sambil melemparkan tablet ke meja. Dante menatap layar. Peta holografis muncul, menampilkan lokasi terakhir chipset kuno yang hilang. Namun, bukan hanya itu. Data juga menunjukkan b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 26: Antara Kuasa dan Nurani

Suasana di ruang aman markas mereka begitu tegang. Chipset terakhir kini berada di tangan Dante, mengeluarkan cahaya samar yang seakan memancarkan kekuatan luar biasa. Dante duduk diam di sudut ruangan, menatap teknologi yang baru saja ia rebut dengan campuran rasa takut dan tanggung jawab yang berat. Elena memandangnya dari seberang ruangan, air matanya menggantung di sudut mata. “Dante, kau tidak perlu memikul ini sendirian.” Dante menggeleng pelan. “Ini bukan soal memilih, Elena. Aku sudah masuk terlalu dalam. Dunia ini tidak akan berhenti memburuku sampai aku membuat keputusan.” Lorenzo berjalan masuk dengan membawa hasil analisis terbaru. “Kita punya masalah besar. Pemerintah bayangan sudah mengetahui lokasi kita. Mereka bergerak dengan cepat. Kita punya kurang dari tiga jam.” Dante menggenggam chipset di tangannya, menatap Lorenzo dengan penuh tekad. “Kita harus membuat mereka tidak bisa menggunakan ini. Jika chipset terakhir jatuh ke tangan mereka, dunia akan berakhir dala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 27: Pengorbanan di Ambang Kehancuran

Ruangan markas Corvus Regia dipenuhi dengan cahaya biru yang menyilaukan. Energi dari chipset dalam tubuh Dante meluas, menciptakan gelombang kejut yang menghentikan semua orang, baik kawan maupun lawan. Aurelia mundur beberapa langkah, melindungi wajahnya dari kilauan yang menyakitkan. Di tengah ledakan energi itu, Dante berdiri kokoh, matanya bersinar dengan kekuatan yang hampir tidak bisa dia kendalikan. Suaranya berat, seolah menggema dari dalam dirinya sendiri. "Aku tidak akan membiarkan dunia ini dikendalikan oleh kalian. Jika aku harus menjadi ancaman untuk menghentikan ini, maka biarlah begitu." Energi yang dilepaskan oleh Dante mengganggu semua sistem elektronik di markas. Lampu padam, alat komunikasi mati, dan sistem keamanan runtuh. Pasukan Corvus Regia yang sebelumnya begitu percaya diri kini mundur dalam kebingungan. "Dante! Kau harus menghentikannya!" teriak Lorenzo dari kejauhan melalui alat komunikasi darurat. Namun, Dante tidak merespons. Fokusnya tertuju pada A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 28: Bayang Kegelapan

Dua minggu setelah pertempuran besar di markas Corvus Regia, ketenangan sementara yang dirasakan Dante, Elena, dan Lorenzo mulai terguncang. Dalam keheningan malam, sebuah pesan anonim masuk ke server rahasia mereka. Pesan itu mengandung koordinat lokasi dan sebuah kalimat yang membakar rasa penasaran: "Sumber chipset yang sebenarnya. Jika kau mencari kebenaran, datanglah sendirian." Dante duduk di ruang kerjanya, memandangi layar monitor dengan ekspresi muram. Cahaya biru samar dari chipsetnya kembali menyala, meski ia telah berusaha mematikannya sejak insiden terakhir. Suara-suara dari dalam chipset mulai terdengar lagi—tidak jelas, seperti bisikan, tapi cukup untuk mengganggu pikirannya. "Apa yang mereka inginkan dariku?" gumamnya, menggenggam kepala. Elena masuk, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Dante, kau baik-baik saja?" Dia menggeleng pelan. "Chipset ini... semakin sulit untuk kukendalikan. Kadang aku merasa bukan lagi diriku sendiri." Elena mendekatinya, memegang tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 29: Perjalanan Menuju Kegelapan

Tim Dante memulai perjalanan menuju koordinat baru yang diberikan oleh Reinhardt. Lokasi itu berada di pegunungan terpencil yang terisolasi dari dunia luar, sebuah tempat yang tersembunyi dari peradaban modern. Perjalanan ini bukan hanya tentang jarak; ini adalah langkah ke dalam misteri yang mungkin menghancurkan segalanya. Di helikopter yang membawa mereka menuju pegunungan, suasana tegang terasa seperti udara yang berat. Elena duduk di sebelah Dante, memperhatikan wajahnya yang tampak lebih murung dari biasanya. "Kau terlihat tidak seperti biasanya," kata Elena pelan, memecah keheningan. Dante menghela napas, menatap keluar jendela helikopter ke arah awan gelap yang menggantung di langit. "Aku merasa seperti boneka dalam permainan yang jauh lebih besar dari yang bisa kupahami. Chipset ini... setiap kali aku menggunakannya, aku kehilangan sedikit dari diriku sendiri." "Kau bukan boneka, Dante," balas Elena dengan suara tegas. "Kau adalah seseorang yang telah mengambil kepu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 30: Kebangkitan Sang Penjaga

Suara mendesing dari kapsul yang terbuka menggema di ruangan besar itu. Cahaya biru menyilaukan menyembur keluar, membuat Dante dan timnya refleks mempersiapkan senjata mereka. Sosok di dalam kapsul perlahan bergerak, kulitnya berkilauan seperti logam halus, dan matanya menyala seperti bara api. “Siapa itu?” tanya Elena dengan nada tegang. Sosok itu melangkah keluar, tubuhnya tinggi dan kokoh, lebih mirip mesin daripada manusia. Chipset di tubuh Dante berdenyut semakin kuat, seolah memberi sinyal bahaya. “Dante,” gumam Lorenzo. “Aku rasa kita baru saja membangunkan sesuatu yang seharusnya tidak tersentuh.” Sosok itu berbicara, suaranya berat dan dalam, seperti gema dari masa lalu. “Siapa yang berani menginjakkan kaki di fasilitas ini? Tempat ini adalah perbatasan antara kekuatan dan kehancuran. Aku adalah Penjaga.” “Kami datang untuk menghentikan apa yang terjadi di sini,” jawab Dante, mencoba menenangkan suasana. “Chipset yang ditanamkan ke tubuhku berasal dari teknologi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status