Semua Bab Diam-Diam Menikmati : Bab 21 - Bab 30

84 Bab

Bab 21 Menggoda Luna

Di penghujung musim panas, halaman belakang rumah dipenuhi aroma manis buah yang matang sempurna. Pohon ceri di sudut taman tampak berat oleh beban buah-buahnya yang berwarna merah menyala, menggoda siapa pun untuk segera memetiknya. Jika tak dipanen tepat waktu, buah-buah itu akan membusuk, dan Luna tak akan membiarkan itu terjadi.Dengan lincah, gadis itu memanjat pohon ceri yang cukup tinggi, tas kanvas tergantung di lehernya untuk menampung hasil panen. Jemarinya yang cekatan memetik satu demi satu buah ceri, sesekali mengunyah yang terlihat paling segar langsung dari pohonnya."Dia sudah benar-benar menyatu dengan alam," gumam Jacob sambil menggeleng gelengkan kepala melihat Luna yang lincah memetik ceri.Ketika tas kanvasnya sudah penuh, Luna turun untuk menuangkan ceri ke dalam keranjang besar di bawah pohon. Rencananya, buah-buah ini akan diolah menjadi selai manis untuk persediaan musim dingin. Tapi begitu keranjang penuh, dia kembali memanjat pohon."Luna, ini sudah banyak."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 22 Terjebak di pohon 

Hari yang cerah menyambut pagi Luna. Langit biru tanpa awan membentang luas, sementara hembusan angin laut yang lembut menyapu wajahnya. Suara deburan ombak berpadu dengan aroma asin yang menenangkan, membuat pagi itu terasa begitu damai. Tidak ada mimpi buruk yang mengusik tidurnya semalam, dan untuk pertama kalinya, Luna merasa hatinya sedikit lebih tenang.Setelah menyantap sarapan, Luna memutuskan untuk bersantai di pinggir tebing pantai. Hembusan angin yang membawa aroma laut terasa menenangkan, sampai pandangannya tertuju ke arah Jacob.Pria itu dengan tubuh tegap dan kekar, terlihat sedang berselancar di tengah ombak. Matahari pagi memantulkan cahaya ke kulitnya yang basah, menonjolkan otot-ototnya dengan begitu jelas. Ia tidak mengenakan baju, hanya celana selancar hitam yang pas di tubuhnya, membuat penampilannya terlihat begitu memukau.Luna tertegun, matanya tidak bisa berpaling. Ia akui bahwa sebenarnya tidak ada kekurangan yang Jacob miliki pada tubuhnya, kecuali sikap ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 23 Tahan 

Langit sore memancarkan warna jingga yang lembut, menciptakan pemandangan yang menenangkan di cakrawala. Matahari perlahan tenggelam, meninggalkan sinar hangat terakhirnya yang memantul di permukaan laut. Jacob duduk di atas rerumputan yang lembut, memandangi keindahan di depannya sambil merasakan hembusan angin yang sejuk.Meski hatinya tak lagi seberat dulu, bayangan Anastasya masih sesekali hadir. Wanita yang hampir menjadi istrinya itu meninggalkan jejak yang sulit dilupakan, meski kini rindu itu mulai sering kali terasa saat ia sendirian.Jacob memejamkan mata, mencoba membiarkan pikiran-pikirannya melayang tanpa beban. Di tengah ketenangan itu, senyum tipis terukir di wajahnya. Aneh, tapi keberadaan Luna di pulau ini telah membuat kesepiannya terasa sedikit berkurang.“Maaf untuk yang tadi,” suara lembut Luna tiba-tiba terdengar dari belakangnya.Jacob membuka matanya perlahan, namun tidak langsung menoleh. Dari sudut matanya, ia melihat gadis itu duduk di rerumputan, menjaga jar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 24 Kelicikan Jacob

Langit jingga yang memudar perlahan berganti menjadi kelam, membingkai suasana di antara mereka. Cukup lama Luna tidak bergerak untuk menghindari ancaman Jacob menjadi nyata, tubuhnya terasa kaku, seolah tak berani bergerak meski ancaman Jacob tadi hanya berupa kata-kata.Dengan hati-hati, Luna memberanikan diri menatap Jacob. "Sekarang, apa aku sudah boleh pergi?" tanyanya, suaranya pelan meski sedikit gemetar.Namun Jacob tampaknya masih enggan melepaskan, sementara langit sore berwarna jingga berubah menjadi gelap. Hembusan angin terasa lebih kuat, rambut pendek luna mulai berantakan terhembus oleh angin.Kedua tangan kekarnya masih menekan pinggang Luna, tatapannya terpana oleh keindahan mata hijau Luna yang bersinar samar di kegelapan menarik perhatiannya, memancarkan keindahan yang kontras dengan ketegangan situasi di antara mereka.“Kenapa aku tidak pernah menyadarinya sebelumnya?” pikir Jacob.Dalam jarak sedekat ini, Jacob mulai menyadari sesuatu bahwa Luna bukan hanya menarik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Bab 25 Sisi lain Jacob

Hanya mengenakan gaun tidur favoritnya, Luna tiba di sebuah landasan helipad sebuah gedung yang ada di New York. Ia tidak tau dunia luar sekarang seperti apa, tapi satu hal yang membuat Luna tidak habis pikir adalah, apakah Jacob mengusirnya dari pulau sekarang?Saat pikirannya sedang bertanya tanya, tiba-tiba Jacob meraih pergelangan tangannya dan membawa ia masuk ke dalam gedung, menggunakan sebuah lift sampai mereka tiba di sebuah apartemen mewah dengan warna yang di dominasi hitam dan putih.Apartemen itu terlihat sangat luar biasa, Luna tak bisa menutupi kekagumannya saat melihat apartemen tersebut. Ia pun berbalik, tapi kaget melihat Jacob melepaskan bajunya."Apa yang kau lakukan membawaku kemari?!" tanya Luna.Jacob menoleh, membawa bajunya menuju kamar yang diikuti oleh Luna.Di dalam kamar, Jacob terlihat sibuk mengenakan pakaiannya tanpa memperdulikan Luna yang ada di sana. Alhasil, Luna berbalik badan tanpa melihat Jacob yang melepaskan satu persatu pakaiannya."Aku ada pek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Bab 26 Nyaris saja

Sentuhan yang Jacob berikan semakin tidak terkendali, Luna kebingungan harus mencegah Jacob dengan cara apa. Tubuh pria itu jauh lebih besar darinya, lebih kuat dan juga mendominasi.Kedua kaki Luna tak lagi menapak lantai, Jacob mengangkatnya dan tanpa ragu melempar Luna ke tempat tidur. Tatapan Luna semakin panik, terlebih ia sadar bawah tatapan Jacob padanya berbeda dari biasanya."Tuan, aku mohon berhenti!" seru Luna.Namun, Jacob tak mengindahkan seruan gadis itu. Ia kembali mendekat dan mencumbu Luna dari bibir hingga turun ke leher, tanpa segan meninggalkan jejak kemerahan di bagian leher Luna.Ketakutan Luna semakin besar, tubuhnya terasa panas akibat sentuhan Jacob. Apalagi ketika tangan pria itu mulai memasuki area bajunya dan mengusap permukaan pahanya. Tubuh Luna seketika bergetar, ia benar-benar tidak berdaya di bawah kendali Jacob yang tak bisa ia dorong menjauh.Saat tangan Jacob akan bergerak lebih naik ke atas pahanya, gerakan pria itu berhenti, nafasnya terdengar bera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

Bab 27 Trauma itu lagi

Keesokan harinya saat Luna keluar dari kamar, ia sudah melihat apartemen sudah kosong menyisakan dirinya sendiri. Jacob tidak ada, sepertinya berangkat lebih awal untuk mengurus pekerjaan.Langkahnya menuju meja makan terhenti sejenak saat matanya menangkap sandwich yang tertata rapi di piring. Di sampingnya, ada beberapa lembar uang dan secarik kertas kecil dengan tulisan tangan Jacob yang khas."Kau butuh uang saat keluar, bawa ini bersamamu."Luna tersenyum tipis. Ada sesuatu yang hangat dan tak terucapkan dalam perhatian kecil itu. Ia duduk menikmati sarapannya dengan tenang hingga suara bel apartemen memecah keheningan. Seorang kurir datang, membawa beberapa set pakaian baru untuknya, kali ini lebih tertutup dan nyaman dibanding kemarin.Tanpa menunggu lama, ia memilih salah satu pakaian itu dan memakainya. Menatap sejenak pantulan bayangannya di cermin, menarik nafas panjang, lalu memantapkan hati untuk melangkah keluar dari apartemen.Ketika tiba di lobi, suara keramaian segera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

Bab 28 Dunia itu kejam

Malam harinya, suhu tubuh Luna cukup tinggi sampai gadis itu menggigil di balik selimut yang digunakan. Tidak ada yang menyadarinya, bahkan Jacob pun belum tau bahwa suhu tubuh Luna perlahan mulai naik. Dengan kondisinya yang seperti itu membuat mimpi Luna kembali pada bayangan masa lalu yang menyakiti hatinya. "Kau itu anak yang tidak diinginkan, bekerjalah lebih keras agar kami bangga padamu!" "Dasar anak tidak berguna, aku sudah membesarkanmu agar kau ada gunanya! Melakukan latihan sederhana seperti itu saja kau tak bisa!" "Hei, lihat di sana! Dia kan anak yang tidak di harapkan oleh keluarganya, lihat wajah jeleknya itu, dia terlihat bodoh sekali." "Orang bodoh sepertinya bagaimana dia masih bisa berharap memenangkan lomba nanti? Mustahil, sebaiknya dia lebih baik mati saja." "Hei anak haram, pergilah! Kau itu hanya pembawa sial!" Bayangan yang menghampiri mimpinya membuat Luna semakin gemetar di balik selimut yang menutupinya, tubuhnya memucat seiring suhu panas mulai mengu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

Bab 29 Sebuah perhatian

Hari sudah semakin siang, saat Hazel membuka pintu kamar tempat Luna istirahat, seorang Dokter berada di dalam untuk melepaskan jarum infus sekaligus memeriksa kondisi Luna sejak beberapa jam lalu. "Bagaimana sekarang?" tanya Hazel pada Dokter. Dokter itu tersenyum tipis sambil membereskan peralatannya. "Kondisinya sudah jauh lebih baik. Hanya perlu istirahat dan pemulihan. Pastikan dia minum obat secara teratur, dan jangan terlalu lelah. Itu penting." Setelah memberikan beberapa arahan tambahan, ia pamit meninggalkan ruangan. Luna yang tadinya bersandar lemah di tempat tidur, kini perlahan duduk. Meski wajahnya masih pucat, ada sedikit semburat warna yang mulai kembali ke pipinya. Pandangannya jatuh pada Hazel, yang kini duduk di tepi ranjang, matanya dipenuhi rasa perhatian. "Hei," Hazel membuka percakapan, suaranya lembut namun penuh semangat. "Aku bisa menjadi teman yang baik, kau tahu. Jadi kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk bercerita. Aku siap mendengarkan." Ucapan Hazel d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Bab 30 Sedikit godaan

Suasana malam menyelimuti kota, membawa keramaian penuh aktivitas yang memikat banyak orang untuk keluar menikmati gemerlapnya. Namun, tidak untuk Luna. Ia memilih tetap di dalam, terkurung oleh rasa takut yang tak kunjung sirna. Dunia luar memang terlihat indah, tapi yang mengintai di baliknya adalah kemungkinan bertemu dengan 'mereka', orang-orang yang telah meninggalkan luka mendalam di hidupnya. Lama ia termenung dalam pikirannya sendiri, mencoba mengabaikan bayang-bayang masa lalu yang masih menghantui. Ketika matanya mulai terpejam, suara pintu yang tiba-tiba terbuka membuatnya terjaga. Jacob melangkah masuk, tubuhnya hanya dibalut celana panjang, dadanya telanjang seperti memamerkan kepercayaan diri yang berlebihan. Luna menatapnya dengan bingung, merasa terkejut sekaligus canggung. Ia memang sengaja tidak mengunci pintu, mengingat insiden semalam ketika ia demam tinggi dan nyaris tak ada yang menyadarinya. Tapi malam ini, Jacob sepertinya punya alasan berbeda. Luna langsu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status