Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Diam-Diam Menikmati : Chapter 41 - Chapter 50

84 Chapters

Bab 41 Dia kembali

Musim dingin telah tiba, dan pulau itu mulai diselimuti oleh hawa dingin yang menusuk. Luna berdiri di dekat jendela besar, memandangi salju tipis yang perlahan jatuh, menutupi taman yang sudah membeku. Langit mendung menambah kesan sunyi, sementara suara ombak di kejauhan terdengar samar, seperti berbisik dalam harmoni yang menenangkan. "Dia masih belum datang," gumamnya pelan, hampir tak terdengar. Tatapannya terpaku pada taman yang kini beku, seolah-olah berharap menemukan jejak langkah seseorang di sana. Hembusan angin yang dingin merayap masuk melalui celah jendela, memaksanya untuk menutupnya rapat. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Luna meninggalkan jendela itu dan menuju ke dapur, di mana aroma manis pie apel yang baru dipanggang memenuhi ruangan. Di sana, Maci tengah sibuk menyiapkan pie, tangannya cekatan mengatur adonan dengan sempurna. "Kau masih menunggu Tuan muda datang?" tanya Maci, nada suaranya sedikit menggoda. "Tidak juga," jawab Luna santai, meskipun hatinya b
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 42 Kesalahpahaman kecil

Barang-barang yang dibawa Jacob dari kota bukan hanya jaket mewah untuk Luna, tetapi juga beberapa buku tebal dan kotak mainan bricks. Setelah beberapa waktu, Jacob menyadari bahwa Luna tampaknya memiliki ketertarikan khusus pada bricks. Gadis itu begitu tekun menyusun potongan demi potongan hingga menciptakan berbagai bentuk, dan hasil kreasinya kini terpajang rapi di kamar dengan posisi yang strategis, seolah menjadi koleksi berharga. "Banyak sekali buku yang kau bawa," ucap Luna sambil mengeluarkan buku-buku dari dalam kotak. Ia menghitung, ada tujuh buku tebal dengan sampul yang beragam. Jacob, yang duduk santai di sofa, memperhatikan Luna memeriksa buku-buku itu satu per satu. "Kau terlihat sudah muak membaca buku matematika," katanya sambil menyeringai kecil. "Jadi, aku membawakanmu buku tentang dunia luar angkasa, beberapa tentang dunia medis. Pilih saja mana yang menarik untukmu." Luna tersenyum tipis sambil membaca judul-judul buku tersebut. Namun, salah satu buku menarik p
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 43 Malam yang dinanti

Beberapa hari berlalu, Luna sudah hampir selesai membaca novel yang sempat Jacob berikan. Ternyata buku itu menceritakan tentang sebuah kisah seorang pasangan yang sangat mesra, setiap kata yang Luna baca dalam kalimat tersebut membuatnya seolah menjadi pemeran utama dalam novel. Namun, ada satu bagian dalam cerita yang membahas hubungan asmara yang sangat intim, sebuah pembahasan yang membuat Luna kembali teringat dengan malam memalukan antara ia dan Jacob. Buru-buru Luna menutup buku novel tersebut, wajahnya terasa panas setiap kali mengingat momen yang membuatnya merasa berdebar debar. "Aku sudah hampir melupakannya, tapi kenapa selalu saja ada yang membuatku kembali mengingat hal itu?" Novel dewasa yang ia baca segera di simpan ke meja, ia menarik tiga lapis selimut untuk menutupi tubuhnya pada malam yang dingin hari ini. Tapi, cuaca malam hari semakin dingin meski semua pintu dan jendela sudah di tutup dengan rapat, tiga selimut yang ia gunakan tetap membuatnya kedinginan. Sem
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 44 Gairah musim dingin

Cumbuan Jacob masih berlangsung, erangan tipis yang keluar dari bibir Luna sangat seksi. Diantara cahaya yang tidak begitu terang, Jacob mengagumi tubuh gadis ini, bukan hanya bayangan yang ia lihat dari pantulan air. Luna benar-benar sudah menjadi seorang wanita, yang memiliki lekukan tubuh sangat menggoda. Tubuhnya juga sangat terawat, kulit lembutnya membuat Jacob tak tega menyentuhnya terlalu kasar, seakan tubuh Luna adalah benda yang sangat rapuh di dunia. Kulit mereka saling bersentuhan, setiap kali Jacob melakukan cumbuannya untuk mempersiapkan tubuh Luna, gadis itu terlihat begitu tegang. "Kau tidak bisa setegang ini saat kita melanjutkannya, kelinci kecilku." bisik Jacob. Luna menatapnya, susah payah ia mengendalikan dirinya saat melihat ia dan Jacob sudah sama-sama tidak berbusana. Tubuh Luna meremang, jarak antara ia dan Jacob kali ini benar-benar dekat, setiap kali kulitnya bersentuhan dengan Jacob, ada perasaan aneh yang menyerah dadanya. Tapi mau bagaimanapun,
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 45 Awal yang berbeda

Saat Luna tertidur karena kelelahan, diam-diam Jacob memindahkan gadis itu ke kamarnya yang lebih hangat. Setelahnya, Jacob segera membersihkan kamar Luna dari kekacauan yang ia lakukan. Dengan cahaya lampu dari ponselnya, Jacob melihat ada cukup banyak bercak darah di sprei yang menjadi saksi hubungannya dengan Luna beberapa saat lalu. Jacob tidak terkejut, ini sudah hal wajar karena dulu saat ia melakukannya dengan Anastasya juga terjadi seperti ini. Ia menggulung sprei dan juga selimut tersebut, memastikan tak ada pelayan yang tau apa yang terjadi antara dirinya dan Luna. Meskipun Jacob yakin, cepat atau lambat mereka juga pasti akan tau. Setelah membereskan kekacauan yang ada, Jacob kembali ke kamarnya dan melihat Luna tidur dengan tenang. Perlahan ia berbaring di sebelah gadis itu, memeluk Luna dengan hangat dan ikut tertidur lelap di sebelahnya. ** Beberapa jam setelahnya, pagi hari pun tiba. Luna membuka mata, hal pertama yang ia rasakan adalah sakit pada bagian pangkal pah
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 46 Suasana lebih hangat

Satu minggu telah berlalu sejak kejadian malam itu, perhatian Jacob juga masih sama walaupun kadang masih menjengkelkan bagi Luna. Sejak dua malam terakhir, Luna kembali tidur di kamarnya sendiri. Padahal, Jacob sudah melarangnya karena di kamar Luna memiliki penghangat ruangan yang sangat kecil. Pagi ini, suasana gelap di luar sana masih terlihat. Tapi meskipun gelap, tidak ada salju yang turun. Pulau itu memang berbeda dengan tempat lainnya yang kini pasti sudah dipenuhi oleh salju, tapi meskipun tak ada salju, suasana beku di luar sana sangat terasa. "Sepertinya seru kalau bermain ice skating, tapi tak ada tempat yang bisa digunakan untuk melakukan permainan itu disini." batin Luna sambil melihat pemandangan di luar sana melalui jendela kamarnya. Listrik juga padam, kincir angin benar-benar tidak berputar karena aliran airnya membeku. Penerangan yang mereka gunakan selama musim dingin adalah lilin, Luna menutup jendela kamar dan keluar sambil mengenakan jaket pemberian Jacob. "D
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 47 Kehangatan 

Malam semakin larut, hawa dingin menguasai setiap sudut ruangan meskipun api di perapian terus menyala. Jacob, dengan cekatan menambahkan kayu ke dalam perapian, menciptakan suara gemeretak yang menenangkan. Sementara itu, Luna duduk di atas karpet lembut, santai menikmati anggur segar yang ia ambil dari mangkuk kecil di tangannya. "Kau mau kentang bakar?" tanya Jacob, menoleh dari perapian. "Apa sudah matang?" Luna menjawab sambil menatapnya, mata berbinar sedikit penasaran. Jacob mengangkat salah satu kentang yang telah ia panggang di atas bara, lalu memotongnya dengan hati-hati di atas piring. Asap tipis mengepul, membawa aroma hangat yang langsung menggugah selera. "Makanlah perlahan, ini masih panas," katanya sambil menyerahkan piring itu kepada Luna. Luna menurunkan mangkuk anggurnya, menerima piring tersebut dengan senyum kecil. Ia mulai menyuapkan kentang bakar ke mulutnya, perlahan menikmati tekstur lembut yang hangat berpadu dengan rasa manis alami kentang. Jacob juga me
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 48 Bersama kelinci kecil

Sudah hampir dua bulan Jacob hidup di pulau terpencil ini tanpa koneksi internet. Kincir angin berhenti berputar, aliran air sungai membeku, dan segala teknologi yang biasanya ia gunakan kini tak berguna. Ia merasa terisolasi dari peradaban, tapi hanya bisa pasrah menerima keadaan. Sembari menatap pemandangan diluar jendela, pikirannya melayang jauh. Saat ia menoleh ke tempat tidur, pandangannya tertuju pada Luna yang masih terlelap, tubuhnya terbungkus selimut tebal. Sebuah senyum lembut muncul di wajah Jacob. Ia menyandarkan tubuhnya di bingkai jendela, hanya memperhatikan gadis itu dengan tatapan penuh kasih. “Kau benar-benar seperti kelinci kecil yang terdampar di tempat tidurku,” gumamnya pelan, hampir seperti bisikan. Ia mendekat, duduk di tepi tempat tidur dan menatap wajah Luna dari jarak dekat. Jari-jarinya yang dingin menyentuh pipinya, membelai dengan lembut hingga gadis itu menggeliat kecil dalam tidurnya, lalu membalikkan badan, kini membelakangi Jacob. “Kau mau hibern
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 49 Mengajari untuk patuh

Selesai sarapan, Luna pikir ia bisa segera melarikan diri dan bertemu para pelayan lain. Tapi ternyata salah, Jacob mengajaknya ke ruang utama dan melihat bagaimana pria itu terus menggodanya. Di depan perapian, Luna duduk di pangkuan Jacob dengan posisi mereka yang saling berhadapan. Tangan pria itu menekan pinggang Luna, dan sesuatu yang dibayangkan terjadi. Suara decapan bibir mereka terdengar lirih seiring gemeretak api perapian yang menghangatkan tubuh. Luna menarik dirinya, mengatur nafasnya saat keningnya saling bersentuhan dengan Jacob. "Aku ingin berhenti." desisnya. "Kau ingin berhenti dari apa?" tanya Jacob sambil menepikan rambut Luna ke belakang telinga gadis itu. "Berhenti menggangguku seperti ini, kita sudah terlalu jauh." pinta Luna, suara lirih dengan nada memohon. Namun Jacob justru hanya tersenyum tipis, "Seperti yang kau katakan, kita sudah terlalu jauh dan tidak mungkin kembali lagi. Dan aku, aku sudah terlanjur terobsesi oleh bibirmu." katanya, kali ini sambi
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 50 Kelinci panggang

Wajah Jacob penuh kepuasan, senyum kemenangan terpampang jelas di wajahnya setelah ia melepaskan Luna. Namun, ia tidak menyangka kalau gadis itu malah menyerangnya tanpa peringatan. Dengan semangat penuh, Luna mengayunkan tangannya, mencoba memukul Jacob dengan segala tenaga yang ia punya. “Kau benar-benar tidak menyerah, ya?” Jacob berseru, dengan mudah menangkap tangan Luna sebelum pukulan itu benar-benar mengenai dirinya. Ia menahan pergelangan gadis itu dengan satu tangan, sementara tangan lainnya bertolak pinggang. Tatapannya penuh godaan, dan dengan alis yang bergerak naik-turun, ia berkata, “Tubuh kecilmu itu tidak akan pernah bisa mengimbangi diriku, kelinci kecil.” Wajah Luna memerah, campuran antara rasa kesal dan malu. Ia berusaha menarik tangannya dari cengkeraman Jacob, tapi pria itu terlalu kuat. “Lepaskan aku!” serunya dengan nada tajam. Jacob akhirnya melepaskan tangan Luna, tapi bukannya tenang, gadis itu justru memanfaatkan momen kebebasannya untuk kabur. Tanpa a
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status