Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Diam-Diam Menikmati : Chapter 51 - Chapter 60

84 Chapters

Bab 51 Tertangkap lagi

Luna memandangi potongan daging kelinci di tangannya dengan ekspresi bimbang. Aroma harum yang mengepul dari panggangan di hadapannya membuat perutnya memberontak, tetapi hatinya berperang dengan rasa bersalah. Bayangan kelinci-kelinci yang biasa ia rawat sejak kecil terlintas di benaknya. Bagaimana mungkin ia tega memakan mereka? Namun, saat matanya melirik ke arah pelayan-pelayan lain yang tampak begitu menikmati hidangan itu, ia merasa terasing. Senyum mereka, gelak tawa, dan wajah puas setelah setiap gigitan, semuanya membuat Luna merasa seperti sedang berada di luar lingkaran. Akhirnya, dengan nafas berat, ia memberanikan diri mencubit sedikit daging itu dan menyuapkannya ke mulut. Jacob yang sedari tadi memperhatikan, menyandarkan tubuhnya di kursi dengan senyum penuh kemenangan. “Jadi, bagaimana rasanya?” tanyanya, suaranya penuh nada menggoda. Luna tidak segera menjawab. Ia mengunyah perlahan, mencoba mencerna rasa asing itu. Daging kelinci yang lembut terasa sedikit mirip d
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 52 Semakin intens

Di dalam pelukan Jacob, Luna hanya bisa diam merasakan hembusan nafas dan juga dekapan tangan kekar pria itu. Beberapa kali mata Luna mengerjap, seakan masih tidak percaya jika ia dan Jacob melakukan hubungan intim itu lagi. Tapi, ia juga tak bisa bohong bahwa semalam ia juga menikmatinya. Ini benar-benar memalukan, ia seakan kehilangan dirinya sendiri dibawah godaan Jacob. Pria itu mudah sekali mempengaruhinya, membuatnya pasrah dibawah cumbuan yang memabukkan. Luna berusaha menjaga kewarasannya, ia bergerak pelan berencana turun dari tempat tidur sebelum pagi ini berlanjut menjadi hal yang lebih rumit. Tapi gerakannya segera tertangkap oleh Jacob, yang dengan cekatan menarik pinggangnya kembali ke pelukan. “Biarkan aku turun,” bisik Luna dengan nada hampir memohon. Namun Jacob menggeleng pelan, matanya masih tertutup, tapi tangan kekarnya semakin erat memeluknya. “Jangan pergi,” jawabnya dengan suara serak, kemudian menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Luna. Luna memejamkan ma
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 53 Reaksi trauma

Keesokan harinya, deru baling-baling helikopter memecah kesunyian pagi. Jacob berdiri dengan tas kecil di pundaknya. Ia memandang Luna yang tampak termenung, matanya sedikit menerawang seolah menyimpan sejuta pikiran. “Sudah siap?” tanyanya lembut, memecah keheningan. Luna mengangguk pelan, meskipun hatinya masih dipenuhi rasa ragu. Jacob menggenggam tangan gadis itu dengan lembut, memberikan dorongan kecil untuk menaiki helikopter. Begitu mereka duduk, helikopter pun mengudara, meninggalkan pulau yang selama ini menjadi tempat perlindungan bagi Luna. Langit pagi itu cerah, tetapi hawa dingin masih menggantung seperti kemarin. Selama dua jam perjalanan udara, Luna hanya diam memandangi jendela, melihat lautan luas yang membentang, diselingi bayangan kota besar yang perlahan mulai tampak. Helikopter akhirnya mendarat di atap gedung tinggi, tempat yang sama ketika pertama kali Luna tiba di New York bersama Jacob. Udara kota yang dingin dan penuh kesibukan menyambut mereka begitu kelu
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 54 Ibu?

Setelah dua hari mencari dengan cermat, Jacob akhirnya menemukan tempat yang dirasa paling cocok untuk membantu Luna. Sebuah klinik kecil dengan suasana tenang, di mana ia telah membuat janji dengan seorang psikolog berpengalaman. Ketika mereka tiba, Luna mengamati Jacob berbicara dengan seorang dokter wanita yang menyambut mereka dengan senyuman hangat. Luna hanya berdiri diam di belakang Jacob, ragu untuk melangkah lebih jauh. Namun, dokter itu segera memandangnya lembut dan mempersilahkannya masuk ke ruangan. "Masuklah, aku akan menunggumu di luar," kata Jacob dengan nada penuh keyakinan. Luna menatapnya sebentar sebelum akhirnya mengangguk pelan dan mengikuti dokter ke dalam. Ruangan itu terasa nyaman, dengan kursi empuk dan aroma lavender yang menenangkan. "Nona Luna, duduklah dengan santai. Buat dirimu senyaman mungkin," ujar dokter itu lembut. "Saya hanya ingin bertanya beberapa hal." Luna mengangguk lagi, mencoba merilekskan dirinya. Suara lembut sang dokter sedikit banyak
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 55 Berbagi cerita

Hari pertama terapi berjalan jauh dari yang diharapkan. Prosedur yang seharusnya membantu malah mengguncang Luna hingga ke dasar emosinya, membuat Jacob melihat sisi tergelap dari gadis itu yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Sepulang dari klinik, Luna menjadi lebih pendiam dari biasanya, tatapannya kosong, seolah pikirannya terjebak di masa lalu. Jacob memutuskan untuk mendekat. Ia duduk di sofa, tepat di sebelah Luna yang tengah memandang gedung-gedung pencakar langit di luar jendela. Namun Jacob tahu, pandangan itu tak benar-benar melihat. Luna tampak begitu jauh, terperangkap dalam pikirannya sendiri. "Luna," panggil Jacob dengan nada lembut. Gadis itu sedikit tersentak, akhirnya menyadari kehadirannya. Ia menoleh sebentar, tapi kemudian kembali memalingkan wajah, menatap jendela dengan mata yang berkilauan oleh cahaya kota. "Seharusnya aku tidak memaksamu untuk menjalani terapi seperti itu," ujar Jacob lirih. Suaranya terdengar penuh penyesalan. "Itu bukan salahmu," jaw
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 56 Membiasakan keadaan

Hari mulai terang saat Luna perlahan membuka mata. Ia bangun terlambat dari biasanya, dan ketika menoleh ke samping, Jacob sudah tidak ada di tempat tidur. Dengan kening berkerut, ia duduk di tepi ranjang, mengumpulkan kesadarannya yang masih setengah tertidur. Setelah memastikan dirinya benar-benar sendiri, Luna keluar dari kamar. Pemandangan Jacob yang sibuk menyiapkan sarapan di dapur segera menarik perhatiannya. Pria itu mengenakan kaus sederhana dengan lengan tergulung, rambutnya sedikit acak-acakan, namun tetap terlihat memesona. Sebelum mendekat, Luna melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Perlahan ia melangkah ke arah dapur, dan Jacob yang menyadari kehadirannya langsung menyunggingkan senyum hangat. "Sarapan hampir siap. Duduklah," ujar Jacob sambil meliriknya sekilas. "Kau tidak ke kantor hari ini?" tanya Luna sambil menarik kursi dan duduk di meja makan. Jacob menggeleng sambil membalikkan pancake di wajan. "Aku akan bekerja dari ruma
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 57 Mantan pembuli

Air dingin mengguyur tubuh Luna, membasahi bajunya hingga menempel pada kulit. Terdengar tawa lepas dari balik pintu bilik toilet, memantul di dinding ruangan sempit itu seperti gema ejekan yang tiada akhir. Luna menahan nafas, menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri meski tubuhnya bergetar, bukan karena air dingin, tetapi karena rasa malu dan amarah yang membara di dadanya. Ketika akhirnya dia memberanikan diri keluar, tiga gadis berdiri di hadapannya dengan senyum penuh kemenangan. Keith, pemimpin kelompok itu melipat tangannya sambil menunjuk dada Luna dengan tatapan mengejek. "Kasihan sekali, kucing liar kita sekarang basah kuyup," ucap Keith, suaranya diiringi derai tawa teman-temannya. "Sebentar lagi jam pelajaran dimulai, dan kau pasti mendapat hukuman. Mrs. Wesley tidak akan memaafkanmu karena terlambat." Sebelum Luna bisa merespons, Keith mengambil baskom kosong yang tadi mereka gunakan untuk mengguyurnya dan melemparkannya ke arah Luna, seolah memastikan penghinaan te
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 58 Hampir saja

Setelah puas menjelajahi pameran akuarium yang memukau, Jacob mengarahkan Luna ke butik mewah di pusat kota. Gadis itu tampak ragu saat melangkah masuk, matanya segera tertarik pada deretan pakaian yang tertata elegan. "Silakan pilih baju mana yang kau suka," ucap Jacob santai sambil menunjuk rak pakaian wanita. Luna mengambil sebuah dress lembut berwarna pastel, tapi begitu matanya menangkap label harga yang tergantung di sisi baju itu, ia buru-buru mengembalikannya ke tempat semula. "Tidak perlu," katanya dengan suara pelan, hampir berbisik. "Baju yang kau belikan sebelumnya masih cukup untukku." Jacob mengerutkan kening, lalu dengan gerakan cepat meraih dress itu kembali. "Kenapa? Kau khawatir soal harga?" tanyanya dengan nada setengah bercanda. "Jangan pikirkan itu. Aku ingin kau memilih pakaian yang kau suka." Tanpa menunggu jawaban, Jacob mulai mengambil beberapa dress lainnya, lalu menyerahkannya ke tangan Luna. "Coba di ruang ganti," perintahnya lembut sambil mendorong gad
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 59 Malam yang panjang

Jacob dan Luna tiba di apartemen. Tumpukan tas belanja yang sebelumnya mereka beli kini sudah tersusun rapi di dalam ruangan. Luna melirik Jacob yang tampak santai, meski dirinya merasa sedikit bersalah. "Kau sudah banyak membantuku hari ini," ujar Luna, suaranya terdengar tulus, meski ada sedikit nada canggung. "Aku merasa telah mengganggu pekerjaanmu." Jacob hanya tersenyum kecil, lalu tanpa peringatan, dia membuka dua kancing teratas kemejanya, menggulung lengan baju hingga siku. Gerakannya santai tapi penuh percaya diri. Kemudian dengan sekali langkah, ia meraih pinggang Luna, menarik gadis itu mendekat hingga nyaris tak berjarak. Seringai nakal muncul di wajahnya. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Luna waspada, kedua alisnya terangkat. Jacob menggeleng pelan, tapi bukannya melepaskan, kedua tangannya malah semakin erat memeluk pinggang Luna. "Aku merasa ada yang kurang hari ini," katanya dengan nada suaranya rendah namun menggoda. Luna mengerutkan dahi, mencoba mencerna m
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 60 Masih lanjut

Dengan perasaan malu yang tertahan, Luna mulai memainkan benda itu dengan kedua tangannya. Dari yang tadinya biasa saja, kini benda itu terasa semakin keras. Dan Luna masih tidak habis pikir bahwa benda yang ia pegang sekarang adalah benda yang pernah membuatnya merasa sesak dan penuh. Ia hanya sedikit heran, bagaimana itu bisa masuk ke dalam sana? Setiap kali tangannya bermain di bawah air bersama milik Jacob, Luna masih tidak percaya mengenai apa yang pernah ia lakukan dengan Jacob sebelumnya. "Mau berapa lama lagi aku harus melakukan ini?" tanya Luna. Jacob yang menikmati pijatan Luna membuka matanya, senyum simpul menghiasi bibir pria itu. "Sepertinya tidak adil kalau hanya aku saja yang telanjang di depanmu." katanya. "A.apa maksudmu?" Perlahan Jacob menarik baju Luna, tapi gadis itu langsung menyilangkan tangan di depan dadanya. Kedua alis Jacob terangkat tinggi, "Angkat tanganmu, biar aku melepasnya." "Tidak, biarkan aku menggunakan bajuku." tolak Luna. Jacob menghela naf
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status