Beranda / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 56 Membiasakan keadaan

Share

Bab 56 Membiasakan keadaan

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 20:50:08
Hari mulai terang saat Luna perlahan membuka mata. Ia bangun terlambat dari biasanya, dan ketika menoleh ke samping, Jacob sudah tidak ada di tempat tidur. Dengan kening berkerut, ia duduk di tepi ranjang, mengumpulkan kesadarannya yang masih setengah tertidur.

Setelah memastikan dirinya benar-benar sendiri, Luna keluar dari kamar. Pemandangan Jacob yang sibuk menyiapkan sarapan di dapur segera menarik perhatiannya. Pria itu mengenakan kaus sederhana dengan lengan tergulung, rambutnya sedikit acak-acakan, namun tetap terlihat memesona.

Sebelum mendekat, Luna melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Perlahan ia melangkah ke arah dapur, dan Jacob yang menyadari kehadirannya langsung menyunggingkan senyum hangat.

"Sarapan hampir siap. Duduklah," ujar Jacob sambil meliriknya sekilas.

"Kau tidak ke kantor hari ini?" tanya Luna sambil menarik kursi dan duduk di meja makan.

Jacob menggeleng sambil membalikkan pancake di wajan. "Aku akan bekerja dari ruma
SILAN

Happy weekend :)

| 3
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rosy
jangan bilang ibunya ?...
goodnovel comment avatar
SILAN
mau santai aku hari ini wkwk
goodnovel comment avatar
Puji Chelsky
up lagi dong kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 57 Mantan pembuli

    Air dingin mengguyur tubuh Luna, membasahi bajunya hingga menempel pada kulit. Terdengar tawa lepas dari balik pintu bilik toilet, memantul di dinding ruangan sempit itu seperti gema ejekan yang tiada akhir. Luna menahan nafas, menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri meski tubuhnya bergetar, bukan karena air dingin, tetapi karena rasa malu dan amarah yang membara di dadanya. Ketika akhirnya dia memberanikan diri keluar, tiga gadis berdiri di hadapannya dengan senyum penuh kemenangan. Keith, pemimpin kelompok itu melipat tangannya sambil menunjuk dada Luna dengan tatapan mengejek. "Kasihan sekali, kucing liar kita sekarang basah kuyup," ucap Keith, suaranya diiringi derai tawa teman-temannya. "Sebentar lagi jam pelajaran dimulai, dan kau pasti mendapat hukuman. Mrs. Wesley tidak akan memaafkanmu karena terlambat." Sebelum Luna bisa merespons, Keith mengambil baskom kosong yang tadi mereka gunakan untuk mengguyurnya dan melemparkannya ke arah Luna, seolah memastikan penghinaan te

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 58 Hampir saja

    Setelah puas menjelajahi pameran akuarium yang memukau, Jacob mengarahkan Luna ke butik mewah di pusat kota. Gadis itu tampak ragu saat melangkah masuk, matanya segera tertarik pada deretan pakaian yang tertata elegan. "Silakan pilih baju mana yang kau suka," ucap Jacob santai sambil menunjuk rak pakaian wanita. Luna mengambil sebuah dress lembut berwarna pastel, tapi begitu matanya menangkap label harga yang tergantung di sisi baju itu, ia buru-buru mengembalikannya ke tempat semula. "Tidak perlu," katanya dengan suara pelan, hampir berbisik. "Baju yang kau belikan sebelumnya masih cukup untukku." Jacob mengerutkan kening, lalu dengan gerakan cepat meraih dress itu kembali. "Kenapa? Kau khawatir soal harga?" tanyanya dengan nada setengah bercanda. "Jangan pikirkan itu. Aku ingin kau memilih pakaian yang kau suka." Tanpa menunggu jawaban, Jacob mulai mengambil beberapa dress lainnya, lalu menyerahkannya ke tangan Luna. "Coba di ruang ganti," perintahnya lembut sambil mendorong gad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 59 Malam yang panjang

    Jacob dan Luna tiba di apartemen. Tumpukan tas belanja yang sebelumnya mereka beli kini sudah tersusun rapi di dalam ruangan. Luna melirik Jacob yang tampak santai, meski dirinya merasa sedikit bersalah. "Kau sudah banyak membantuku hari ini," ujar Luna, suaranya terdengar tulus, meski ada sedikit nada canggung. "Aku merasa telah mengganggu pekerjaanmu." Jacob hanya tersenyum kecil, lalu tanpa peringatan, dia membuka dua kancing teratas kemejanya, menggulung lengan baju hingga siku. Gerakannya santai tapi penuh percaya diri. Kemudian dengan sekali langkah, ia meraih pinggang Luna, menarik gadis itu mendekat hingga nyaris tak berjarak. Seringai nakal muncul di wajahnya. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Luna waspada, kedua alisnya terangkat. Jacob menggeleng pelan, tapi bukannya melepaskan, kedua tangannya malah semakin erat memeluk pinggang Luna. "Aku merasa ada yang kurang hari ini," katanya dengan nada suaranya rendah namun menggoda. Luna mengerutkan dahi, mencoba mencerna m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 60 Masih lanjut

    Dengan perasaan malu yang tertahan, Luna mulai memainkan benda itu dengan kedua tangannya. Dari yang tadinya biasa saja, kini benda itu terasa semakin keras. Dan Luna masih tidak habis pikir bahwa benda yang ia pegang sekarang adalah benda yang pernah membuatnya merasa sesak dan penuh. Ia hanya sedikit heran, bagaimana itu bisa masuk ke dalam sana? Setiap kali tangannya bermain di bawah air bersama milik Jacob, Luna masih tidak percaya mengenai apa yang pernah ia lakukan dengan Jacob sebelumnya. "Mau berapa lama lagi aku harus melakukan ini?" tanya Luna. Jacob yang menikmati pijatan Luna membuka matanya, senyum simpul menghiasi bibir pria itu. "Sepertinya tidak adil kalau hanya aku saja yang telanjang di depanmu." katanya. "A.apa maksudmu?" Perlahan Jacob menarik baju Luna, tapi gadis itu langsung menyilangkan tangan di depan dadanya. Kedua alis Jacob terangkat tinggi, "Angkat tanganmu, biar aku melepasnya." "Tidak, biarkan aku menggunakan bajuku." tolak Luna. Jacob menghela naf

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 61 Sesempit itu

    Saat bangun keesokan harinya, hal pertama yang Luna rasakan adalah nyeri di sekujur tubuh. Pinggangnya terasa akan patah saat ia beranjak duduk, bukti betapa brutalnya Jacob semalam membuatnya tak berdaya."Aku sudah berusaha menghindarinya, tapi dia tetap saja berhasil melakukan hal ini padaku." batin Luna sambil meringis, ia turun dari tempat tidur dan saat itu juga ia jatuh ke lantai yang dingin.Bertepatan dengan itu, pintu kamar terbuka dan Jacob masuk. "Luna, kau tidak apa-apa?" dengan cepat pria itu menghampiri, membantu Luna berdiri, namun kedua kaki Luna rasanya seperti mati rasa dan ia bahkan tak mampu untuk berdiri.Gadis itu menatap Jacob dengan pandangan tajam, "Kau tau siapa yang membuatku sampai seperti ini?!" geramnya."Harusnya kau bilang dari awal kalau membutuhkan bantuan," dengan tanpa rasa bersalah, Jacob menggendong Luna ke kamar mandi, membantu gadis itu membersihkan diri.Luna hanya diam memperhatikan, ia tak punya tenaga untuk membalas Jacob. Setelah selesai,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 62 Leah Hamilton

    Di dalam sebuah apartemen dengan suasana temaram, televisi menyala menampilkan tayangan berita malam. Di sofa, seorang wanita duduk dengan anggun, memegang segelas wine di tangannya. Ia memutar gelas itu perlahan, memperhatikan cairan merah gelap yang berputar seiring pikirannya yang bergulir.Di dapur, seorang pria dengan penampilan santai sedang memilih botol minuman dingin dari lemari pendingin. Suara kaca yang bersentuhan terdengar samar di tengah keheningan apartemen."Kau sudah menerima surat panggilan dari perusahaan Lawson?" tanya Eric dengan nada datar, tanpa menoleh.Leah menghela nafas ringan, menyandarkan tubuhnya pada sofa sambil meneguk sedikit wine. "Belum," jawabnya singkat. "Tapi aku yakin mereka akan mempertimbangkanku. Lagi pula, kemampuan seperti milikku jelas tak mudah mereka temukan." Ada nada percaya diri dalam suaranya, meski matanya tampak menerawang jauh.Sejenak keheningan melingkupi ruangan. Leah menghabiskan sisa wine di gelasnya dengan satu tegukan. Namun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 63 Kejutan tak terduga

    Sejak pukul delapan, Jacob sudah meninggalkan apartemen. Tadinya, Luna pikir ia akan menghabiskan seharian di apartemen itu dengan membosankan, namun rupanya Jacob menyuruh Hazel untuk menemani Luna bepergian."Nona, aku minta maaf. Anda sampai harus meluangkan waktu menemaniku," ucap Luna, merasa sedikit canggung.Hazel menoleh, matanya yang penuh dengan binar semangat itu tak peduli dengan kalimat Luna, bahkan dengan santai Hazel merangkul bahu Luna seakan mereka ada sahabat yang sudah sangat dekat."Kau malah menyelamatkanku, Luna! Pekerjaan menumpuk, liburan seharian pun sulit aku didapatkan. Tapi Jacob memberiku kesempatan untuk bolos demi menemanimu, bagaimana menurutmu? Itu kan luar biasa?" Hazel menyeringai, mengedipkan sebelah matanya.Luna sedikit terkejut, tapi tak bisa menahan senyum kecil yang terbit. "Aku tidak ingin merepotkanmu," jawabnya, meskipun hatinya merasa ringan.Hazel tertawa pelan, tanpa peduli dengan kekhawatiran Luna. "Nonsense! Kita kan sama-sama manusia, d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 64 Ruangan Jacob

    Bagaikan dihantam oleh fakta yang mengejutkan, Keith memanggil Leah dengan sebutan ibu. Jika Luna tidak mendengar langsung, ia pasti akan menganggap ini hanyalah mimpi. Namun sayangnya tidak, setelah Keith dan Leah pergi tanpa menyadari keberadaannya, saat itu Luna masih dapat melihat bahu mereka dari kejauhan.Ibu yang selalu menjadikannya sasaran kemarahan dan teman yang selalu membulinya, mengapa mereka menjadi begitu sangat akrab sampai Keith memanggil Leah sebagai ibu. Mungkinkah Leah sudah menikah dengan ayah dari Keith?Ini masih menjadi pertanyaan untuk Luna, ia sudah terlalu lama tidak mendengar kabar ibunya dan ini adalah kali pertama ia bertemu namun sebuah kejutan besar membuatnya hanya bisa diam."Hei, maaf membuatmu menunggu lama," suara Hazel membuyarkan lamunannya. Hazel berdiri dengan senyum hangat, membawa sebuah paper bag kecil di tangan. Luna mendongak, mencoba menyembunyikan kegelisahannya dengan senyuman kaku."Bagaimana, kau sudah mendapatkan barang yang kau mau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15

Bab terbaru

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 69 Kebetulan bertemu

    Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Hazel dan Luna tiba di klinik tempat Luna akan menjalani terapi. Mereka disambut oleh seorang wanita dengan senyum ramah, yang langsung mengarahkan mereka ke ruangan yang sudah disiapkan. Namun, Hazel diberitahu bahwa ia tidak diperbolehkan ikut masuk."Kalau begitu, aku menunggu di luar," ujar Hazel sambil tersenyum kepada Luna, mencoba memberikan semangat sebelum gadis itu masuk ke dalam ruangan.Setelah pintu ruangan tertutup, Hazel duduk di bangku luar. Ia menghela nafas panjang, pikirannya mulai melayang-layang. 'Ibu kejam macam apa yang tega membunuh putrinya sendiri?' batinnya.Kalau memang wanita itu tidak menginginkan anaknya, kenapa membiarkan dia lahir?"Jadi ini alasan Jacob begitu protektif terhadap Luna," gumam Hazel pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Kini, ia memahami betapa seriusnya Jacob saat memperingatkannya agar menjaga Luna jauh dari ibunya. Namun, Hazel tetap merasa kebingungan karena ia bahkan tidak tahu seperti

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 68 Dukungan

    Suasana meja makan terasa hening, hanya suara denting sendok beradu dengan piring yang terdengar. Luna mencuri pandang ke arah Jacob beberapa kali, ragu-ragu untuk memulai pembicaraan. Tapi akhirnya, Jacob yang membuka suara lebih dulu."Besok, jadwalmu untuk terapi," ucap Jacob tanpa menoleh dari makanannya. "Maaf, aku tidak bisa menemanimu. Jadi, aku sudah meminta Hazel untuk membawamu ke sana."Luna mengangguk pelan, meski ada sedikit rasa kecewa yang ia sembunyikan di balik senyumnya. Jacob menatapnya sejenak, memastikan bahwa Luna tidak keberatan, sebelum kembali fokus pada makanannya.Namun, kebersamaan mereka tak berlangsung lama. Ponsel Jacob yang tergeletak di meja ruang tamu tiba-tiba berdering, memecah keheningan. Jacob menghela napas, meletakkan sendoknya, lalu bangkit untuk menjawab panggilan tersebut.Suara tegasnya segera menggema di ruang tamu saat ia berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Tanpa sadar, Jacob berjalan menuju ruang kerjanya, meninggalkan Luna sendi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 67 Bendera perang

    Russel menghentikan langkahnya begitu suara sepatu hak tinggi itu mendekat. Ia perlahan menoleh, dan di sana, Leah Hamilton berdiri dengan seringai yang begitu familiar, seringai yang pernah memikatnya sekaligus menghancurkannya. Wajah Russel seketika berubah dingin, penuh kebencian yang tak lagi ia sembunyikan.Leah berjalan mendekat dengan langkah santai, tatapannya penuh kemenangan. "Bisa bicara sebentar?" tanyanya, suaranya manis namun sarat sindiran. Pandangannya melirik tajam pada asisten Russel, membuatnya sadar diri untuk segera menjauh.Mereka berdua pun melangkah menuju sudut terpencil, jauh dari keramaian dan bahkan dari jangkauan kamera pengawas. Tempat itu seperti diatur untuk menjadi panggung kecil bagi perasaan emosional mereka. Leah berdiri dengan sikap percaya diri, melipat tangannya di depan dada sambil menatap Russel dengan tatapan yang hanya bisa diartikan sebagai penghinaan."Sudah lama tidak bertemu, mantan kekasih gelapku," ujar Leah, nadanya licik, memancing ama

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 66 Ternyata?

    Langit malam sudah sepenuhnya gelap, dan jarum jam mendekati pukul sebelas ketika Jacob masih terjebak di ruang kerjanya. Berkas-berkas menumpuk di mejanya, mencerminkan kekacauan pikiran yang memenuhi kepalanya.Proyek besar yang seharusnya sudah berada di bawah kendali perusahaannya tiba-tiba saja diambil alih oleh Zenith Corp tanpa pemberitahuan apa pun. Ini bukan hanya sekadar pelanggaran prosedur, ini penghinaan yang tidak bisa dibiarkan.Pintu ruang kerja terbuka tiba-tiba, mengusik konsentrasinya. Asisten pribadinya masuk dengan tergesa-gesa, membawa sebuah map di tangannya dan wajahnya penuh kecemasan."Tuan, pihak yang berkaitan akan mengadakan rapat mendadak besok pagi," katanya dengan suara tegas, meskipun nada paniknya jelas terdengar.Jacob menghela nafas panjang sambil memijat keningnya yang terasa berat. Ia mengambil map itu dari tangan asistennya dan membolak-baliknya sekilas. Informasi di dalamnya hanya membuat frustrasinya semakin memuncak."Pastikan pengacaraku hadi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 65 Mengagumi Luna

    Hazel baru saja meninggalkan ruangan setelah berdebat singkat dengan Jacob, meninggalkan suasana yang kini terasa lebih sunyi. Jacob berdiri di dekat meja kerjanya, menghela nafas panjang, seolah berusaha meredakan amarah yang sebenarnya tak pernah ia tujukan pada Hazel. Luna sejak tadi merasa canggung, segera berdiri dan menatap Jacob dengan tatapan penuh rasa bersalah."Ini bukan salah Hazel," ucap Luna, suaranya lembut namun tegas. "Kau jangan marah padanya, dia hanya ingin aku merasa lebih percaya diri."Namun, reaksi Jacob jauh dari apa yang ia bayangkan. Alih-alih marah, pria itu melangkah mendekat, mendekap Luna dengan kehangatan yang tak ia duga. Pelukan itu tidak berlangsung lama, namun cukup untuk membuat Luna tertegun."Aku tidak marah," kata Jacob dengan suara tenang. "Aku hanya khawatir padamu. Kau belum sepenuhnya terbiasa dengan lingkungan luar, apalagi bertemu banyak orang. Bagaimana jika hal itu membuatmu kembali takut atau merasa tertekan?"Luna perlahan melepaskan di

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 64 Ruangan Jacob

    Bagaikan dihantam oleh fakta yang mengejutkan, Keith memanggil Leah dengan sebutan ibu. Jika Luna tidak mendengar langsung, ia pasti akan menganggap ini hanyalah mimpi. Namun sayangnya tidak, setelah Keith dan Leah pergi tanpa menyadari keberadaannya, saat itu Luna masih dapat melihat bahu mereka dari kejauhan.Ibu yang selalu menjadikannya sasaran kemarahan dan teman yang selalu membulinya, mengapa mereka menjadi begitu sangat akrab sampai Keith memanggil Leah sebagai ibu. Mungkinkah Leah sudah menikah dengan ayah dari Keith?Ini masih menjadi pertanyaan untuk Luna, ia sudah terlalu lama tidak mendengar kabar ibunya dan ini adalah kali pertama ia bertemu namun sebuah kejutan besar membuatnya hanya bisa diam."Hei, maaf membuatmu menunggu lama," suara Hazel membuyarkan lamunannya. Hazel berdiri dengan senyum hangat, membawa sebuah paper bag kecil di tangan. Luna mendongak, mencoba menyembunyikan kegelisahannya dengan senyuman kaku."Bagaimana, kau sudah mendapatkan barang yang kau mau

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 63 Kejutan tak terduga

    Sejak pukul delapan, Jacob sudah meninggalkan apartemen. Tadinya, Luna pikir ia akan menghabiskan seharian di apartemen itu dengan membosankan, namun rupanya Jacob menyuruh Hazel untuk menemani Luna bepergian."Nona, aku minta maaf. Anda sampai harus meluangkan waktu menemaniku," ucap Luna, merasa sedikit canggung.Hazel menoleh, matanya yang penuh dengan binar semangat itu tak peduli dengan kalimat Luna, bahkan dengan santai Hazel merangkul bahu Luna seakan mereka ada sahabat yang sudah sangat dekat."Kau malah menyelamatkanku, Luna! Pekerjaan menumpuk, liburan seharian pun sulit aku didapatkan. Tapi Jacob memberiku kesempatan untuk bolos demi menemanimu, bagaimana menurutmu? Itu kan luar biasa?" Hazel menyeringai, mengedipkan sebelah matanya.Luna sedikit terkejut, tapi tak bisa menahan senyum kecil yang terbit. "Aku tidak ingin merepotkanmu," jawabnya, meskipun hatinya merasa ringan.Hazel tertawa pelan, tanpa peduli dengan kekhawatiran Luna. "Nonsense! Kita kan sama-sama manusia, d

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 62 Leah Hamilton

    Di dalam sebuah apartemen dengan suasana temaram, televisi menyala menampilkan tayangan berita malam. Di sofa, seorang wanita duduk dengan anggun, memegang segelas wine di tangannya. Ia memutar gelas itu perlahan, memperhatikan cairan merah gelap yang berputar seiring pikirannya yang bergulir.Di dapur, seorang pria dengan penampilan santai sedang memilih botol minuman dingin dari lemari pendingin. Suara kaca yang bersentuhan terdengar samar di tengah keheningan apartemen."Kau sudah menerima surat panggilan dari perusahaan Lawson?" tanya Eric dengan nada datar, tanpa menoleh.Leah menghela nafas ringan, menyandarkan tubuhnya pada sofa sambil meneguk sedikit wine. "Belum," jawabnya singkat. "Tapi aku yakin mereka akan mempertimbangkanku. Lagi pula, kemampuan seperti milikku jelas tak mudah mereka temukan." Ada nada percaya diri dalam suaranya, meski matanya tampak menerawang jauh.Sejenak keheningan melingkupi ruangan. Leah menghabiskan sisa wine di gelasnya dengan satu tegukan. Namun

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 61 Sesempit itu

    Saat bangun keesokan harinya, hal pertama yang Luna rasakan adalah nyeri di sekujur tubuh. Pinggangnya terasa akan patah saat ia beranjak duduk, bukti betapa brutalnya Jacob semalam membuatnya tak berdaya."Aku sudah berusaha menghindarinya, tapi dia tetap saja berhasil melakukan hal ini padaku." batin Luna sambil meringis, ia turun dari tempat tidur dan saat itu juga ia jatuh ke lantai yang dingin.Bertepatan dengan itu, pintu kamar terbuka dan Jacob masuk. "Luna, kau tidak apa-apa?" dengan cepat pria itu menghampiri, membantu Luna berdiri, namun kedua kaki Luna rasanya seperti mati rasa dan ia bahkan tak mampu untuk berdiri.Gadis itu menatap Jacob dengan pandangan tajam, "Kau tau siapa yang membuatku sampai seperti ini?!" geramnya."Harusnya kau bilang dari awal kalau membutuhkan bantuan," dengan tanpa rasa bersalah, Jacob menggendong Luna ke kamar mandi, membantu gadis itu membersihkan diri.Luna hanya diam memperhatikan, ia tak punya tenaga untuk membalas Jacob. Setelah selesai,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status