Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 63 Kejutan tak terduga

Share

Bab 63 Kejutan tak terduga

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-01-14 14:08:05
Sejak pukul delapan, Jacob sudah meninggalkan apartemen. Tadinya, Luna pikir ia akan menghabiskan seharian di apartemen itu dengan membosankan, namun rupanya Jacob menyuruh Hazel untuk menemani Luna bepergian.

"Nona, aku minta maaf. Anda sampai harus meluangkan waktu menemaniku," ucap Luna, merasa sedikit canggung.

Hazel menoleh, matanya yang penuh dengan binar semangat itu tak peduli dengan kalimat Luna, bahkan dengan santai Hazel merangkul bahu Luna seakan mereka ada sahabat yang sudah sangat dekat.

"Kau malah menyelamatkanku, Luna! Pekerjaan menumpuk, liburan seharian pun sulit aku didapatkan. Tapi Jacob memberiku kesempatan untuk bolos demi menemanimu, bagaimana menurutmu? Itu kan luar biasa?" Hazel menyeringai, mengedipkan sebelah matanya.

Luna sedikit terkejut, tapi tak bisa menahan senyum kecil yang terbit. "Aku tidak ingin merepotkanmu," jawabnya, meskipun hatinya merasa ringan.

Hazel tertawa pelan, tanpa peduli dengan kekhawatiran Luna. "Nonsense! Kita kan sama-sama manusia, d
SILAN

Sepi ya, yang komen dikit ;)

| 13
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
jgn sampai ketemu jgn sampai si duo ular itu melihat Luna.
goodnovel comment avatar
Nani Nuryani
jangan" yg jadi bapa nya luna bapa nya hazel juga
goodnovel comment avatar
Tino Dhira
hadirrr slalu setia menunggu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 64 Ruangan Jacob

    Bagaikan dihantam oleh fakta yang mengejutkan, Keith memanggil Leah dengan sebutan ibu. Jika Luna tidak mendengar langsung, ia pasti akan menganggap ini hanyalah mimpi. Namun sayangnya tidak, setelah Keith dan Leah pergi tanpa menyadari keberadaannya, saat itu Luna masih dapat melihat bahu mereka dari kejauhan.Ibu yang selalu menjadikannya sasaran kemarahan dan teman yang selalu membulinya, mengapa mereka menjadi begitu sangat akrab sampai Keith memanggil Leah sebagai ibu. Mungkinkah Leah sudah menikah dengan ayah dari Keith?Ini masih menjadi pertanyaan untuk Luna, ia sudah terlalu lama tidak mendengar kabar ibunya dan ini adalah kali pertama ia bertemu namun sebuah kejutan besar membuatnya hanya bisa diam."Hei, maaf membuatmu menunggu lama," suara Hazel membuyarkan lamunannya. Hazel berdiri dengan senyum hangat, membawa sebuah paper bag kecil di tangan. Luna mendongak, mencoba menyembunyikan kegelisahannya dengan senyuman kaku."Bagaimana, kau sudah mendapatkan barang yang kau mau

    Last Updated : 2025-01-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 65 Mengagumi Luna

    Hazel baru saja meninggalkan ruangan setelah berdebat singkat dengan Jacob, meninggalkan suasana yang kini terasa lebih sunyi. Jacob berdiri di dekat meja kerjanya, menghela nafas panjang, seolah berusaha meredakan amarah yang sebenarnya tak pernah ia tujukan pada Hazel. Luna sejak tadi merasa canggung, segera berdiri dan menatap Jacob dengan tatapan penuh rasa bersalah."Ini bukan salah Hazel," ucap Luna, suaranya lembut namun tegas. "Kau jangan marah padanya, dia hanya ingin aku merasa lebih percaya diri."Namun, reaksi Jacob jauh dari apa yang ia bayangkan. Alih-alih marah, pria itu melangkah mendekat, mendekap Luna dengan kehangatan yang tak ia duga. Pelukan itu tidak berlangsung lama, namun cukup untuk membuat Luna tertegun."Aku tidak marah," kata Jacob dengan suara tenang. "Aku hanya khawatir padamu. Kau belum sepenuhnya terbiasa dengan lingkungan luar, apalagi bertemu banyak orang. Bagaimana jika hal itu membuatmu kembali takut atau merasa tertekan?"Luna perlahan melepaskan di

    Last Updated : 2025-01-15
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 66 Ternyata?

    Langit malam sudah sepenuhnya gelap, dan jarum jam mendekati pukul sebelas ketika Jacob masih terjebak di ruang kerjanya. Berkas-berkas menumpuk di mejanya, mencerminkan kekacauan pikiran yang memenuhi kepalanya.Proyek besar yang seharusnya sudah berada di bawah kendali perusahaannya tiba-tiba saja diambil alih oleh Zenith Corp tanpa pemberitahuan apa pun. Ini bukan hanya sekadar pelanggaran prosedur, ini penghinaan yang tidak bisa dibiarkan.Pintu ruang kerja terbuka tiba-tiba, mengusik konsentrasinya. Asisten pribadinya masuk dengan tergesa-gesa, membawa sebuah map di tangannya dan wajahnya penuh kecemasan."Tuan, pihak yang berkaitan akan mengadakan rapat mendadak besok pagi," katanya dengan suara tegas, meskipun nada paniknya jelas terdengar.Jacob menghela nafas panjang sambil memijat keningnya yang terasa berat. Ia mengambil map itu dari tangan asistennya dan membolak-baliknya sekilas. Informasi di dalamnya hanya membuat frustrasinya semakin memuncak."Pastikan pengacaraku hadi

    Last Updated : 2025-01-16
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 67 Bendera perang

    Russel menghentikan langkahnya begitu suara sepatu hak tinggi itu mendekat. Ia perlahan menoleh, dan di sana, Leah Hamilton berdiri dengan seringai yang begitu familiar, seringai yang pernah memikatnya sekaligus menghancurkannya. Wajah Russel seketika berubah dingin, penuh kebencian yang tak lagi ia sembunyikan.Leah berjalan mendekat dengan langkah santai, tatapannya penuh kemenangan. "Bisa bicara sebentar?" tanyanya, suaranya manis namun sarat sindiran. Pandangannya melirik tajam pada asisten Russel, membuatnya sadar diri untuk segera menjauh.Mereka berdua pun melangkah menuju sudut terpencil, jauh dari keramaian dan bahkan dari jangkauan kamera pengawas. Tempat itu seperti diatur untuk menjadi panggung kecil bagi perasaan emosional mereka. Leah berdiri dengan sikap percaya diri, melipat tangannya di depan dada sambil menatap Russel dengan tatapan yang hanya bisa diartikan sebagai penghinaan."Sudah lama tidak bertemu, mantan kekasih gelapku," ujar Leah, nadanya licik, memancing ama

    Last Updated : 2025-01-16
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 68 Dukungan

    Suasana meja makan terasa hening, hanya suara denting sendok beradu dengan piring yang terdengar. Luna mencuri pandang ke arah Jacob beberapa kali, ragu-ragu untuk memulai pembicaraan. Tapi akhirnya, Jacob yang membuka suara lebih dulu."Besok, jadwalmu untuk terapi," ucap Jacob tanpa menoleh dari makanannya. "Maaf, aku tidak bisa menemanimu. Jadi, aku sudah meminta Hazel untuk membawamu ke sana."Luna mengangguk pelan, meski ada sedikit rasa kecewa yang ia sembunyikan di balik senyumnya. Jacob menatapnya sejenak, memastikan bahwa Luna tidak keberatan, sebelum kembali fokus pada makanannya.Namun, kebersamaan mereka tak berlangsung lama. Ponsel Jacob yang tergeletak di meja ruang tamu tiba-tiba berdering, memecah keheningan. Jacob menghela napas, meletakkan sendoknya, lalu bangkit untuk menjawab panggilan tersebut.Suara tegasnya segera menggema di ruang tamu saat ia berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Tanpa sadar, Jacob berjalan menuju ruang kerjanya, meninggalkan Luna sendi

    Last Updated : 2025-01-17
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 69 Kebetulan bertemu

    Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Hazel dan Luna tiba di klinik tempat Luna akan menjalani terapi. Mereka disambut oleh seorang wanita dengan senyum ramah, yang langsung mengarahkan mereka ke ruangan yang sudah disiapkan. Namun, Hazel diberitahu bahwa ia tidak diperbolehkan ikut masuk."Kalau begitu, aku menunggu di luar," ujar Hazel sambil tersenyum kepada Luna, mencoba memberikan semangat sebelum gadis itu masuk ke dalam ruangan.Setelah pintu ruangan tertutup, Hazel duduk di bangku luar. Ia menghela nafas panjang, pikirannya mulai melayang-layang. 'Ibu kejam macam apa yang tega membunuh putrinya sendiri?' batinnya.Kalau memang wanita itu tidak menginginkan anaknya, kenapa membiarkan dia lahir?"Jadi ini alasan Jacob begitu protektif terhadap Luna," gumam Hazel pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Kini, ia memahami betapa seriusnya Jacob saat memperingatkannya agar menjaga Luna jauh dari ibunya. Namun, Hazel tetap merasa kebingungan karena ia bahkan tidak tahu seperti

    Last Updated : 2025-01-17
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 70 Dunia yang sibuk

    “Selidiki Leah Hamilton dan cari tahu keberadaan Luna. Pastikan kau menemukannya. Aku ingin tahu dimana putriku berada,” ujar Russel dengan nada dingin namun tegas.Anak buahnya mengangguk patuh, keluar dari ruang kerja tanpa sepatah kata. Setelah pintu tertutup rapat, keheningan melingkupi ruangan mewah yang dihiasi rak penuh buku dan perabot kayu mahal. Russel menghela nafas pelan, lalu tangannya terulur ke foto kecil yang terletak di mejanya.Foto itu memperlihatkan seorang gadis kecil berusia tujuh tahun dengan senyuman manis dan mata penuh keceriaan. Foto itu adalah satu-satunya kenangan yang masih tersisa. Ia memandanginya dengan ekspresi yang sulit ditebak.“Kau pasti sudah tumbuh menjadi wanita cantik sekarang. Aku sangat merindukanmu, Luna,” gumamnya lirih, suaranya hampir tenggelam dalam kesunyian ruangan.Pikirannya melayang ke masa lalu. Ia pernah mencoba memperjuangkan hak asuh Luna, tetapi Leah terlalu licik dan gesit, dia berhasil melarikan diri bersama putri mereka. Ia

    Last Updated : 2025-01-19
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 71 Kelicikan Leah

    Pagi itu, Jacob kembali terbangun di kamar yang terhubung dengan ruang kerjanya. Semalaman, ia bekerja tanpa henti, mencoba menyelamatkan proyek besar yang hampir lolos dari tangannya. Matahari sudah mulai meninggi, dan ruang kerjanya dipenuhi oleh sisa-sisa lembur, dokumen-dokumen yang berserakan di meja, secangkir kopi yang sudah dingin, dan lampu meja yang masih menyala.Pintu ruangannya terbuka perlahan. Dari kamar kecil yang terhubung dengan ruang kerjanya, Jacob muncul dengan wajah lelah. Di dekat meja, asistennya sudah berdiri dengan ekspresi tenang namun penuh urgensi.“Tuan, ini sarapan Anda,” kata sang asisten sambil meletakkan nampan di atas meja. “Hari ini adalah hari penting. Sidang untuk memutuskan siapa yang akan mengelola proyek itu akan segera dimulai.”Jacob menyisir rambutnya dengan jari, mencoba mengusir rasa lelah. “Aku memang terlalu ceroboh...” gumamnya, setengah pada dirinya sendiri. Dalam hati, ia mengutuk kelalaiannya. Russel benar-benar memanfaatkan momen ini

    Last Updated : 2025-01-19

Latest chapter

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 134 Pasrah

    Jacob baru saja tiba di apartemennya, tubuhnya terasa berat seperti membawa beban yang tak terlihat. Ia langsung terjatuh ke sofa, menghembuskan nafas panjang sambil tersenyum kecil.“Rasanya aku sedang menyembunyikan harta karun yang diincar oleh banyak orang,” gumamnya, mencoba mencairkan suasana dalam pikirannya sendiri. Tapi senyum itu tidak bertahan lama. Detik berikutnya, ia terdiam, bahunya bersandar ke belakang sementara kepalanya setengah mendongak, menatap langit-langit apartemen yang kosong.Pikirannya melayang ke Luna. Saat ini, ia hanya bisa mempercayakan Luna pada Hazel. Tapi satu hal yang tak bisa ia lupakan, ia hanya punya waktu satu bulan untuk menyelesaikan semua masalah ini. Tekanan itu terasa begitu berat, seperti batu besar yang menindih dadanya.Jacob menyentuh keningnya, memijatnya perlahan. Bukan perusahaan yang ia khawatirkan, ia yakin bisa mengatasi itu. Yang membuatnya gelisah adalah Luna. Ia harus memastikan bahwa Russel tidak akan menemukan keberadaan gadi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 133 Masih berlanjut

    Suasana persaingan semakin memanas, tiada hari tanpa kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran. Sudah tiga hari berlalu sejak Jacob membawa Luna menjauh dari cengkeraman Russel Calderon. Tiga hari yang penuh dengan ketegangan, di mana setiap langkah Jacob selalu diawasi oleh mata-mata yang dikirim oleh Russel. Jacob tahu betul bahwa ia harus berhati-hati, setiap gerak-geriknya bisa menjadi bumerang yang membahayakan Luna.Di dalam ruang kerjanya yang megah, Jacob sibuk mengurus tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja. Tangannya bergerak cepat, matanya fokus pada setiap detail yang tertulis di sana. Namun, ketenangan itu tiba-tiba pecah ketika pintu ruangannya terbuka dengan keras. Ayahnya masuk dengan langkah yang penuh wibawa. Wajahnya keras, tatapannya tajam seperti pedang yang siap menghunus.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ucap Dustin, suaranya berat dan penuh otoritas.Jacob yang langsung paham arti di balik kalimat itu, segera menghentikan pekerjaannya. Ia bangkit

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 132 Bersembunyi lagi

    Di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota New York, di mana alam masih begitu liar dan tak tersentuh oleh hiruk-pikuk kehidupan modern, terdapat sebuah rumah kecil yang tersembunyi di tengah hutan lebat. Pohon-pohon tinggi menjulang, seolah menjadi penjaga alami bagi tempat itu.Tak jauh dari rumah, sebuah sungai mengalir dengan air yang jernih, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. Namun, ketenangan alam itu tidak sepenuhnya mampu menenangkan hati Luna, yang saat ini duduk di atas batu besar di pinggir sungai, pandangannya kosong menatap air yang mengalir.Hazel keluar dari rumah, matanya langsung mencari Luna. Ia melihat gadis itu duduk sendirian, terlihat seperti tenggelam dalam lamunan yang dalam. Perlahan Hazel mendekat, langkahnya pelan agar tidak mengganggu ketenangan Luna. Ia memperhatikan Luna dengan penuh perhatian. Menjadi seseorang yang diperebutkan seperti ini pastilah tidak menyenangkan. Luna hanya menginginkan kebebasan, tapi orang-orang di sekitarnya terlal

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 131 Tamu tidak diundang

    Hari sudah semakin larut, langit malam dipenuhi bintang-bintang yang seolah menjadi saksi bisu dari segala kejadian yang sedang berlangsung. Jacob bangkit dari duduknya, tubuhnya terlihat tegap meski kelelahan terpancar dari sorot matanya. Ia mengulurkan tangannya ke arah Luna, mengajak gadis itu untuk berdiri. Tanpa ragu, Luna menerima tangan Jacob, dan mereka pun berdiri saling berhadapan, tatapan mereka saling bertaut dalam keheningan yang penuh makna. “Aku tidak ingin menjadi beban untukmu,” ucap Luna, suaranya lirih namun sarat dengan emosi. Sorot matanya menunjukkan kebingungan yang mendalam, pertarungan batin antara rasa cintanya pada Jacob dan kekhawatirannya akan perseteruan sengit antara Jacob dan Russel yang tak kunjung usai. Tapi, Jacob dengan tenang hanya tersenyum lembut. Tangannya terulur, membelai rambut Luna dengan penuh kelembutan. “Sama sekali tidak,” katanya, suaranya tegas namun hangat. “Aku tidak pernah menganggap dirimu sebagai beban sejak pertama kali kita be

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 130 Ini tidak mudah

    Beberapa saat sebelumnya, suasana tegang sudah mulai terasa. Setelah Nico menjauh dari Luna, ponsel Luna bergetar singkat. Sebuah pesan dari Jacob muncul di layar, “Dimana posisimu?” tanyanya singkat, namun penuh urgensi.Luna dengan jantung berdebar kencang, segera menghubungi Jacob sambil berjalan menjauh. Begitu telepon tersambung, suara Jacob yang tegas langsung terdengar. “Luna, kau di sebelah mana?”“Aku ada di lantai tiga,” jawab Luna dengan suara cemas, matanya terus melirik ke sekeliling, takut ketahuan oleh siapa pun.“Sekarang ikuti arahanku. Keluar melalui tangga darurat. Aku akan menunggu di bawah,” perintah Jacob dengan nada yang tidak bisa ditawar.Luna mengangguk, meskipun Jacob tidak bisa melihatnya. Ia segera mematikan panggilan, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat Russel dan George keluar dari ruangan tempat pertemuan mereka berlangsung. Luna mundur perlahan, bersembunyi di balik dinding, menunggu kedua pria tua itu pergi. Detak jantungnya semakin kencang

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 129 Kabur 

    Di depan cermin besar yang memantulkan cahaya redup kamarnya, Luna berdiri tegak, mengenakan dress hitam tanpa lengan yang sederhana namun elegan. Dress itu sengaja ia pilih tidak terlalu formal atau ketat agar ia bisa bergerak leluasa, terutama jika situasi memaksanya untuk berpacu dengan waktu.Detak jantungnya masih berdegup kencang, seperti drum yang dipukul tak beraturan. Pikirannya melayang pada Jacob. Ia khawatir, sangat khawatir, kalau-kalau Russel akan mengetahui niat Jacob. Jika itu terjadi, Jacob bisa berada dalam masalah."Aku sepertinya sangat egois," batin Luna, menatap bayangannya sendiri di cermin. Matanya menyiratkan konflik batin yang mendalam. Di satu sisi, ia tidak ingin menjerumuskan Jacob ke dalam masalah. Disisi lain, ia juga tidak ingin dipaksa menjalani hidup dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, apalagi dijodohkan tanpa persetujuannya.Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tegas memecah kesunyian. Russel muncul di balik pintu, wajahnya seperti biasa, dingi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 128 Rencana

    Setelah Nolan mengantarkannya ke depan ruangan Russel, Luna mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya. Ruangan itu terasa megah dan berwibawa, dipenuhi dengan aroma kayu mahoni yang segar dan elegan. Meja kaca besar terpajang di pinggir ruangan, sementara Russel duduk di baliknya, bersandar di kursi kulit hitam yang terlihat sangat mahal. Saat melihat Luna masuk, Russel langsung bangkit dari kursinya, wajahnya dihiasi senyum ramah yang membuat Luna merasa sedikit tidak nyaman."Kau sudah datang," ucap Russel, suaranya hangat tapi ada sesuatu di baliknya yang membuat Luna waspada.Luna mencoba tersenyum, tapi senyumnya terasa kaku. Pandangannya segera tertarik pada sebuah bingkai foto di atas meja Russel. Foto itu adalah foto dirinya, foto yang sama yang ada di kamarnya, hanya berbeda ukuran."Aku tidak mengerti kenapa kau menyuruhku datang ke sini," ucap Luna, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meski hatinya berdebar kencang. Ia tidak ingin menunjukkan kegugupannya, t

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 127 Mengetahui rahasia

    Kejahilan Nico masih terus berlanjut, dan meskipun tindakannya tidak berbahaya, tetap saja itu membuat Luna merasa kesal. Pagi ini, saat Luna membuka pintu kamarnya, ia langsung dibuat kaget oleh pemandangan yang tidak terduga. Sebuah boneka dengan hanya kepala yang tersisa tergantung di depan pintu kamarnya, matanya kosong dan senyumnya mengerikan. Luna menjerit kaget, jantungnya berdebar kencang."Astaga!" teriak Luna, tangannya menutupi mulutnya yang terbuka lebar.Dari ujung lorong, Nico muncul dengan senyum puas di wajahnya. Luna memijat keningnya, mencoba menenangkan diri. "Aku pikir dia sudah berhenti dengan kejahilannya. Ternyata aku salah," batinnya, sambil menghela nafas panjang.Luna memutuskan untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu paginya. Ia berjalan menuju meja makan, berharap bisa menikmati sarapan dengan tenang. Tapi, kali ini Russel Calderon tidak hadir di meja makan. Suasana terasa sedikit berbeda, biasanya pria itu duduk di ujung meja dengan wajah serius. Luna me

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 126 Jahil tapi ragu-ragu

    Beberapa hari tinggal di kediaman megah keluarga Calderon, Luna mulai merasakan sesuatu yang aneh. Meskipun ia dikelilingi oleh kemewahan, tas-tas desainer, pakaian mahal, dan perhiasan berkilauan, semua itu terasa hampa.Barang-barang mewah yang dulu hanya ia lihat di miliki orang kaya, sekarang memenuhi kamarnya. Tapi entah mengapa, semua itu tak bisa mengisi kekosongan di hatinya. Rasanya seperti memakai topeng yang terlalu besar untuk wajahnya, tak nyaman dan tak cocok."Jika Anda membutuhkan sesuatu lagi, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku," ucap Nolan sambil meletakkan beberapa tas belanjaan terbaru di sudut kamar Luna. Suaranya datar, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Luna merasa tidak nyaman. Seperti ada niat tersembunyi di balik setiap pandangannya.Luna hanya mengangguk, mencoba tersenyum tipis. Tapi begitu Nolan pergi, ia menghela nafas lega. Ia memperhatikan bahu Nolan yang semakin menjauh, lalu menghilang di balik pintu yang tertutup rapat. Sejak Nolan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status