Share

Bab 54 Ibu?

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-01-10 22:09:49
Setelah dua hari mencari dengan cermat, Jacob akhirnya menemukan tempat yang dirasa paling cocok untuk membantu Luna. Sebuah klinik kecil dengan suasana tenang, di mana ia telah membuat janji dengan seorang psikolog berpengalaman. Ketika mereka tiba, Luna mengamati Jacob berbicara dengan seorang dokter wanita yang menyambut mereka dengan senyuman hangat.

Luna hanya berdiri diam di belakang Jacob, ragu untuk melangkah lebih jauh. Namun, dokter itu segera memandangnya lembut dan mempersilahkannya masuk ke ruangan.

"Masuklah, aku akan menunggumu di luar," kata Jacob dengan nada penuh keyakinan.

Luna menatapnya sebentar sebelum akhirnya mengangguk pelan dan mengikuti dokter ke dalam. Ruangan itu terasa nyaman, dengan kursi empuk dan aroma lavender yang menenangkan.

"Nona Luna, duduklah dengan santai. Buat dirimu senyaman mungkin," ujar dokter itu lembut. "Saya hanya ingin bertanya beberapa hal."

Luna mengangguk lagi, mencoba merilekskan dirinya. Suara lembut sang dokter sedikit banyak
SILAN

:(

| 18
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
ya Tuhan Luna... hiks... orang tua yg seharusnya menjadi tempat ternyaman malah menjadi tempat yang paling menakutkan.
goodnovel comment avatar
Nengg
aku suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Tino Dhira
lanjut thorrr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 55 Berbagi cerita

    Hari pertama terapi berjalan jauh dari yang diharapkan. Prosedur yang seharusnya membantu malah mengguncang Luna hingga ke dasar emosinya, membuat Jacob melihat sisi tergelap dari gadis itu yang belum pernah ia saksikan sebelumnya. Sepulang dari klinik, Luna menjadi lebih pendiam dari biasanya, tatapannya kosong, seolah pikirannya terjebak di masa lalu. Jacob memutuskan untuk mendekat. Ia duduk di sofa, tepat di sebelah Luna yang tengah memandang gedung-gedung pencakar langit di luar jendela. Namun Jacob tahu, pandangan itu tak benar-benar melihat. Luna tampak begitu jauh, terperangkap dalam pikirannya sendiri. "Luna," panggil Jacob dengan nada lembut. Gadis itu sedikit tersentak, akhirnya menyadari kehadirannya. Ia menoleh sebentar, tapi kemudian kembali memalingkan wajah, menatap jendela dengan mata yang berkilauan oleh cahaya kota. "Seharusnya aku tidak memaksamu untuk menjalani terapi seperti itu," ujar Jacob lirih. Suaranya terdengar penuh penyesalan. "Itu bukan salahmu," jaw

    Last Updated : 2025-01-11
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 56 Membiasakan keadaan

    Hari mulai terang saat Luna perlahan membuka mata. Ia bangun terlambat dari biasanya, dan ketika menoleh ke samping, Jacob sudah tidak ada di tempat tidur. Dengan kening berkerut, ia duduk di tepi ranjang, mengumpulkan kesadarannya yang masih setengah tertidur. Setelah memastikan dirinya benar-benar sendiri, Luna keluar dari kamar. Pemandangan Jacob yang sibuk menyiapkan sarapan di dapur segera menarik perhatiannya. Pria itu mengenakan kaus sederhana dengan lengan tergulung, rambutnya sedikit acak-acakan, namun tetap terlihat memesona. Sebelum mendekat, Luna melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Perlahan ia melangkah ke arah dapur, dan Jacob yang menyadari kehadirannya langsung menyunggingkan senyum hangat. "Sarapan hampir siap. Duduklah," ujar Jacob sambil meliriknya sekilas. "Kau tidak ke kantor hari ini?" tanya Luna sambil menarik kursi dan duduk di meja makan. Jacob menggeleng sambil membalikkan pancake di wajan. "Aku akan bekerja dari ruma

    Last Updated : 2025-01-11
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 57 Mantan pembuli

    Air dingin mengguyur tubuh Luna, membasahi bajunya hingga menempel pada kulit. Terdengar tawa lepas dari balik pintu bilik toilet, memantul di dinding ruangan sempit itu seperti gema ejekan yang tiada akhir. Luna menahan nafas, menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri meski tubuhnya bergetar, bukan karena air dingin, tetapi karena rasa malu dan amarah yang membara di dadanya. Ketika akhirnya dia memberanikan diri keluar, tiga gadis berdiri di hadapannya dengan senyum penuh kemenangan. Keith, pemimpin kelompok itu melipat tangannya sambil menunjuk dada Luna dengan tatapan mengejek. "Kasihan sekali, kucing liar kita sekarang basah kuyup," ucap Keith, suaranya diiringi derai tawa teman-temannya. "Sebentar lagi jam pelajaran dimulai, dan kau pasti mendapat hukuman. Mrs. Wesley tidak akan memaafkanmu karena terlambat." Sebelum Luna bisa merespons, Keith mengambil baskom kosong yang tadi mereka gunakan untuk mengguyurnya dan melemparkannya ke arah Luna, seolah memastikan penghinaan te

    Last Updated : 2025-01-12
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 58 Hampir saja

    Setelah puas menjelajahi pameran akuarium yang memukau, Jacob mengarahkan Luna ke butik mewah di pusat kota. Gadis itu tampak ragu saat melangkah masuk, matanya segera tertarik pada deretan pakaian yang tertata elegan. "Silakan pilih baju mana yang kau suka," ucap Jacob santai sambil menunjuk rak pakaian wanita. Luna mengambil sebuah dress lembut berwarna pastel, tapi begitu matanya menangkap label harga yang tergantung di sisi baju itu, ia buru-buru mengembalikannya ke tempat semula. "Tidak perlu," katanya dengan suara pelan, hampir berbisik. "Baju yang kau belikan sebelumnya masih cukup untukku." Jacob mengerutkan kening, lalu dengan gerakan cepat meraih dress itu kembali. "Kenapa? Kau khawatir soal harga?" tanyanya dengan nada setengah bercanda. "Jangan pikirkan itu. Aku ingin kau memilih pakaian yang kau suka." Tanpa menunggu jawaban, Jacob mulai mengambil beberapa dress lainnya, lalu menyerahkannya ke tangan Luna. "Coba di ruang ganti," perintahnya lembut sambil mendorong gad

    Last Updated : 2025-01-12
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 59 Malam yang panjang

    Jacob dan Luna tiba di apartemen. Tumpukan tas belanja yang sebelumnya mereka beli kini sudah tersusun rapi di dalam ruangan. Luna melirik Jacob yang tampak santai, meski dirinya merasa sedikit bersalah. "Kau sudah banyak membantuku hari ini," ujar Luna, suaranya terdengar tulus, meski ada sedikit nada canggung. "Aku merasa telah mengganggu pekerjaanmu." Jacob hanya tersenyum kecil, lalu tanpa peringatan, dia membuka dua kancing teratas kemejanya, menggulung lengan baju hingga siku. Gerakannya santai tapi penuh percaya diri. Kemudian dengan sekali langkah, ia meraih pinggang Luna, menarik gadis itu mendekat hingga nyaris tak berjarak. Seringai nakal muncul di wajahnya. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Luna waspada, kedua alisnya terangkat. Jacob menggeleng pelan, tapi bukannya melepaskan, kedua tangannya malah semakin erat memeluk pinggang Luna. "Aku merasa ada yang kurang hari ini," katanya dengan nada suaranya rendah namun menggoda. Luna mengerutkan dahi, mencoba mencerna m

    Last Updated : 2025-01-13
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 60 Masih lanjut

    Dengan perasaan malu yang tertahan, Luna mulai memainkan benda itu dengan kedua tangannya. Dari yang tadinya biasa saja, kini benda itu terasa semakin keras. Dan Luna masih tidak habis pikir bahwa benda yang ia pegang sekarang adalah benda yang pernah membuatnya merasa sesak dan penuh. Ia hanya sedikit heran, bagaimana itu bisa masuk ke dalam sana? Setiap kali tangannya bermain di bawah air bersama milik Jacob, Luna masih tidak percaya mengenai apa yang pernah ia lakukan dengan Jacob sebelumnya. "Mau berapa lama lagi aku harus melakukan ini?" tanya Luna. Jacob yang menikmati pijatan Luna membuka matanya, senyum simpul menghiasi bibir pria itu. "Sepertinya tidak adil kalau hanya aku saja yang telanjang di depanmu." katanya. "A.apa maksudmu?" Perlahan Jacob menarik baju Luna, tapi gadis itu langsung menyilangkan tangan di depan dadanya. Kedua alis Jacob terangkat tinggi, "Angkat tanganmu, biar aku melepasnya." "Tidak, biarkan aku menggunakan bajuku." tolak Luna. Jacob menghela naf

    Last Updated : 2025-01-13
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 61 Sesempit itu

    Saat bangun keesokan harinya, hal pertama yang Luna rasakan adalah nyeri di sekujur tubuh. Pinggangnya terasa akan patah saat ia beranjak duduk, bukti betapa brutalnya Jacob semalam membuatnya tak berdaya."Aku sudah berusaha menghindarinya, tapi dia tetap saja berhasil melakukan hal ini padaku." batin Luna sambil meringis, ia turun dari tempat tidur dan saat itu juga ia jatuh ke lantai yang dingin.Bertepatan dengan itu, pintu kamar terbuka dan Jacob masuk. "Luna, kau tidak apa-apa?" dengan cepat pria itu menghampiri, membantu Luna berdiri, namun kedua kaki Luna rasanya seperti mati rasa dan ia bahkan tak mampu untuk berdiri.Gadis itu menatap Jacob dengan pandangan tajam, "Kau tau siapa yang membuatku sampai seperti ini?!" geramnya."Harusnya kau bilang dari awal kalau membutuhkan bantuan," dengan tanpa rasa bersalah, Jacob menggendong Luna ke kamar mandi, membantu gadis itu membersihkan diri.Luna hanya diam memperhatikan, ia tak punya tenaga untuk membalas Jacob. Setelah selesai,

    Last Updated : 2025-01-14
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 62 Leah Hamilton

    Di dalam sebuah apartemen dengan suasana temaram, televisi menyala menampilkan tayangan berita malam. Di sofa, seorang wanita duduk dengan anggun, memegang segelas wine di tangannya. Ia memutar gelas itu perlahan, memperhatikan cairan merah gelap yang berputar seiring pikirannya yang bergulir.Di dapur, seorang pria dengan penampilan santai sedang memilih botol minuman dingin dari lemari pendingin. Suara kaca yang bersentuhan terdengar samar di tengah keheningan apartemen."Kau sudah menerima surat panggilan dari perusahaan Lawson?" tanya Eric dengan nada datar, tanpa menoleh.Leah menghela nafas ringan, menyandarkan tubuhnya pada sofa sambil meneguk sedikit wine. "Belum," jawabnya singkat. "Tapi aku yakin mereka akan mempertimbangkanku. Lagi pula, kemampuan seperti milikku jelas tak mudah mereka temukan." Ada nada percaya diri dalam suaranya, meski matanya tampak menerawang jauh.Sejenak keheningan melingkupi ruangan. Leah menghabiskan sisa wine di gelasnya dengan satu tegukan. Namun

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 189 Kesiapan

    Keesokan paginya, rumah Jacob tampak lebih sibuk dari biasanya. Ia telah mengatur seseorang untuk membawakan beberapa model gaun pengantin untuk Luna. Waktu mereka memang terbatas, tak cukup untuk membuat desain gaun dari nol. Tapi Jacob memastikan satu hal, gaun itu tetap harus pas dan spesial, disesuaikan dengan bentuk tubuh Luna yang mungil, sebelum kehamilannya mulai mengubah segalanya.Jacob ingin mempercepat hari pernikahan, bukan karena terburu-buru, melainkan agar Luna bisa merasakan momen indah menjadi seorang mempelai wanita sepenuhnya, tanpa harus menunggu hingga bayinya lahir.Kali ini, Jacob menolak mengadakan pesta besar seperti dulu. Ia masih dibayangi trauma atas insiden yang merenggut kebahagiaannya di masa lalu. Ia menginginkan sebuah pemberkatan sederhana di halaman belakang rumah, di antara keluarga dan orang-orang yang benar-benar mereka cintai.Satu per satu gaun dicoba. Luna keluar dari kamar mengenakan gaun pertamanya. Mata Jacob mengamati seksama, gaun itu mem

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 188 Restu

    Mobil hitam itu akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan bergaya klasik. Dengan penuh kehati-hatian, asisten pribadi Jacob mendorong kursi rodanya masuk ke dalam. Di sebuah ruangan luas namun terasa sepi, Russel telah menunggu. Begitu pintu tertutup, hawa ruangan seketika berubah tegang, seolah udara pun ikut menahan nafas.Jacob mengangkat tangannya, memberi isyarat pada asistennya untuk pergi. Ia ingin bicara tanpa perantara, hanya ia dan Russel.Tak ada sapaan. Tak ada basa-basi. Hanya tatapan tajam yang saling bersilangan di antara mereka.Hingga akhirnya, Jacob yang pertama kali memecah keheningan. Suaranya tenang, namun ada ketegasan yang tak bisa disangkal."Aku rasa, Anda sudah tahu alasan kedatanganku ke sini."Russel menatapnya dalam-dalam. Jacob bisa merasakan beratnya tatapan itu, sebuah penolakan yang belum diucapkan, sebuah pertarungan harga diri yang tak terlihat."Ya," jawab Russel akhirnya, suaranya dalam dan berat. "Aku sudah tahu segalanya tentang dirimu dan Luna.

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 187 Pengakuan resmi Nico

    Jacob jadi kepikiran dengan apa yang Nico katakan, namun ia mencoba untuk mengenyahkan hal itu karena mulai hari ini ia akan mulai menyiapkan pernikahannya dengan Luna."Jadi... kau benar-benar akan menikah dengan Luna minggu depan?" tanya Nico sekali lagi, memastikan dengan nada setengah tak percaya.Jacob mengangguk, kali ini dengan ketegasan yang tak bisa digoyahkan. "Aku serius," jawabnya mantap.Nico tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, kau harus membujuk ayahku. Kau tahu betapa besarnya kebenciannya padamu."Jacob tersenyum tipis, seolah semua kebencian Russel sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tak lagi menakutkannya. "Aku tahu. Tapi itu urusanku. Kau tak perlu memikirkannya."Nico hanya mengangguk, kemudian matanya mencari-cari sosok lain di sekitar ruangan. "Aku ingin bicara dengan Luna," katanya, dan tanpa menunggu jawaban, ia beranjak pergi meninggalkan Jacob.Melihat itu, Jacob pun segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorangSementara itu, di si

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 186 Kedatangan Nico

    Rumah Jacob kembali sunyi setelah kepergian Hazel dan ketiga anak Deon. Riuh tawa yang tadi memenuhi setiap sudut kini tinggal kenangan samar di dinding. Hanya ada Luna dan Jacob yang duduk berdekatan di sofa ruang tamu, dalam diam yang terasa asing namun nyaman. Sisa tawa dan langkah kaki yang hilang, tergantikan oleh suara alam malam dan detak pelan waktu.Selama lima belas menit mereka hanya duduk, membiarkan keheningan menjadi jeda dari semua keramaian yang tadi terjadi. Hingga akhirnya, suara pelan Luna memecah sunyi itu."Apakah kau benar-benar serius ingin melangsungkan pernikahan secepat itu?"Jacob menoleh padanya, lalu mengangguk mantap. “Ini waktu yang paling tepat. Sebelum musim gugur datang dan hari-hari menjadi lebih dingin. Aku ingin kita mengikat janji sebelum daun-daun berguguran.” Suaranya tenang, penuh keyakinan. “Dan jangan khawatir soal persiapannya, aku akan urus semuanya. Kita akan buat pesta kecil saja di halaman belakang, sederhana, tapi hangat, bersama keluar

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 185 Keseruan hari ini

    Malam pertama Jacob di rumah barunya berubah menjadi lebih riuh dari yang ia bayangkan. Bukan karena pesta besar atau acara formal, tapi karena kehadiran empat perempuan yang membuat suasana jadi ramai, ketiga anak Deon dan tentu saja Hazel yang tidak pernah kekurangan energi.Setelah makan malam, mereka semua menghilang ke dalam salah satu kamar. Jacob sempat hendak ikut masuk, penasaran dengan apa yang terjadi, tapi niatnya langsung dipatahkan oleh ucapan tajam dari anak bungsu Deon.“Tidak boleh masuk! Ini area terlarang untuk laki-laki malam ini!” serunya sambil menutup pintu dengan dramatis.Di dalam kamar, suasana jauh dari tenang. Diana si paling cerewet, sedang memandangi rambut Luna dengan penuh semangat.“Kau pernah potong rambut sebelumnya?” tanyanya sambil memegang ujung rambut Luna yang nyaris menyentuh pinggang.Luna tersenyum kecil, lalu menggeleng. "Hampir satu tahun sejak terakhir kali aku memotong rambutku, dulu rambutku sebatas leher."“Astaga, kau pasti kelihatan ma

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 184 Menjalani kehidupan

    Setelah melewati hari-hari panjang di rumah sakit, akhirnya Jacob bisa kembali pulang. Tapi kali ini, bukan ke apartemen lamanya di tengah kota, melainkan ke sebuah rumah yang selama ini hanya ia lihat dari kejauhan, rumah yang pernah ia beli, namun belum sempat ia tinggali. Lokasinya tenang, jauh dari hiruk pikuk kota, berdiri megah di tepi danau kecil dengan udara yang segar dan suasana yang mendamaikan.Mobil berhenti tepat di depan rumah. Dua penjaga pribadi segera sigap membantu Jacob turun dari kursi mobil dan membawanya ke kursi roda yang telah disiapkan. Tak ada pilihan lain, kakinya belum mampu menopang tubuhnya sendiri. Kali ini, Jacob benar-benar harus bergantung pada bantuan orang lain."Ini… di mana?" tanya Luna sambil menatap ke sekeliling, kagum oleh keindahan alam yang membingkai rumah tersebut.Jacob menoleh ke arahnya. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Ini rumahku. Aku membelinya bertahun-tahun lalu, tapi belum pernah tinggal di sini. Dulu kupikir, tempat ini akan m

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 183 Kabar bahagia

    Kabar bahwa Jacob telah siuman menyebar secepat cahaya dan sampai ke telinga Luna tepat saat senja menutup hari. Setelah lima belas hari penuh doa, penantian, dan ketidakpastian, akhirnya hari yang ia nantikan datang juga. Hari ketika dua kabar besar mengisi hatinya, kehamilannya... dan kembalinya Jacob dari ambang batas kesadaran.Namun, kebahagiaan itu tak bisa sepenuhnya ia ungkapkan. Hazel sempat menyarankan agar kabar tentang kehamilan Luna tidak langsung disampaikan kepada Jacob. Pria itu baru saja sadar, tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Rasa bahagia yang terlalu intens bisa saja menjadi tekanan baru. Maka, mereka sepakat untuk menunda dua hari saja. Dua hari sebelum kabar tentang dua jiwa kecil di dalam tubuh Luna sampai ke telinga Jacob.Luna duduk di sisi ranjang Jacob, jemarinya menggenggam tangan kekasihnya dengan lembut, seolah tak ingin melepaskannya lagi."Aku senang akhirnya kau sadar setelah tidur selama lima belas hari," bisiknya dengan suara penuh haru.Jacob tak bisa

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 182 Perubahan secara perlahan

    "Wow!"Satu kata meluncur dari mulut Hazel, penuh kekaguman dan ketidakpercayaan.Luna masih terdiam. Detik-detik setelah dokter mengumumkan kabar itu seperti berhenti di sekitarnya. Bukan satu janin, tapi dua. Kehamilan pertamanya langsung menghadirkan sepasang kehidupan dalam rahimnya. Keajaiban, namun juga tanggung jawab yang terasa begitu besar menimpa pundaknya dalam sekejap.Ia menatap layar monitor yang kini telah dimatikan, namun bayangan dua bulatan mungil itu masih membekas di benaknya.Bisakah aku menjadi seorang ibu? Dua sekaligus? pikirnya, dilanda kekhawatiran. Ia bahkan belum tahu bagaimana cara merawat bayi, apalagi menghadapi kehamilan kembar.Sementara itu, dokter mulai menjelaskan hal-hal penting seputar kehamilan. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, makanan yang sebaiknya dihindari, sampai anjuran rutin kontrol kandungan. Hazel mendengarkan dengan saksama. Wajahnya serius, seolah menyimpan semua informasi untuk disampaikan kepada Jacob ketika pria itu akhirnya

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 181 Kabar mengejutkan

    Karena tak memungkinkan bagi Hazel menghilangkan bau daging dari apartemen Jacob dalam waktu singkat, alhasil ia membawa Luna datang ke apartemennya yang lokasinya tidak begitu jauh. Saat pertama kali melangkahkan kaki ke dalam apartemen yang sudah dua hari tidak Hazel datangi, perempuan itu mengerutkan dahi karena mencium sesuatu yang terasa asing di apartemen tersebut.Sepertinya, perbedaan di apartemen Hazel juga disadari oleh Luna saat perempuan itu berkata. "Sepertinya kau memindahkan beberapa barang-barang sebagian," katanya.Hazel mulai menaruh curiga, ia segera melihat lemari yang ada di dekat pintu masuk, ia memang memindahkan beberapa barang sebelumnya, tapi ia ingat betul kalau sebelumnya di atas lemari hiasan itu ada vas bunga yang tidak Hazel buang, tapi ... kemana perginya vas bunga itu?Agar tidak menimbulkan kecemasan terhadap Luna, Hazel masuk ke dalam kamarnya lalu keluar lagi. "Luna, aku minta maaf sekali. Sepertinya ada sedikit masalah di apartemenku, kita tinggal

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status