Home / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of LEGENDA KAMESWARA: Chapter 71 - Chapter 80

290 Chapters

Bab 071

Dua sosok gadis sama-sama bergerak cepat ke depan dengan pedang terhunus mengincar sasaran masing-masing.Ayu Citra sempat terkejut saat mencium aroma wangi ketika pedang tercabut dari warangkanya.Ayu Citra sama sekali tidak melepas kerudungnya. Bagian yang tidak menutup kepala dibelitkan di leher. Dia tidak terganggu sedikitpun gerakannya. Sepertinya dia sudah terbiasa memakai kerudung.Dua gadis meluncur hendak bertabrakan. Mereka sama-sama menggunakan jurus 'Pedang Memburu Mangsa'. Pada saat hampir bertabrakan, keduanya memutar badan.Sama-sama menghindari ujung pedang lawan kemudian mencari celah masing-masing dengan menyabetkan senjatanya ke titik sasaran.Trang!Yang Kameswara lihat, dua gadis meluncur di udara saling menodongkan pedang, kemudian terdengar suara benturan dua senjata. Sementara sosok mereka terus meluncur ke depan sampai mendarat dengan selamat.Ayu Citra dan Sukesih bertukar tempat. Mereka sudah s
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 072

Kemudian Kameswara menjelaskan bahwa dia diberi tugas oleh Ranu Baya untuk mengambil pedang Bunga Emas di dasar Telaga Sangiang kemudian mencari pendekar wanita yang cocok untuk memiliki pedang tersebut."Bagaimana kau bisa langsung percaya padaku?" tanya Ayu Citra masih tidak habis pikir.Mereka berempat sudah berjalan meninggalkan tempat tadi. Ayu Citra masih memegang pedang yang sering diperhatikan sepanjang jalan."Aku melihat kau nyaman menggunakannya. Pedang itu seperti sudah menyatu dengan dirimu. Itu termasuk pedang pusaka, namanya pedang Bunga Emas. Senjata pusaka biasanya akan mencari pemiliknya sendiri, dan kalau tidak berjodoh maka tidak akan merasa nyaman bagi yang memegangnya,""Kalau begitu terima kasih atas kepercayaannya, aku akan menjaga dan menggunakan pedang ini di jalan kebenaran!""Ngomong-ngomong, kemana tujuanmu?" tanya Ki Badar."Tugasku berikutnya mencari goa Lalay!""Oh, tempat itu tidak jauh.
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 073

Untuk menuju goa Lalay, Kameswara harus melewati jalan setapak yang agak curam dan di apit oleh jurang. Pemandangan hijau menghiasi sekeliling mata memandang.Suara angin bergemuruh berhembus ke dalam jurang. Saat itu hari sudah beranjak sore. Cukup jauh juga menyusuri jalan setapak yang bikin dada berdebar karena sedikit saja tergelincir, maka akan jatuh ke jurang.Akhirnya sampai juga di goa Lalay yang mulut goanya cukup besar. Di bawahnya mengalir air sungai yang jernih mengalir cukup deras di celah antara dua tebing.Ada energi besar terasa bagaikan dinding tak kasat mata seolah menahannya agar tidak masuk. Kameswara mematung di depan mulut goa itu. Memperhatikan setiap sisinya. Terdengar suara gemuruh di dalam sana."Biasanya sudah ada anggota Laskar Nyali Kutu yang mengincar benda-benda pusaka," gumam Kameswara. Dia sengaja berdiri berlama-lama di sana menunggu, siapa tahu memang ada orang yang di maksud.Bukan tidak mungkin keberad
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 074

"Pendekar Madya tingkat sembilan," batin Kameswara setelah bisa mengukur kekuatan mereka.Dia pernah mengalahkan pendekar utama tingkat sembilan waktu di Talaga Sangiang, jadi menghadapi dua orang ini saja tidak perlu mengeluarkan kekuatan yang besar."Kau pikir aku akan percaya dengan bualanmu!"Mereka tidak percaya ucapan Kameswara mereka masih menganggap enteng pemuda itu."Dasar dungu, Bukankah kalian tidak bisa melihatku masuk kedalam air terjun ini? Kalian malah menganggap aku berada di luar sana,"Dua anggota Laskar Siluman Merah itu saling pandang kali ini mereka membenarkan ucapan Kameswara tapi mereka tetap tidak percaya anak semuda itu bisa melakukannya.Baru setelah Kameswara memancarkan auranya mereka begitu terkejut melihat anak semuda itu sudah mencapai tahap pendekar Utama tingkat awal. Tanpa terasa kedua kaki mereka tersurut mundur.Energi yang muncul bersama aura terasa sangat menekan. Tubuh mereka semp
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 075

Suasana puncak gunung yang gelap gulita kedatangan sebuah cahaya kuning keemasan yang muncul di depan Sutajaya dari mulai sebesar kerikil hingga membesar sampai membentuk satu sosok.Sosok harimau belang berwarna keemasan.Harimau ini memendarkan energi panas yang secara perlahan melindas udara dingin di puncak gunung. Tubuh Sutajaya yang telah membeku selama tiga hari merasakan aliran hawa panas menjalar ke setiap urat dan sendinya.Sutajaya yang sudah mati rasa seperti terbangun dari tidur panjang. Bahkan mulutnya yang meracau menyebut nama Harimau Dewa seperti tak terkendali seolah tidak memiliki hubungan dengan bagian tubuh lainnya."Bukalah matamu, Cucuku!"Suara lembut seorang kakek merasuk ke telinga menjalar sampai mengetuk jantung yang hampir tak berdetak selama bersemedi.Pendekar Cakar Sakti terhenti ucapan di mulutnya, mulai menghembuskan napas lega, tapi masih menutup mata.Dia mengatur hawa panas yang menga
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 076

Sepanjang jalan Sriwuni melihat bagian dalam perguruan yang terbesar di tanah Sunda-Galuh ini. Dia tampak kagum dengan bangunan-bangunan yang megah dengan halaman luas.Letaknya yang berada di lereng membuat matanya bisa melihat ke arah kejauhan yang menampakkan pemandangan di bawah gunung yang indah dan kadang-kadang tertutup kabut.Sriwuni sampai di tempatnya Ranu Baya. Kakek ini sedang membaca sebuah kitab. Sang kakek langsung menghentikan kegiatannya begitu kedatangan tamu. Si penjaga sudah kembali lagi bertugas."Sampurasun, Kek!""Rampes, dengan siapa gerangan, wahai gadis cantik?"Sriwuni tersipu malu disapa dengan sopan dan pujian, dia segera duduk di depan si kakek yang masih bersila di lantai. Si kakek sudah melihat garis tubuh si gadis, menampakkan badan pendekar."Saya Sriwuni murid Nyai Pancaksuji," si gadis memperkenalkan diri."Ah, aku pernah mendengar nama gurumu itu, tapi aku belum pernah berjumpa dengan
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 077

Wajah Wirasoma merah pertanda sudah banyak tuak yang masuk ke perutnya. Sekarang pernikahannya hanyalah ikatan dua perguruan saja.Terutama perguruan Linggajaya, karena dengan berbesanan dengan perguruan Sangga Buana maka nama Linggajaya akan semakin melambung.Setelah berada di depan Wirasoma, Sriwuni langsung mengambil bumbung di tangan pemuda itu. Si pemuda kaget."Eh, kenapa kau ambil tuakku?" hardiknya dengan suara bagai terhempas angin. Lalu kedua matanya memicing menatap siapa yang datang."Kau sudah mabuk, jangan minum lagi!" Sriwuni membuang bumbung bambu jauh-jauh."Siapa kau, Citrawati istriku? Tapi kau pendek, Citrawati itu tinggi, tapi kau juga cantik seperti dia. Tapi sayang, dia sudah tidak suci sebelum aku nikahi!"Sriwuni tidak bereaksi apapun, pemuda itu tengah mabuk, semua ucapannya hanya asal keluar saja. Namun, sepertinya dia memang memendam kekecewaan kepada istrinya."Kau pulanglah, mungkin istrimu
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 078

Belum habis keterkejutan Wirasoma, tiba-tiba Sriwuni menubruk dan menindihnya. Menjelang pagi itu sepasang manusia yang dilanda galau ini disibukkan dengan rintihan dan desahan.Mereka mengulangi keindahan semalam. Kali ini melakukannya secara sadar. Hingga cahaya putih terbersit di langit timur keduanya kembali terkulai lemas dengan wajah penuh kepuasan.Begitu 'carangcang tihang' mereka sudah rapi kembali. Sriwuni kembali ke perguruan lebih dahulu. Setelah agak lama baru Wirasoma menyusul.Di dalam perguruan mereka pura-pura tidak saling kenal. Sampai di sana ternyata Sriwuni sedang dicari-cari Citrawati.Murid Nyai Padmasari ini ingin mengetahui lebih jauh mengenai tujuan Sriwuni yang mencari Kameswara.***Di pagi hari yang cerah dengan udara pegunungan yang segar, Kameswara menatap puncak gunung Indrakilla yang menjulang di sebelah timur.Pemuda yang kekuatannya semakin meningkat ini berdiri di dekat jalan
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 079

Tiba-tiba Kameswara merasakan hawa kehadiran orang, tapi masih jauh di belakangnya. Bukan cuma satu, tapi ada dua dari arah yang berbeda. Dia Segera menghilangkan diri dengan mengusap bahu kirinya.Kemudian Kameswara melesat naik ke salah satu pohon agar bisa melihat ke bawah. Terpaut jarak yang cukup jauh, di sebelah kiri dan kanan terlihat dua sosok yang sedang melesat naik ke puncak.Mereka menggunakan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Berlari di udara, kakinya berpijak dari pucuk ke pucuk pohon. Jika diperkirakan maka keduanya akan bertemu di satu titik, mungkin di puncak.Yang di sebelah kanan Kameswara sudah bisa menebak dari mana asal orang itu. Pakaian yang dikenakan berwarna merah darah. Siapa lagi kalau bukan orang Laskar Siluman Merah."Sudah kuduga, setiap benda berharga pasti sudah tercium oleh laskar kutu itu!"Kameswara alirkan tenaga dalam ke tangan kanan, lalu meninju udara. Mengirim pukulan jarak jauh ke arah sosok
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 080

Si pendek kekar sudah bersiap lagi. Merasa ajian Banteng Wulung sudah bisa diatasi lawan, maka dia ganti serangan menggunakan ajian Karang Samudra.Golok khas Laskar Siluman Merah dikeluarkan lalu dialirkan hawa sakti ke dalamnya. Ajian yang seharusnya dipakai secara berkelompok digunakan sendiri dengan perantara golok.Wung!Golok dikibaskan, bola api melesat memburu mangsa. Kameswara sudah hapal dengan serangan ini.Dia keluarkan Kujang Bayangan untuk menangkap bola api hingga menyerap ke dalam. Si pendek kekar terkejut.Kameswara tertawa lantang. "Mainan ini aku sudah bosan menggunakannya!"Dedengkot Laskar Siluman Merah mengganti lagi dengan ajian Gunung Bitu. Sinar jingga berkelebat keluar dari ujung golok. Gerakannya lebih cepat daripada bola api.Kameswara hanya sempat menahan dengan bilah kujang yang dilebarkan. Kalau dulu dia sempat lolos dari ajian ini, sekarang tidak. Sinar jingga menghantam kujang.T
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more
PREV
1
...
678910
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status