Beranda / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab LEGENDA KAMESWARA: Bab 61 - Bab 70

290 Bab

Bab 061

Kameswara yang kali ini sudah siap karena sudah tahu ajian Karang Samudra berdiri mengokohkan kuda-kudanya. Dia siap menyambut datangnya bola-bola api.Wussh! Werrr!Dikibaskannya Kujang Bayangan. Tercipta tiupan angin besar menghempas semua bola-bola api hingga terpental ke segala arah bahkan ada yang hampir menghantam pemiliknya.Dua dedengkot terkejut. Tak habis pikir bagaimana bisa pemuda itu tahu tentang ilmu yang dikeluarkanNamun, mereka tak putus asa. Serangan bola api kembali diluncurkan, bahkan lebih banyak lagi jumlahnya.Taktik Kameswara berubah lagi karena satu ide terbersit dalam benak. Dia tidak lagi mengibas yang menghasilkan angin dahsyat untuk menghalau serbuan bola api.Sekarang dia membiarkan bola-bola api itu menghantam Kujang Bayangan. Dia hanya kerahkan tenaga sehingga ukuran kujang itu bertambah besar dua kali lipat. Bola-bola api itu seperti terserap ke dalam bilah kujang."Wuah.. ternyata benar,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 062

Sutajaya terkejut suara menggema itu mengetahui gurunya. Berarti tahu juga tentang dirinya dan tugas yang diembannya, tapi siapa suara tanpa rupa ini? Atau mungkin orangnya ada di balik awan hitam itu?"Nah, sekarang teruslah melangkah ke depan sampai kau menemukan sebuah batu besar, yang kau cari ada di bawahnya."Tiba-tiba awan hitam lenyap lalu suasana berubah menjadi terang. Ternyata hari sudah 'Tangage' (matahari berada di atas kepala), tapi udara tetap dingin.Sutajaya menuruti apa yang diperintahkan suara tanpa rupa tadi. Jalanan lereng semakin menanjak dan curam. Sampai jarak dua puluh tombak barulah pemuda ini menemukan batu besar yang dimaksud.Batu sebesar kerbau berada di tanah yang curam. Sutajaya melihat ke bawah batu. Ternyata benda yang dicarinya tertindih batu itu.Bagaimana cara mengambilnya? Kalau ditarik takutnya akan robek. Berarti harus diangkat dulu batunya. Pasti berat sekali.Sutajaya mematung memikirkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 063

Dua lelaki berumur empat puluhan yang menjadi lawan Sutajaya mengambil arak setelah satu cakaran bersarang di badannya. Satu di lengan atas kanan, yang satunya di dada sebelah kiri.Mereka segera alirkan hawa sakti guna menetralisir rasa perih akibat cakaran itu. Kejap berikutnya mereka sudah cabut senjata golok besar khas Laskar Siluman Merah.Sementara Sutajaya sudah bersiap kembali dengan jurus yang sama, hanya menaikkan ke tingkat yang lebih tinggi. Dari kuku-kukunya berpendar cahaya hitam berkilau. Hawa panas menyelimuti setiap jari-jarinya.Dua lawan sudah bergerak mengayunkan golok dengan pengerahan tenaga penuh sehingga menimbulkan gesekan angin yang sama tajamnya dengan mata golok. Senjata menyambar, anginpun menderu.Swung!Dalam waktu sepersekian kejap Sutajaya mampu membaca arah serangan lawan, sehingga bisa menghindar di waktu yang tepat sambil mengirim serangan balasan.Dua golok ditarik kembali guna menebas cakaran
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 064

Pada saat ini kerajaan yang dulu dipimpin Niskala Wastu Kancana dibagi dua menjadi Sunda di barat yang dirajai oleh Susuk Tunggal dan Galuh di timur yang dirajai Dewa Niskala.Saat ini di istana Kawali atau keraton Surawisesa sedang kedatangan Prabu Susuk Tunggal dari keraton Pajajaran yang menentang tindakan Dewa Niskala.Namun, para pembesar dari kedua istana melerai keduanya, bahkan berani menyatakan bahwa tindakan mereka berdua cukup memalukan sebagai seorang raja.Untuk itu keduanya dituntut turun tahta dan menyerahkannya kepada Pamanah Rasa.Di dalam sebuah ruangan khusus, dua saudara ini dipertemukan."Saya mengaku salah, Raka!" ucap Dewa Niskala sambil menunduk penuh penyesalan. "Saya juga sudah siap turun tahta, mungkin sudah waktunya Pamanah Rasa memegang tampuk kekuasaan,"Sementara Susuk Tunggal hanya menghela napas beberapa kali sebelum akhirnya bersuara."Aku juga merasa malu dengan tindakanku yang terlalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 065

Daerah yang Kameswara lewati sejak dari bukit Cipasung merupakan perbukitan dan gunung-gunung kecil yang berada di sekeliling gunung Indrakilla (sekarang namanya Ciremai).Setelah memakan waktu tiga hari akhirnya si pemuda telah sampai di desa Sangiang, tempat di mana terdapat Talaga Sangiang berada.Untuk menuju ke sana, Kameswara harus melalui jalan menanjak yang lumayan curam.Meski peluh bercucuran di dahi, tapi tidak sedikitpun rasa lelah menghampirinya. Memang, rasa gerah mengalahkan udara pegunungan yang sejuk. Efek sabuk sakti hanya membuatnya tidak merasa lelah.Lebih dekat ke telaga, Kameswara merasakan energi yang begitu besar. Kakek Ranu Baya tidak akan menugaskannya kalau tidak ada sesuatu yang luar biasa di dalamnya. Pusaka apa lagi yang tersimpan di sini?Selain itu, Laskar Siluman Merah juga pasti sudah mengutus anggotanya ke tempat ini. Sepertinya tidak ada informasi yang terlewatkan oleh kelompok aliran hitam itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 066

Kameswara himpun tenaga dalam, sebagian besar ke sepasang tangan. Dua kaki mematok kuat ke bumi. Lawan yang di hadapi lebih berat dari sebelumnya. Tatapannya fokus kepada lawan.Yang menjadi lawan Kameswara ini bernama Suramanik, dia termasuk pengurus besar Laskar Siluman Merah sesuai dengan peringkat kependekarannya.Walaupun sempat mendengar tentang pemuda yang dianggap berbahaya bagi laskar, tapi dia belum tahu kalau Kameswaralah orangnya.Merasa disepelekan karena Suramanik terlihat tenang saja, Kameswara bergerak lebih dahulu. Dia menolakkan kaki kanan ke bumi.Sosoknya melesat cepat ke depan. Tangan kanan ditarik ke belakang untuk diayunkan ke depan mengarah wajah lawan.Suramanik menunggu. Secepat apapun gerakan lawan, bagi matanya tetap terlihat lambat. Sehingga bisa tahu apa yang diincar lawannya. Dia kokohkan kuda-kudanya yang seperti hanya berdiri saja.Sekejap lagi tinju Kameswara mengenai sasaran, Suramanik angkat ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 067

Tubuh Suramanik dan Garangan ambruk dengan dada hangus. Mereka tewas dengan wajah menyiratkan rasa tidak percaya dengan apa yang menimpanya.Ratu Simbar Kancana menatap takjub sekaligus ngeri. Anak semuda itu naluri membunuhnya sangat mengerikan walaupun berasal dari golongan putih.Si nenek memanggil Kameswara, mengajaknya duduk di bawah pohon besar yang akarnya mencuat dari tanah. Pohon ini lebih dekat ke telaga."Siapa namamu?""Kameswara, Nek!""Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?" Ratu Simbar Kancana merasakan Kameswara tidak asal datang ke tempat ini. Pemuda itu pasti mempunyai tujuan dan atas perintah seseorang.Sementara si nenek selama tinggal di sekitar telaga ini adalah untuk menunggu seseorang yang akan membantunya."Kakek Ranu Baya!" jawab Kameswara jujur."Tepat, berarti kaulah orang yang kutunggu-tunggu!""Nenek menungguku?""Iya, kenapa? Menyesal karena yang menunggu ternyata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 068

Ratu Simbar Kancana tampak berpikir. Barangkali ada ingatannya mengenai pedang yang disebutkan Kameswara. Lalu dia geleng-geleng kepala sambil menghempas napas."Ya, sudah. Pergilah, aku percaya padamu!" ujar si nenek."Baik, Nek!"Kameswara memandang ke tengah telaga, dia menarik napas pelan dan dalam. Air telaga yang tenang, tidak tahu berapa kedalamannya. Kameswara membayangkan dulunya telaga ini adalah sebuah istana.Karena suatu kejadian berubah menjadi telaga dan penguasanya menghilang atau disebut 'ngahiyang' atau moksa. Ada hal aneh yang sulit dijangkau oleh nalar.Jangankan sebuah keraton yang berubah menjadi telaga, di dalam tubuh sendiri saja masih terdapat keanehan.Sabuk yang selalu membuat dirinya tak pernah lelah. Rompi yang bisa menghilangkan wujudnya.Setelah meyakinkan perasaannya, Kameswara melangkah memasuki telaga. Setapak demi setapak dari yang dangkal semakin dalam. Pakaian hingga seluruh tubuhnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 069

"Jodoh?" Kameswara tercekat menelan ludahnya sendiri. Mendengar kata jodoh, dia terpikirkan tiga wanita yang dekat dengannya.Citrawati, Sriwuni dan Kirana. Siapa di antara mereka yang menjadi jodohnya? Atau masih ada yang lain lagi yang belum bertemu dengannya?"Carilah dia yang mengerti ilmu pedang dan juga berwatak harum seperti pedang itu yang memancarkan aroma wangi,"Kemudian Ratu Simbar Kancana mengeluarkan seutas tali yang terbuat dari anyaman beberapa kain. "Pakailah tali ini untuk mengingat warangkanya, biar kau mudah membawanya. Disampirkan di punggung!"Kameswara menerima tali itu lalu membuat simpul ikatan pada dua ujung warangka pedang. Setelah selesai disampirkan pedang terbuat dari emas itu di punggungnya."Tali itu sangat kuat, hanya tongkatku ini yang mampu memutuskannya,""Terima kasih Nenek Ratu, aku mohon diri!" Kameswara menjura dalam-dalam. "Sampurasun!""Rampes!"Kameswara meninggalkan Ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 070

Kameswara memasuki sebuah kedai yang agak besar. Letaknya yang di dekat jalan membuat kedai ini tampak ramai.Di antara pengunjung kedai ada tiga orang yang membuat mata Kameswara selalu melirik mereka.Seorang lelaki setengah baya yang pakaiannya agak mirip dengan Ahmad Jailani. Bagian dalamnya berupa setelan pangsi biasa dilapis dengan jubah agak lebar. Di kepalanya memakai sorban.Lelaki ini bersama dua orang gadis yang mengenakan setelan kebaya longgar dan di kepalanya tersampir kerudung hingga menutupi bahu.Melihat mereka membuat Kameswara ingat Ahmad Jailani dan ajarannya tentang agama baru yang hampir saja dia lupa, bahwa dia kini sudah menganut keyakinan baru itu. Masih banyak yang belum dia pelajari tentang Islam."Jalur mana yang lebih dekat ke pesantren Quro, Ki?" tanya salah satu gadis berkerudung."Kalau ke Citarum sangat jauh, lebih dekat ke sungai Cimanuk walaupun harus di tempuh beberapa hari," jawab lelaki berso
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
29
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status