Home / Pendekar / LEGENDA KAMESWARA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of LEGENDA KAMESWARA: Chapter 41 - Chapter 50

290 Chapters

Bab 041

Ahmad Jailani lebih diuntungkan karena senjatanya bisa memanjang dan memendek, tergantung situasi yang dia hadapi.Kadang juga bisa menjadi semacam cambuk yang mampu melilit senjata lawan, tapi tidak mudah untuk dirusak.Dari segi kecepatan dan ketangkasan pun Ahmad Jailani lebih unggul karena tingkatannya lebih tinggi sedikit daripada lawannya.Kelebihan lainnya, Ahmad Jailani selalu tenang. Dia juga tidak berniat melukai sampai parah atau bahkan membunuh.Berbeda dengan Sobana yang 'gurung gusuh' bahkan sering bertindak sembarangan. Yang penting bisa menjatuhkan, mungkin itu tujuannya.Namun, karena lawan lebih unggul dia tak mampu memberikan perlawanan yang berarti. Sabetan parangnya sering mengenai tempat kosong.Malah, kini Sobana dibuat kewalahan. Akan tetapi dia belum sadar juga. Sikapnya masih angkuh seolah-olah akan mampu membalikkan keadaan. Nyatanya sudah puluhan jurus dia masih terdesak.Kelebatan sorban Ahma
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 042

Sementara di tempat persembunyiannya, Turangga yang selalu mengikuti kemanapun Budak Denawa pergi tampak bermandikan keringat. Mantera yang dia gunakan untuk mengendalikan Budak Denawa tidak berfungsi."Sialan!" makinya sangat geram. "Siapa dia? Dari pakaiannya seperti orang-orang yang menganut keyakinan baru! Ternyata mereka juga ancaman berat!"Kembali ke Budak Denawa yang kondisinya semakin mengenaskan. Dari kepalanya yang masih dipegang Ahmad Jailani mengeluarkan bayangan-bayangan hitam seperti asap mengapung ke udara."Mungkin itu qorin atau sukma-sukma marakayangan," kata Kameswara.Dia ingat tadi katanya Ahmad Jailani sengaja mengikutinya. Untuk apa? Tapi sekarang dia mulai tertarik dengan orang itu. Dia merasa ada sesuatu yang harus dipelajari darinya.Setelah tidak ada lagi bayangan hitam yang keluar dari tubuh Dirga Pawana, kini pemuda itu terkulai lemah. Sosoknya kembali ke semula bahkan lebih parah. Tubuhnya jadi kurus kering.
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 043

Kameswara yakin orang-orang Laskar Siluman Merah pasti akan mencari Ahmad Jailani karena telah memusnahkan Budak Denawa. Mereka tidak akan jera begitu saja. Buktinya sekarang sudah di kepung lima anggotanya.Tidak tanggung-tanggung yang dikerahkan semuanya di peringkat pendekar Madya tingkat sembilan. Hawa membunuh dan sifat memusuhi ditunjukkan dengan jelas.Kameswara tertawa mencibir. "Tidak salah ini, kenapa tidak sekalian pimpinan kalian yang turun tangan. Ini berarti Laskar Siluman Merah takut kepada dia!"Kameswara menunjuk ke Ahmad Jailani."Ternyata nyali si Rembong hanya sebesar kutu!" Kameswara tertawa lantang membuat lima orang itu tak bisa lagi menahan amarahnya."Berani lancang kau menghina pemimpin kami!""Mati terlalu enak bagimu!""Kau layak dapat siksaan paling pedih!"Lima anggota Laskar Siluman Merah bergerak. Mereka keluarkan hawa sakti untuk menekan Kameswara agar susah bergerak.Sebenarnya m
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 044

Dua anggota Laskar Siluman Merah sudah siap kembali. Mereka menerjang sambil ayunkan senjata yang sudah dialiri tenaga dalam yang semakin besar. Yang satu sasarannya hendak merobek sorban. Yang satunya lagi menusuk ke perut.Ahmad Jailani putar sorban seperti baling-baling sambil mundur satu tindak. Putaran kain sorban benar-benar seperti baling-baling baja.Werrr! Trak! Trak!Dua golok tertangkis keras. Tangan si pemegang sampai kesemutan. Mereka hampir saja terjatuh jika keseimbangannya lemah.Nyali mereka sebenarnya sudah menipis, tapi jika lari dari tugas maka hidup mereka akan lebih sengsara dari kematian.Ahmad Jailani kebut-kebutkan kain sorban sehingga terlihat seperti semakin panjang ukurannya. Dia putar dan sabetkan seperti sebuah cambuk. Ujungnya memburu sasaran. Wajah lawan yang diincar.Wutt!Trak! Trak!Dua anggota Laskar Siluman Merah terpaksa menjadikan goloknya sebagai tameng. Namun, tetap saja
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 045

Keesokan harinya Kameswara berencana pergi ke perguruan Sangga Buana. Dia ingin mengajak serta Ahmad Jailani, tapi lelaki bersorban ini tidak ingin ikut."Aku tidak mempunyai urusan di sana, lebih baik menunggu di rumah saja!" kata Ahmad Jailani.Akhirnya Kameswara pergi sendirian. Dia berangkat sejak pagi, ketika sang surya belum menampakkan dirinya. Hanya semburat putih saja di ufuk timur.Walau begitu Kameswara tidak buru-buru ingin cepat sampai ke lereng gunung Cakrabuana itu. Dia berjalan sambil mengobati kerinduannya ke kampung halaman dan desa-desa di sekitarnya.Seperti biasa Kameswara menyembunyikan kekuatannya dari pandangan orang-orang sakti. Sehingga dia terlihat seperti orang biasa yang bukan dari kalangan pendekar.Beberapa orang yang dikenalnya menyapa dengan ramah."Ujug-ujug besar saja nih anak!""Wah, pangling sekarang!""Kameswara, ternyata kalau sudah besar jadi tampan, ya!""Kemana
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 046

Kameswara dan Ranu Baya keluar. Di depan pondok ada tanah agak luas seperti lapangan untuk berlatih. Di sana terlihat Kupra dan kawan-kawan berdiri sempoyongan menahan luka-luka lebam di tangan dan kakinya.Selain mereka ada seorang lelaki paruh baya mendampingi menunjukan wajah geram. Apalagi setelah melihat Kameswara. Lebih sewot lagi saat Kameswara bersikap tenang-tenang saja."Guru Gandara, ada apa?"tanya Ranu Baya."Anak itu telah menganiaya muridku!" tuding Gandara kepada Kameswara.Ranu Baya tertawa mengekeh, wajahnya agak mendongak ke langit. "Guru Gandara bagaimana kau bisa sebodoh ini?""Apa maksudmu, kau tidak melihat luka-luka yang dialami murid-muridku?""Iya, aku bisa melihatnya dengan jelas, tapi mana mungkin Kameswara yang melakukannya!""Itu buktinya, kenapa Guru Ranu Baya malah membela anak sampah ini?""Nah, apa kau bilang tadi?""Anak sampah!""Kalau begitu coba kau pikir, a
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 047

"Oh, tidak. Kau kan cantik!" Kameswara palingkan muka sambil garuk-garuk kepala karena sadar telah keceplosan. Dia sembunyikan senyumnya.Sementara Citrawati kerutkan kening. "Apa hubungannya?""Tentu saja tidak ada, hehehe...!" Kameswara ngeloyor saja meninggalkan si gadis. Tentu saja karena malu."Eh! Kau...!"Citrawati segera mengejar Kameswara yang mendekati Ranu Baya di depan pondok sana. Si gadis segera menjura begitu berhadapan dengan Ranu Baya."Kalian sudah saling kenal?"Pertanyaan si kakek membuat Citrawati tersipu dan salah tingkah."Aku sudah tahu namanya, tapi dia belum tahu namaku. Kumohon Kakek jangan memberitahu dia, aku ingin dia menanyakan langsung padaku!"Ranu Baya tertawa mengekeh, dia suka keusilan Kameswara. Sementara Citrawati mendengkus kesal."Sombong, kau pikir dirimu siapa?" hardik Citrawati.Kameswara tersenyum mencibir, tapi tatapannya menjelajahi paras gadis itu.
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 048

Lebih mengejutkan lagi, Kameswara seolah tahu yang akan terjadi. Kemana Wirasoma menyerang, Kameswara sudah lebih dulu antisipasi. Mampu menebak pola gerakan Si Tapak Guntur.Bahkan beberapa kali melepaskan gerak tipuan, tatap saja terendus. Wirasoma tak habis pikir, bagaimana bisa ada pendekar semacam ini. Peringkat kependekaran sepertinya tidak berlaku.Yang diandalkan adalah kecerdikan dan kecepatan. Tidak kunjung mendapatkan solusi, akhirnya Wirasoma mengeluarkan salah satu ajian andalannya.Di awali dengan memutar dua telapak tangan di depan dada sambil mengerahkan hawa sakti. Dilanjutkan salah satu tapak mengacung di atas kepala. Lalu diayunkan ke bawah seperti sedang menggebrak meja."Tapak Guntur Bumi!"Swuugh!Meluncur gelombang angin yang membentuk telapak tangan raksasa mengibas dari atas ke bawah seperti gerakan mengemplang. Kameswara ibarat lalat yang hendak ditepuk.Brass!Telapak tangan raksasa pe
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 049

Citrawati langsung duduk di depan Kameswara. Dekat sekali. Suasana temaram yang hanya diterangi satu lampu damar kecil saja masih bisa menampakkan sosok dengan lekuk indah yang menebarkan wangi.Kameswara tak mampu bersuara apa-apa meski mulutnya terbuka. Si gadis yang hanya terlilit kain sinjang mempertontonkan belahan gunung padat di bagian atas dan menyingkapkan sesuatu di bawah.Seketika hawa ruangan terasa panas."Aku sudah membuat keputusan!" kata Citrawati pelan karena wajahnya sangat dekat dan dua tangan gadis ini melingkar di leher Kameswara.Sementara pemuda ini hanya menahan debaran jantung dan sesuatu yang menegang di bawah, seperti hendak menerobos keluar."Kau harus tahu, aku juga menyukaimu. Mencintaimu sejak pertama kali bertemu waktu itu. Dan keputusanku adalah menjadikanmu teman hidupku,"Tentu saja Kameswara senang, perempuan yang dia sukai memiliki perasaan yang sama, tapi kenapa masih ada yang mengganjal?
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 050

Sudah lewat waktu Isya' Kameswara belum juga kembali. Namun, Ahmad Jailani tidak menghawatirkan pemuda itu.Ilmu Kameswara sudah tinggi. Yang bisa melukainya mungkin pendekar yang tingkatannya lebih tinggi.Apalagi pernah melihat bagaimana Kameswara membantai anggota Laskar Siluman Merah yang secara peringkat lebih tinggi. Jadi lelaki yang mengenakan jubah dan sorban ini tenang saja.Dia melihat Kameswara sudah tahu banyak tentang Islam, hanya belum bersyahadat saja, tapi dia tidak akan memaksa. Dia ingin Kameswara sendiri yang memutuskan.Akhirnya Ahmad Jailani memilih istirahat saja. Toh, kalau Kameswara pulang pasti membangunkannya. Namun, setelah waktu Balebat atau Subuh tiba, pemuda itu belum nampak batang hidungnya juga.Ketika sudah Carangcang Tihang atau terang tanah, tiba-tiba pintu rumah ada yang mendobrak dengan kasar.Ahmad Jailani yang hendak sholat Dhuha urungkan niat karena merasakan ada hawa membunuh disusul keleb
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
1
...
34567
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status