Share

Bab 042

Penulis: Nandar Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 08:03:03

Sementara di tempat persembunyiannya, Turangga yang selalu mengikuti kemanapun Budak Denawa pergi tampak bermandikan keringat. Mantera yang dia gunakan untuk mengendalikan Budak Denawa tidak berfungsi.

"Sialan!" makinya sangat geram. "Siapa dia? Dari pakaiannya seperti orang-orang yang menganut keyakinan baru! Ternyata mereka juga ancaman berat!"

Kembali ke Budak Denawa yang kondisinya semakin mengenaskan. Dari kepalanya yang masih dipegang Ahmad Jailani mengeluarkan bayangan-bayangan hitam seperti asap mengapung ke udara.

"Mungkin itu qorin atau sukma-sukma marakayangan," kata Kameswara.

Dia ingat tadi katanya Ahmad Jailani sengaja mengikutinya. Untuk apa? Tapi sekarang dia mulai tertarik dengan orang itu. Dia merasa ada sesuatu yang harus dipelajari darinya.

Setelah tidak ada lagi bayangan hitam yang keluar dari tubuh Dirga Pawana, kini pemuda itu terkulai lemah. Sosoknya kembali ke semula bahkan lebih parah. Tubuhnya jadi kurus kering.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 043

    Kameswara yakin orang-orang Laskar Siluman Merah pasti akan mencari Ahmad Jailani karena telah memusnahkan Budak Denawa. Mereka tidak akan jera begitu saja. Buktinya sekarang sudah di kepung lima anggotanya.Tidak tanggung-tanggung yang dikerahkan semuanya di peringkat pendekar Madya tingkat sembilan. Hawa membunuh dan sifat memusuhi ditunjukkan dengan jelas.Kameswara tertawa mencibir. "Tidak salah ini, kenapa tidak sekalian pimpinan kalian yang turun tangan. Ini berarti Laskar Siluman Merah takut kepada dia!"Kameswara menunjuk ke Ahmad Jailani."Ternyata nyali si Rembong hanya sebesar kutu!" Kameswara tertawa lantang membuat lima orang itu tak bisa lagi menahan amarahnya."Berani lancang kau menghina pemimpin kami!""Mati terlalu enak bagimu!""Kau layak dapat siksaan paling pedih!"Lima anggota Laskar Siluman Merah bergerak. Mereka keluarkan hawa sakti untuk menekan Kameswara agar susah bergerak.Sebenarnya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 044

    Dua anggota Laskar Siluman Merah sudah siap kembali. Mereka menerjang sambil ayunkan senjata yang sudah dialiri tenaga dalam yang semakin besar. Yang satu sasarannya hendak merobek sorban. Yang satunya lagi menusuk ke perut.Ahmad Jailani putar sorban seperti baling-baling sambil mundur satu tindak. Putaran kain sorban benar-benar seperti baling-baling baja.Werrr! Trak! Trak!Dua golok tertangkis keras. Tangan si pemegang sampai kesemutan. Mereka hampir saja terjatuh jika keseimbangannya lemah.Nyali mereka sebenarnya sudah menipis, tapi jika lari dari tugas maka hidup mereka akan lebih sengsara dari kematian.Ahmad Jailani kebut-kebutkan kain sorban sehingga terlihat seperti semakin panjang ukurannya. Dia putar dan sabetkan seperti sebuah cambuk. Ujungnya memburu sasaran. Wajah lawan yang diincar.Wutt!Trak! Trak!Dua anggota Laskar Siluman Merah terpaksa menjadikan goloknya sebagai tameng. Namun, tetap saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 045

    Keesokan harinya Kameswara berencana pergi ke perguruan Sangga Buana. Dia ingin mengajak serta Ahmad Jailani, tapi lelaki bersorban ini tidak ingin ikut."Aku tidak mempunyai urusan di sana, lebih baik menunggu di rumah saja!" kata Ahmad Jailani.Akhirnya Kameswara pergi sendirian. Dia berangkat sejak pagi, ketika sang surya belum menampakkan dirinya. Hanya semburat putih saja di ufuk timur.Walau begitu Kameswara tidak buru-buru ingin cepat sampai ke lereng gunung Cakrabuana itu. Dia berjalan sambil mengobati kerinduannya ke kampung halaman dan desa-desa di sekitarnya.Seperti biasa Kameswara menyembunyikan kekuatannya dari pandangan orang-orang sakti. Sehingga dia terlihat seperti orang biasa yang bukan dari kalangan pendekar.Beberapa orang yang dikenalnya menyapa dengan ramah."Ujug-ujug besar saja nih anak!""Wah, pangling sekarang!""Kameswara, ternyata kalau sudah besar jadi tampan, ya!""Kemana

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 046

    Kameswara dan Ranu Baya keluar. Di depan pondok ada tanah agak luas seperti lapangan untuk berlatih. Di sana terlihat Kupra dan kawan-kawan berdiri sempoyongan menahan luka-luka lebam di tangan dan kakinya.Selain mereka ada seorang lelaki paruh baya mendampingi menunjukan wajah geram. Apalagi setelah melihat Kameswara. Lebih sewot lagi saat Kameswara bersikap tenang-tenang saja."Guru Gandara, ada apa?"tanya Ranu Baya."Anak itu telah menganiaya muridku!" tuding Gandara kepada Kameswara.Ranu Baya tertawa mengekeh, wajahnya agak mendongak ke langit. "Guru Gandara bagaimana kau bisa sebodoh ini?""Apa maksudmu, kau tidak melihat luka-luka yang dialami murid-muridku?""Iya, aku bisa melihatnya dengan jelas, tapi mana mungkin Kameswara yang melakukannya!""Itu buktinya, kenapa Guru Ranu Baya malah membela anak sampah ini?""Nah, apa kau bilang tadi?""Anak sampah!""Kalau begitu coba kau pikir, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 047

    "Oh, tidak. Kau kan cantik!" Kameswara palingkan muka sambil garuk-garuk kepala karena sadar telah keceplosan. Dia sembunyikan senyumnya.Sementara Citrawati kerutkan kening. "Apa hubungannya?""Tentu saja tidak ada, hehehe...!" Kameswara ngeloyor saja meninggalkan si gadis. Tentu saja karena malu."Eh! Kau...!"Citrawati segera mengejar Kameswara yang mendekati Ranu Baya di depan pondok sana. Si gadis segera menjura begitu berhadapan dengan Ranu Baya."Kalian sudah saling kenal?"Pertanyaan si kakek membuat Citrawati tersipu dan salah tingkah."Aku sudah tahu namanya, tapi dia belum tahu namaku. Kumohon Kakek jangan memberitahu dia, aku ingin dia menanyakan langsung padaku!"Ranu Baya tertawa mengekeh, dia suka keusilan Kameswara. Sementara Citrawati mendengkus kesal."Sombong, kau pikir dirimu siapa?" hardik Citrawati.Kameswara tersenyum mencibir, tapi tatapannya menjelajahi paras gadis itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 048

    Lebih mengejutkan lagi, Kameswara seolah tahu yang akan terjadi. Kemana Wirasoma menyerang, Kameswara sudah lebih dulu antisipasi. Mampu menebak pola gerakan Si Tapak Guntur.Bahkan beberapa kali melepaskan gerak tipuan, tatap saja terendus. Wirasoma tak habis pikir, bagaimana bisa ada pendekar semacam ini. Peringkat kependekaran sepertinya tidak berlaku.Yang diandalkan adalah kecerdikan dan kecepatan. Tidak kunjung mendapatkan solusi, akhirnya Wirasoma mengeluarkan salah satu ajian andalannya.Di awali dengan memutar dua telapak tangan di depan dada sambil mengerahkan hawa sakti. Dilanjutkan salah satu tapak mengacung di atas kepala. Lalu diayunkan ke bawah seperti sedang menggebrak meja."Tapak Guntur Bumi!"Swuugh!Meluncur gelombang angin yang membentuk telapak tangan raksasa mengibas dari atas ke bawah seperti gerakan mengemplang. Kameswara ibarat lalat yang hendak ditepuk.Brass!Telapak tangan raksasa pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 049

    Citrawati langsung duduk di depan Kameswara. Dekat sekali. Suasana temaram yang hanya diterangi satu lampu damar kecil saja masih bisa menampakkan sosok dengan lekuk indah yang menebarkan wangi.Kameswara tak mampu bersuara apa-apa meski mulutnya terbuka. Si gadis yang hanya terlilit kain sinjang mempertontonkan belahan gunung padat di bagian atas dan menyingkapkan sesuatu di bawah.Seketika hawa ruangan terasa panas."Aku sudah membuat keputusan!" kata Citrawati pelan karena wajahnya sangat dekat dan dua tangan gadis ini melingkar di leher Kameswara.Sementara pemuda ini hanya menahan debaran jantung dan sesuatu yang menegang di bawah, seperti hendak menerobos keluar."Kau harus tahu, aku juga menyukaimu. Mencintaimu sejak pertama kali bertemu waktu itu. Dan keputusanku adalah menjadikanmu teman hidupku,"Tentu saja Kameswara senang, perempuan yang dia sukai memiliki perasaan yang sama, tapi kenapa masih ada yang mengganjal?

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 050

    Sudah lewat waktu Isya' Kameswara belum juga kembali. Namun, Ahmad Jailani tidak menghawatirkan pemuda itu.Ilmu Kameswara sudah tinggi. Yang bisa melukainya mungkin pendekar yang tingkatannya lebih tinggi.Apalagi pernah melihat bagaimana Kameswara membantai anggota Laskar Siluman Merah yang secara peringkat lebih tinggi. Jadi lelaki yang mengenakan jubah dan sorban ini tenang saja.Dia melihat Kameswara sudah tahu banyak tentang Islam, hanya belum bersyahadat saja, tapi dia tidak akan memaksa. Dia ingin Kameswara sendiri yang memutuskan.Akhirnya Ahmad Jailani memilih istirahat saja. Toh, kalau Kameswara pulang pasti membangunkannya. Namun, setelah waktu Balebat atau Subuh tiba, pemuda itu belum nampak batang hidungnya juga.Ketika sudah Carangcang Tihang atau terang tanah, tiba-tiba pintu rumah ada yang mendobrak dengan kasar.Ahmad Jailani yang hendak sholat Dhuha urungkan niat karena merasakan ada hawa membunuh disusul keleb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 230

    "Dia masih bersemedi di puncak!" Yang menjawab adalah Arya Soka."Bersemedi!"Banyak tanda tanya muncul salam benak Puspa Arum. Bukankah dia murid baru? Pertama kali bertemu saja dia tidak memiliki kepandaian apa-apa.Lantas mengapa sekarang semedi? Hal yang dilakukan oleh seseorang yang sudah tinggi ilmunya."Sebenarnya siapa dia, Ayah?" tanya Puspa Arum lagi."Sebenarnya dia seorang pendekar besar,""Untuk apa bersemedi?" Si gadis sepertinya penasaran. Padahal tempo hari dia begitu kesal pada pemuda itu."Pada saat aku temukan dalam keadaan pingsan, semua cakranya tertutup sehingga kesaktiannya terkunci,""Dari mana asalnya?"Sekali lagi Puspa Arum dibuat tersipu malu saat ditatap dengan pandangan aneh."Memangnya aku tidak boleh bertanya?" lanjut si gadis.Karena memang tidak biasanya Puspa Arum banyak bertanya. Biasanya juga judes walaupun di depan ayah, ibu dan kakaknya. Bicara ha

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 229

    Si jubah hitam tertawa lantang. "Kalau kalian tidak bisa melihat gerakanku, berarti kalian bukan tandinganku!"Dua murid padepokan saling pandang. Memang benar, rekannya tewas seketika tanpa terlihat gerakan si jubah hitam.Melihat wajah si jubah hitam sepertinya masih seumuran dengan mereka, tapi mimiknya yang kaku tampak seperti topeng. Bukan wajah aslinya."Bersiaplah menyusul kawan kalian!"Si jubah merah sudah bergerak lagi. Lebih cepat dari sebelumnya. Tahu-tahu ujung pedangnya sudah mengancam mereka.Trang! Trang!Dua murid hanya mempunyai kesempatan kecil. Masih beruntung bisa menangkis serangan si jubah hitam walau mereka harus tersurut mundur beberapa langkah.Tenaga dalam si jubah hitam ini tiga tingkat di atas mereka. Murid andalan padepokan Sagara Kaler ini memprediksikan hasil dari pertarungan ini.Namun, mereka tidak ingin mati sia-sia. Setidaknya lawan juga harus mendapatkan ajalnya. Maka keduany

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 228

    Di puncak bukit padepokan Mega Sutra Ki Jagatapa mulai membantu Kameswara untuk membuka Cakra tersisa yang masih tertutup.Ki Jagatapa membantu dengan cara mengajak Kameswara bertarung. Pada awalnya si kakek melancarkan serangan pelan-pelan saja."Jangan menghindar, tapi lawan!"Kameswara mengikuti arahan Ki Jagatapa. Tidak menghindar serangan, tapi menyambut dengan memapak, menangkis bahkan beradu pukulan.Karena hanya menggunakan tenaga kasar, maka Kameswara melakukannya dengan hati-hati. Terutama keseimbangan dan kuda-kuda serta mengatur napas yang tepat.Demi mendapatkan kembali kesaktiannya Kameswara tidak peduli rasa sakit yang didapatkan ketika menangkis, memapak atau beradu pukulan.Berkali-kali Kameswara terjatuh dan mendapatkan luka lebam, tapi itu bukan masalah baginya. Tentu saja karena ada sabuk sakti.Kameswara tidak ubahnya orang yang benar-benar baru belajar silat.Semakin lama gerakan Ki Jagatap

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 227

    Di kediaman Nyai Mintarsih.Si gadis mungil tampan bersungut-sungut sedang membalurkan ramuan obat pada tubuh Kameswara yang penuh luka.Pemuda ini melepas pakaian atasnya sehingga nampak bentuk tubuhnya kekar dan gagah meski penuh goresan luka.Kameswara senyum-senyum penuh kemenangan. Rasanya cukup setimpal atas apa yang didapatkan sebelumnya.Diobati oleh tangan mungil nan indah seorang gadis cantik putrinya sang guru padepokan.Nyai Mintarsih sudah tahu akan datangnya Kameswara atas suruhan suaminya. Wanita ini pernah melihat Kameswara sewaktu dalam keadaan pingsan saat dibawa oleh Ki Jagatapa.Tentu saja karena untuk menuju ke padepokan atas harus melewati padepokan bawah dulu.Ketika sang putri melaporkan, Nyai Mintarsih sudah menduga pasti ada kesalahpahaman. Begitu melihat siapa yang ditangkap, dia langsung membebaskan Kameswara.Sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahpahaman ini, Puspa Arum si gadis

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 226

    Tiga murid ini langsung tertahan dan tersurut mundur ketika melihat siapa yang datang."Guru!" sahut ketiganya serempak.Ternyata Ki Jagatapa yang datang. Kameswara tetap bersikap datar, sementara tiga murid tampak ketakutan dengan wajah menunduk. Bukankah sang guru sudah mewanti-wanti agar jangan membuat masalah dengan Kameswara?"Pergilah, kalian tidak tahu yang sebenarnya!"Sedikit lega akhirnya tiga murid ini melangkah pergi ke asrama. Beruntung mereka tidak diberikan hukuman."Terima kasih, Kek!" ucap Kameswara."Lanjutkan latihanmu!""Baik, Kek!"Ki Jagatapa sudah pergi lagi. Kameswara melanjutkan olah napas yang sempat terhenti. Dia belum bisa semedi jadi hanya olah napas saja.Kameswara seperti kembali ke masa awal ketika berlatih di hutan Balida di bawah bimbingan Ki Kuncung Putih. Untungnya dia masih hapal isi kitab Jaya Buana.Sampai larut malam Kameswara belum berhenti dengan kegiat

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 225

    Ada sekitar lima orang berseragam jubah hitam yang ada penutup kepalanya. Kuda tunggangan mereka tampak gagah. Sepertinya kuda pilihan.Karena jarak yang begitu jauh, Kameswara tidak bisa melihat wajah mereka. Ditambah penutup kepala yang begitu lebar sampai menyembunyikan wajah mereka.Untungnya pasukan berkuda itu tidak menuju ke padepokan Mega Sutra. Jalan kecil menuju kaki bukit di mana terdapat padepokan putri dilewati begitu saja."Siapa mereka?" Kameswara menghentikan gerakannya.Dia belum banyak tahu segala hal tentang jaman yang ditinggalinya sekarang. Dia harus banyak bertanya kepada Arya Soka atau Ki Jagatapa langsung.Setelah gerombolan berjubah hitam dan berkuda tadi menghilang di kejauhan, Kameswara melanjutkan kembali latihannya.Sudah puluhan kali Kameswara mengulang gerakannya. Memang tidak merasakan lelah karena ada sabuk sakti, tapi tetap merasakan ada perubahan.Apa yang berubah?Pernapasanny

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 224

    Ketika Arya Soka menanyakan perihal Kameswara yang menjadi buronan, si pemuda dari masa depan ini menjelaskan dengan gamblang seperti yang dia alami."Kalau aku buronan, memang benar. Karena aku kabur dari penjara istana, tapi kalau tidak kabur aku dituduh sesuatu yang tidak aku lakukan!"Kameswara bisa menebak pihak kerajaan tidak akan percaya dengan keterangannya. Mereka akan terus menyiksanya sampai mengaku.Kalau begitu terus dia tidak punya waktu untuk membuka kembali ketujuh cakranya.Arya Soka mengerti keadaan Kameswara yang bingung di tempat atau lebih tepatnya di jaman yang asing baginya.Lebih dari itu Kameswara juga harus memikirkan bagaimana caranya kembali ke masanya dan juga menemukan istrinya."Sebenarnya aku masih kurang percaya tentang asal usulmu, aku ingin mengujimu. Jika kau benar-benar datang dari masa depan, pasti mengetahui apa yang akan terjadi di negeri ini khususnya!"Sebelum menjawab Kameswara

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 223

    Setelah lewat 'sareupna' ada tujuh murid yang mendapat giliran pelatihan khusus malam. Mereka dilatih oleh Arya Soka.Anak laki-laki Ki Jagatapa ini memang ilmunya paling tinggi sehingga dipercaya melatih murid yang lain.Kemudian ada empat orang yang mendapat giliran ronda. Mereka tidak hanya meronta di padepokan putra, tapi juga menjaga padepokan putri di bawah.Sementara Kameswara mulai membuka kitab yang dipinjamkan Ki Jagatapa di kamarnya. Untungnya jenis tulisannya tidak beda dengan kitab Jaya Buana.Pada saat membaca Kameswara menemukan ada inti sari kalimat yang sama dengan kitab Jaya Buana. Muncullah ide untuk menggabungkan keduanya.Yang jadi masalah ternyata Kameswara tidak bisa melakukan semedi. Karena cakranya tertutup, aliran napasnya tidak bisa bercampur dengan aliran darah.Jadi dia merasa percuma saja semedi yang tidak ubahnya hanya untuk menenangkan pikiran. Sementara napasnya tidak bisa diolah untuk mengendalik

  • LEGENDA KAMESWARA   Bab 222

    Kameswara membuka kedua matanya. Dia mendapati dirinya terbaring di atas bale bambu. Sesaat matanya memicing menyesuaikan dengan cahaya.Cahaya sang penerang jagat ini masuk melalui celah-celah atap bangunan di mana Kameswara berada."Di mana aku?"Kameswara bangun duduk, mengitarkan pandangan. Rupanya dia berada salam sebuah ruangan semacam rumah kecil.Ada banyak perabotan di sudut belakang dekat pintu belakang yang terbuka. Ada satu lagi bale bambu yang sama besar, letaknya bersebelahan dengan bale yang ditempati Kameswara.Pemuda ini mengingat kejadian sebelumnya. Dia menyaksikan dua orang kuat bertarung dan dia terkena dampak pukulan sakti keduanya sampai pingsan.Lalu begitu bangun sudah berada di tempat ini. Berarti ada orang yang membawanya ketika pingsan. Siapa orang ini?"Luar biasa!" Seseorang berujar. Suaranya agak serak dan sedikit gemetar.Dari pintu depan masuk seorang kakek berpakaian serba putih

DMCA.com Protection Status