Tiba-tiba Kameswara merasakan hawa kehadiran orang, tapi masih jauh di belakangnya. Bukan cuma satu, tapi ada dua dari arah yang berbeda. Dia Segera menghilangkan diri dengan mengusap bahu kirinya.
Kemudian Kameswara melesat naik ke salah satu pohon agar bisa melihat ke bawah. Terpaut jarak yang cukup jauh, di sebelah kiri dan kanan terlihat dua sosok yang sedang melesat naik ke puncak.Mereka menggunakan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi. Berlari di udara, kakinya berpijak dari pucuk ke pucuk pohon. Jika diperkirakan maka keduanya akan bertemu di satu titik, mungkin di puncak.Yang di sebelah kanan Kameswara sudah bisa menebak dari mana asal orang itu. Pakaian yang dikenakan berwarna merah darah. Siapa lagi kalau bukan orang Laskar Siluman Merah."Sudah kuduga, setiap benda berharga pasti sudah tercium oleh laskar kutu itu!"Kameswara alirkan tenaga dalam ke tangan kanan, lalu meninju udara. Mengirim pukulan jarak jauh ke arah sosokSi pendek kekar sudah bersiap lagi. Merasa ajian Banteng Wulung sudah bisa diatasi lawan, maka dia ganti serangan menggunakan ajian Karang Samudra.Golok khas Laskar Siluman Merah dikeluarkan lalu dialirkan hawa sakti ke dalamnya. Ajian yang seharusnya dipakai secara berkelompok digunakan sendiri dengan perantara golok.Wung!Golok dikibaskan, bola api melesat memburu mangsa. Kameswara sudah hapal dengan serangan ini.Dia keluarkan Kujang Bayangan untuk menangkap bola api hingga menyerap ke dalam. Si pendek kekar terkejut.Kameswara tertawa lantang. "Mainan ini aku sudah bosan menggunakannya!"Dedengkot Laskar Siluman Merah mengganti lagi dengan ajian Gunung Bitu. Sinar jingga berkelebat keluar dari ujung golok. Gerakannya lebih cepat daripada bola api.Kameswara hanya sempat menahan dengan bilah kujang yang dilebarkan. Kalau dulu dia sempat lolos dari ajian ini, sekarang tidak. Sinar jingga menghantam kujang.T
Pertarungan terhenti. Wajah pendekar berpedang panjang tampak penuh penyesalan. Seperti seorang yang gagal menjalankan tugas. Memang seperti itu adanya.Dia disebut Samurai, dan pedang panjangnya itu disebut Katana. Jauh-jauh datang dari negeri yang disebut Matahari Terbit untuk mendapatkan kitab yang berisi taktik tempur.Ternyata kemampuannya belum sepadan dengan sang penjaga kitab tersebut. Kehebatan si kakek itu ternyata jauh dari perkiraan.Padahal dia telah mengalahkan beberapa pendekar tangguh di negeri ini sebelumnya dengan mudah.Akhirnya daripada pulang menanggung malu karena kegagalannya, maka dia melakukan 'harakiri'. Kameswara sempat kaget melihat orang ini menusukkan pedangnya ke perut sendiri secara sadis.Sosok samurai terkulai melepaskan nyawanya. Kameswara menatap penuh tanya kepada si kakek yang hanya diam saja membiarkan hal itu terjadi.Si kakek malah tersenyum dan memberi isyarat agar Kameswara menghampiriny
"Wah, bukan ilmu silat ini mah!" ujar Kameswara.Si kakek mendelik matanya. "Sudah tahu kitab ilmu perang, bagaimana kamu ini?"Kameswara terkekeh. Di halaman awal setelah membuka sampulnya tertera nama-nama taktik perang dalam Pustaka Ratuning BalasarewuDiantaranya : Mandala Puspa, Gagak Nangtungan, Rangga Balik Pati, Bajra Panjara, Singhabihwa, Asumaliput, Gagaksangkur, Kidang Sumeka, Luwak Maturut, Tapak Sawetrik, Pakeprajurit, Prebusakti Lemahmrewasa, Ngalinggamanik, Bebahbuhaya, Merak Simpir, Cakrabihwa dan masih banyak lagi. Kitab kembali dimasukkan ke dalam kantong kain hitam."Sudah boleh aku bawa?""Silakan, dengan begitu tugasku selesai!" ujar Ki Ungkara melepaskan napas lega. Beban yang dipikul selama hidupnya kini seolah terangkat ke langit."Kakek percaya padaku?" goda Kameswara, tapi ada benarnya juga. Soalnya dia begitu mudah mendapatkannya tanpa rintangan yang berat sekalipun."Oh, percaya, lah. Kau juga
"Terus sekarang Guru mengajakku entah mau kemana, sebenarnya apa yang kita cari, Guru?" tanya Sokalima menumpahkan segala unek-uneknya.Sejak berangkat dari perguruan beberapa hari setelah pernikahan Citrawati, sang guru sama sekali belum memberi tahu apa tujuannya. Sokalima tahu-tahu mendapat perintah saja untuk menemani perjalanan gurunya."Mencari laki-laki yang telah memikat hati Citrawati!" jawab Nyai Padmasari tegas.Di atas pohon, Kameswara kembali terkejut. Bisa jadi Citrawati telah mengungkapkan isi hatinya sebelum menikah. Apalagi sang guru juga perempuan, jadi bisa mengerti perasaan sesama perempuan."Jadi ada laki-laki lain yang dicintai Citrawati?" Sokalima mulai penasaran."Ada, bahkan dia sampai rela menyerahkan kehormatannya!"Baik Sokalima juga Kameswara sama-sama menelan ludah. Rupanya gadis bertubuh jangkung itu berkata sejujur-jujurnya, pikir Kameswara."A-apa, dia bilang sendiri begitu?" cecar Sokali
"Aku hanya anak orang biasa yang teraniaya dan selalu ditindas karena aku anak yang lemah. Tidak bisa memiliki ilmu silat karena hanya memiliki jenis tulang Jelata," tutur Kameswara."Karena hinaan itu, maka aku terpaksa jadi pendekar. Beruntung aku punya paman yang baik yang mengantarkan aku bertemu dengan Kakek Kuncung Putih di hutan Mandapa. Di sanalah aku digembleng!" Kameswara menutup ceritanya.Nyai Padmasari pernah mendengar hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bertemu Ki Kuncung Putih. Berarti Kameswara termasuk generasi emas walaupun asalnya dia hanya memiliki jenis tulang Jelata.Dan terbukti dalam waktu yang singkat Kameswara sudah mencapai tahap yang luar biasa untuk orang seumurannya. Rasanya belum pernah ada generasi emas sebelumnya yang seperti ini.Wajah Nyai Padmasari tampak lembut, tidak garang seperti tadi. Hawa sakti yang terpancar perlahan menipis dan Sokalima sudah bisa menarik napas lega, dia sudah bisa berdiri bebas.
Kameswara kehilangan jejak Prabu Amuk Marugul dan pengawalnya. Mata saktinya tidak menemukan sosok mereka di kegelapan. Ini aneh, padahal tidak lama Kameswara segera menyusul mereka.Namun, baru sebentar saja dia sudah kehilangan jejak. Kameswara malah menemukan sebuah hutan yang cukup rapat pepohonannya. Hanya ada jalan setapak yang bisa dilewati. Keadaannya sangat gelap gulita karena dedaunan yang sangat lebat menghalangi cahaya bulan sabit di langit. Persis seperti berada di ruang hampa tak terhingga kalau tidak menggunakan mata sakti.Kameswara berjalan sangat waspada. Perasaannya mendadak tidak enak. Sepertinya dia salah jalan atau tersesat. Tiba-tiba terdengar suara angin terbelah oleh lesatan senjata.Tap!Tangan kanan Kameswara secara naluri bergerak sendiri menangkap sesuatu yang melesat dari arah depan."Senjata rahasia, pisau kecil," pekik Kameswara pelan setelah melihat benda digenggamannya. Pemuda ini mencoba mencer
Di depan sana memang batas hutannya, karena di sebelah depannya lagi ada sebuah tanah kosong, sepertinya kebun yang belum digarap.Sejauh lima tombak lagi ke ujung hutan. Hujan serangan senjata rahasia tiba-tiba lenyap. Kameswara geleng-geleng kepala lalu melangkah lagi.Namun, beberapa langkah lagi menuju ujung, tiba-tiba bertiup angin sangat kencang dan dahsyat bagaikan badai yang menghempas Kameswara agar kembali ke dalam hutan.Secara refleks Kameswara mendekap pohon terdekat agar tubuhnya tak terbawa angin. Dia salurkan tenaga dalam ke kaki. Sepasang Kujang Bayangan dijadikan perisai penahan badai.Kemudian Kameswara melangkah seperti sedang mendorong sesuatu yang besar di depannya. Posisi tubuhnya doyong ke depan.Hempasan angin badai ini begitu dahsyat. Kameswara sampai mengerahkan lebih dari setengah tenaga dalam yang dimilikinya.Dia seperti sedang bertarung melawan sepuluh orang pendekar Utama tingkat sembilan atau punc
"Paman, kenapa ada di sini?"Surya Kanta tidak menjawab. Jelas saja Kameswara tidak mengerti mengapa orang yang sudah meninggal bisa hidup lagi di sini. Apa ini yang disebut alam barzakh menurut Ahmad Jailani.Alam tempat menunggu datangnya hari kebangkitan lagi, tapi Kameswara kan masih hidup di alam dunia.Akhirnya dia tidak mempedulikan apa yang dilihat. Pikirannya kembali bahwa dia harus menghadapi ujian agar bisa kembali ke dunianya.Sosok Surya Kanta terlihat datar dengan wajah pucat pasi. Di tangannya tergenggam tongkat sepanjang tinggi tubuhnya. Tongkat dari baja berwarna hitam yang mengkilap.Kameswara sejenak merasa ragu menghadapi orang yang sangat dia hormati, tapi ini harus.Terlihat Surya Kanta mengangkat tongkat lurus ke depan sejajar dengan matanya. Energi buruk memancar lebih kuat lagi.Kameswara mempersiapkan diri, memunculkan Kujang Bayangan di tangan kanannya dan menunggu Surya Kanta yang lebih dulu m
"Dia masih bersemedi di puncak!" Yang menjawab adalah Arya Soka."Bersemedi!"Banyak tanda tanya muncul salam benak Puspa Arum. Bukankah dia murid baru? Pertama kali bertemu saja dia tidak memiliki kepandaian apa-apa.Lantas mengapa sekarang semedi? Hal yang dilakukan oleh seseorang yang sudah tinggi ilmunya."Sebenarnya siapa dia, Ayah?" tanya Puspa Arum lagi."Sebenarnya dia seorang pendekar besar,""Untuk apa bersemedi?" Si gadis sepertinya penasaran. Padahal tempo hari dia begitu kesal pada pemuda itu."Pada saat aku temukan dalam keadaan pingsan, semua cakranya tertutup sehingga kesaktiannya terkunci,""Dari mana asalnya?"Sekali lagi Puspa Arum dibuat tersipu malu saat ditatap dengan pandangan aneh."Memangnya aku tidak boleh bertanya?" lanjut si gadis.Karena memang tidak biasanya Puspa Arum banyak bertanya. Biasanya juga judes walaupun di depan ayah, ibu dan kakaknya. Bicara ha
Si jubah hitam tertawa lantang. "Kalau kalian tidak bisa melihat gerakanku, berarti kalian bukan tandinganku!"Dua murid padepokan saling pandang. Memang benar, rekannya tewas seketika tanpa terlihat gerakan si jubah hitam.Melihat wajah si jubah hitam sepertinya masih seumuran dengan mereka, tapi mimiknya yang kaku tampak seperti topeng. Bukan wajah aslinya."Bersiaplah menyusul kawan kalian!"Si jubah merah sudah bergerak lagi. Lebih cepat dari sebelumnya. Tahu-tahu ujung pedangnya sudah mengancam mereka.Trang! Trang!Dua murid hanya mempunyai kesempatan kecil. Masih beruntung bisa menangkis serangan si jubah hitam walau mereka harus tersurut mundur beberapa langkah.Tenaga dalam si jubah hitam ini tiga tingkat di atas mereka. Murid andalan padepokan Sagara Kaler ini memprediksikan hasil dari pertarungan ini.Namun, mereka tidak ingin mati sia-sia. Setidaknya lawan juga harus mendapatkan ajalnya. Maka keduany
Di puncak bukit padepokan Mega Sutra Ki Jagatapa mulai membantu Kameswara untuk membuka Cakra tersisa yang masih tertutup.Ki Jagatapa membantu dengan cara mengajak Kameswara bertarung. Pada awalnya si kakek melancarkan serangan pelan-pelan saja."Jangan menghindar, tapi lawan!"Kameswara mengikuti arahan Ki Jagatapa. Tidak menghindar serangan, tapi menyambut dengan memapak, menangkis bahkan beradu pukulan.Karena hanya menggunakan tenaga kasar, maka Kameswara melakukannya dengan hati-hati. Terutama keseimbangan dan kuda-kuda serta mengatur napas yang tepat.Demi mendapatkan kembali kesaktiannya Kameswara tidak peduli rasa sakit yang didapatkan ketika menangkis, memapak atau beradu pukulan.Berkali-kali Kameswara terjatuh dan mendapatkan luka lebam, tapi itu bukan masalah baginya. Tentu saja karena ada sabuk sakti.Kameswara tidak ubahnya orang yang benar-benar baru belajar silat.Semakin lama gerakan Ki Jagatap
Di kediaman Nyai Mintarsih.Si gadis mungil tampan bersungut-sungut sedang membalurkan ramuan obat pada tubuh Kameswara yang penuh luka.Pemuda ini melepas pakaian atasnya sehingga nampak bentuk tubuhnya kekar dan gagah meski penuh goresan luka.Kameswara senyum-senyum penuh kemenangan. Rasanya cukup setimpal atas apa yang didapatkan sebelumnya.Diobati oleh tangan mungil nan indah seorang gadis cantik putrinya sang guru padepokan.Nyai Mintarsih sudah tahu akan datangnya Kameswara atas suruhan suaminya. Wanita ini pernah melihat Kameswara sewaktu dalam keadaan pingsan saat dibawa oleh Ki Jagatapa.Tentu saja karena untuk menuju ke padepokan atas harus melewati padepokan bawah dulu.Ketika sang putri melaporkan, Nyai Mintarsih sudah menduga pasti ada kesalahpahaman. Begitu melihat siapa yang ditangkap, dia langsung membebaskan Kameswara.Sebagai bentuk tanggung jawab atas kesalahpahaman ini, Puspa Arum si gadis
Tiga murid ini langsung tertahan dan tersurut mundur ketika melihat siapa yang datang."Guru!" sahut ketiganya serempak.Ternyata Ki Jagatapa yang datang. Kameswara tetap bersikap datar, sementara tiga murid tampak ketakutan dengan wajah menunduk. Bukankah sang guru sudah mewanti-wanti agar jangan membuat masalah dengan Kameswara?"Pergilah, kalian tidak tahu yang sebenarnya!"Sedikit lega akhirnya tiga murid ini melangkah pergi ke asrama. Beruntung mereka tidak diberikan hukuman."Terima kasih, Kek!" ucap Kameswara."Lanjutkan latihanmu!""Baik, Kek!"Ki Jagatapa sudah pergi lagi. Kameswara melanjutkan olah napas yang sempat terhenti. Dia belum bisa semedi jadi hanya olah napas saja.Kameswara seperti kembali ke masa awal ketika berlatih di hutan Balida di bawah bimbingan Ki Kuncung Putih. Untungnya dia masih hapal isi kitab Jaya Buana.Sampai larut malam Kameswara belum berhenti dengan kegiat
Ada sekitar lima orang berseragam jubah hitam yang ada penutup kepalanya. Kuda tunggangan mereka tampak gagah. Sepertinya kuda pilihan.Karena jarak yang begitu jauh, Kameswara tidak bisa melihat wajah mereka. Ditambah penutup kepala yang begitu lebar sampai menyembunyikan wajah mereka.Untungnya pasukan berkuda itu tidak menuju ke padepokan Mega Sutra. Jalan kecil menuju kaki bukit di mana terdapat padepokan putri dilewati begitu saja."Siapa mereka?" Kameswara menghentikan gerakannya.Dia belum banyak tahu segala hal tentang jaman yang ditinggalinya sekarang. Dia harus banyak bertanya kepada Arya Soka atau Ki Jagatapa langsung.Setelah gerombolan berjubah hitam dan berkuda tadi menghilang di kejauhan, Kameswara melanjutkan kembali latihannya.Sudah puluhan kali Kameswara mengulang gerakannya. Memang tidak merasakan lelah karena ada sabuk sakti, tapi tetap merasakan ada perubahan.Apa yang berubah?Pernapasanny
Ketika Arya Soka menanyakan perihal Kameswara yang menjadi buronan, si pemuda dari masa depan ini menjelaskan dengan gamblang seperti yang dia alami."Kalau aku buronan, memang benar. Karena aku kabur dari penjara istana, tapi kalau tidak kabur aku dituduh sesuatu yang tidak aku lakukan!"Kameswara bisa menebak pihak kerajaan tidak akan percaya dengan keterangannya. Mereka akan terus menyiksanya sampai mengaku.Kalau begitu terus dia tidak punya waktu untuk membuka kembali ketujuh cakranya.Arya Soka mengerti keadaan Kameswara yang bingung di tempat atau lebih tepatnya di jaman yang asing baginya.Lebih dari itu Kameswara juga harus memikirkan bagaimana caranya kembali ke masanya dan juga menemukan istrinya."Sebenarnya aku masih kurang percaya tentang asal usulmu, aku ingin mengujimu. Jika kau benar-benar datang dari masa depan, pasti mengetahui apa yang akan terjadi di negeri ini khususnya!"Sebelum menjawab Kameswara
Setelah lewat 'sareupna' ada tujuh murid yang mendapat giliran pelatihan khusus malam. Mereka dilatih oleh Arya Soka.Anak laki-laki Ki Jagatapa ini memang ilmunya paling tinggi sehingga dipercaya melatih murid yang lain.Kemudian ada empat orang yang mendapat giliran ronda. Mereka tidak hanya meronta di padepokan putra, tapi juga menjaga padepokan putri di bawah.Sementara Kameswara mulai membuka kitab yang dipinjamkan Ki Jagatapa di kamarnya. Untungnya jenis tulisannya tidak beda dengan kitab Jaya Buana.Pada saat membaca Kameswara menemukan ada inti sari kalimat yang sama dengan kitab Jaya Buana. Muncullah ide untuk menggabungkan keduanya.Yang jadi masalah ternyata Kameswara tidak bisa melakukan semedi. Karena cakranya tertutup, aliran napasnya tidak bisa bercampur dengan aliran darah.Jadi dia merasa percuma saja semedi yang tidak ubahnya hanya untuk menenangkan pikiran. Sementara napasnya tidak bisa diolah untuk mengendalik
Kameswara membuka kedua matanya. Dia mendapati dirinya terbaring di atas bale bambu. Sesaat matanya memicing menyesuaikan dengan cahaya.Cahaya sang penerang jagat ini masuk melalui celah-celah atap bangunan di mana Kameswara berada."Di mana aku?"Kameswara bangun duduk, mengitarkan pandangan. Rupanya dia berada salam sebuah ruangan semacam rumah kecil.Ada banyak perabotan di sudut belakang dekat pintu belakang yang terbuka. Ada satu lagi bale bambu yang sama besar, letaknya bersebelahan dengan bale yang ditempati Kameswara.Pemuda ini mengingat kejadian sebelumnya. Dia menyaksikan dua orang kuat bertarung dan dia terkena dampak pukulan sakti keduanya sampai pingsan.Lalu begitu bangun sudah berada di tempat ini. Berarti ada orang yang membawanya ketika pingsan. Siapa orang ini?"Luar biasa!" Seseorang berujar. Suaranya agak serak dan sedikit gemetar.Dari pintu depan masuk seorang kakek berpakaian serba putih