Eyang Reksa Jagad adalah pertapa yang memiliki kesaktian paripurna, seluruh kesaktian yang ia miliki digunakan untuk menumpas kejahatan yang ada di muka bumi, hingga pada titik akhirnya dia harus pergi meninggalkan dunia ini dengan cara muksa (Pelepasan Roh) di dalam Goa yang terletak disebuah lereng gunung. Perjuangannya menumpas kejahatan tidak lah berhenti meskipun dia telah mati. Karena sebelum pergi dia telah berpesan pada Biswara untuk menjaga jasadnya dari tangan-tangan jahat yang hendak memanfaatkannya sebagai sumber kesaktian. Dan tak ayal lagi perburuan mayat Eyang Reksa pun dimulai, dari kalangan pendekar aliran putih hingga aliran hitam dengan niat dan tujuan mereka masing-masing, lalu akan kah mayat sakti Eyang Reksa jatuh ke salah satunya? Dan bencana apa bila mayat sakti itu sampai jatuh ke tangan pendekar jahat? Ikutilah kisah selanjutnya hanya di Pendekar Mayat Bertuah.
Lihat lebih banyak"Bisawara ..." panggil Eyang Reksa.
"Iya Eyang," sahut Biswara sambil bergegas menghampiri Eyang Reksa.
"Ada apa Eyang?"
"Kemarilah ada yang ingin eyang sampaikan kepadamu," ujar Eyang Reksa.
Lalu Biswara pun duduk bersimpuh di depan Eyangnya itu.
"Duduk bersila jangan bersimpuh seperti itu!" seru Eyang Reksa.
"Seperti yang eyang janjikan dulu.. bahwa kamu akan Eyang beri batu mustika "Pager Rogo" dan saat ini sudah tiba waktunya kamu untuk menerimanya," ujar Eyang sambil menatap cucunya itu.
"Apa kegunaan mustika itu Eyang?" tanya Biswara.
"Sesuai namanya, batu ini akan memberi perlindungan kepadamu dari orang-orang yang hendak berbuat jahat."
"Dan dengan kekuatan batu ini pula kamu akan bisa membuka pintu Goa tempat jasad Eyang nanti."
"Ingat pesan eyang cucuku, setelah Eyang nanti meninggal hanya kamulah yang bisa mengunjungi jasad Eyang, nanti jasad eyang akan berada di sebuah Goa yang berada lereng gunung Arga Pura itu," ucap pertapa sakti yang bernama Eyang Reksa.
"Apakah secepat ini Eyang akan meninggalkan aku?" tanya Biswara sambil menatap laki-laki tua yang ada di depannya itu.
"Jatah umur Eyang sudah habis cucuku, namun meski begitu jasad Eyang nanti tidak akan pernah membusuk, Eyang akan melepaskan nyawa ini di dalam Goa di lereng gunung Arga Pura itu."
"Baiklah Eyang," jawab pemuda cacat yang memiliki nama Biswara itu.
"Kamu tidak perlu takut jika ada orang yang hendak berbuat jahat kepadamu, selama batu yang akan Eyang berikan ini tetap berada di dalam tubuhmu."
Lalu Eyang Reksa pun duduk bersila berhadapan dengan Biswara.
Sesaat kemudian nampak Eyang Reksa memejamkan kedua mata dengan telapak tangan mengepal di atas kedua lututnya sambil mulut komat-kamit membaca mantra.
Seiring dengan berhentinya mulut eyang, tiba-tiba keluar asap dan sinar kuning kemerah-merahan dari kedua telapak tangannya yang masih mengepal itu.
Semakin lama asap yang keluar itu semakin tebal hingga sinar yang memancar dari kepalan tangan itupun tidak bisa jelas menerangi.
Saking pekatnya asap itu Biswara yang duduk berhadapan itupun tidak lagi bisa melihat Eyangnya tersebut.
Namun meski ruangan rumah kayu itu penuh dengan asap, tetapi Biswara tidak merasakan pengap apalagi sesak, tidak sama sekali, justru Biswara mencium aroma harum disertai udara yang terasa dingin sejuk.
Sejurus kemudian terdengar dari mulut Eyang Reksa suara seperti orang yang mengeluarkan kekuatan dari dalam tubuhnya.
"Hep! Hiaah ..."
Bersamaan dengan itu tiba-tiba asap yang menyelimuti ruangan itu berangsur-angsur hilang, dan sinar yang keluar dari kepalan tangan Eyang Reksa pun perlahan berubah menjadi putih kebiru-biruan.
Begitu ruangan itu telah menjadi terang Biswara melihat telapak tangan kanan Eyang Reksa diangkat ke atas seperti menggenggam sesuatu dengan telapak tangan kiri didekapkan ke dada.
"Buka bajumu Nak dan kemarilah agak mendekat ke Eyang," pinta Eyang Reksa
"Baik Eyang," nampak Biswara pun segera menanggalkan bajunya dan langsung menggeser duduknya itu kedepan hingga lututnya menempel dengan lutut Eyang Reksa.
Lalu dengan perlahan Eyang Reksa menurunkan kepalan tangannya itu dan langsung menempelkan dengan sedikit menepukkan ke dada Biswara, "Hepp!".
Biswara pun merasakan seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam dadanya, dan sesudah itu dia merasakan tubuhnya terasa lebih ringan dan lebih segar bugar.
"Saat ini di dalam tubuhmu sudah bersarang batu mustika putih "Pager Rogo" yang akan memberimu kekuatan dan melindungimu dari orang yang hendak berbuat jahat."
"Meskipun begitu Eyang tidak menghendaki kamu menjadi seorang pendekar, jika tidak dirasa perlu, jangan sekali-kali kamu bertarung kecuali hanya untuk melindungi diri saja, tetap lah kamu tinggal disini."
"Pada saatnya nanti akan banyak orang yang menginginkan jasad Eyang untuk dijadikan sebagai kekuatan."
"Karena barang siapa yang bisa memiliki jasad Eyang dia akan memiliki kekuatan yang tidak bisa dikalahkan oleh pendekar manapun kecuali kamu."
"Dan pada saatnya kelak, kamu pun juga harus menyerahkan batu mustika putih itu kepada orang yang memang sudah ditakdirkan menjadi pendekar penumpas kejahatan di muka bumi ini, dan pendekar itulah yang selayaknya mendapatkan jasad Eyang nanti."
"Siapakah kiranya pendekar itu Eyang?" tanya Biswara.
"Belum saatnya kamu tahu sekarang, yang menjadi tugas kamu adalah menjaga Goa itu dari tangan-tangan jahat yang hendak mencuri jasad Eyang."
"Baiklah Eyang, akan selalu saya ingat pesan Eyang," balas pemuda berumur delapan belas tahun itu.
"Kalau begitu Eyang akan pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik," ujar Eyang Reksa sambil menepuk-nepuk pundak Biswara sebelum akhirnya pergi meninggalkannya.
Wusss ...!!!
Secepat kilat tubuh Eyang Reksa pun menghilang tertutup kabut yang menyelimuti kaki gunung Argapura itu.
Biswara berdiri memandang ke arah Eyangnya pergi, lalu sesaat kemudian dia pun kembali masuk ke dalam rumah.
Sementara itu setibanya di mulut Goa tiba-tiba ada sekelebat tiga bayangan manusia yang menghantam tubuh Eyang Reksa.
"Hep, hiak..hiak..hiak!" Sergap tiga bayangan itu menghantam tubuh Eyang Reksa secara beruntun, meskipun sempat terhempas dan terjatuh Eyang Reksa pun segera bangkit.
"Hahaha ... mau pergi ke mana kau Reksa?" tegur salah seorang dari tiga pendekar aliran hitam itu.
"Mau apa lagi mencari aku? Apa kamu belum merasa cukup dengan kekalahan yang kau derita kemarin?" tanya Eyang Reksa sambil memandang ketiga pria yang ada di depannya itu.
"Cuih! Bedebah! Jangan sombong kau Reksa! Kemarin kamu boleh mengalahkan aku tapi tidak untuk saat ini!" sergah pendekar yang berjuluk Bagaspati itu.
"Eh, eh, eh, eh, memang apa bedanya kamu yang sekarang dengan yang kemaren? Apa karena kamu sekarang bertiga?"
"Hey Reksa Jagat! Jangan kau kira kedatanganku ini untuk membantu Bagaspati dalam menghadapimu, kami berdua kesini karena ingin membalas kematian guruku," sahut pendekar yang bernama Kolonyowo itu.
"Benar, selama kita belum bisa membawa kepalamu ke pusara Eyang Guru Gundala Sakti kita tidak akan pernah kembali, lebih baik kami mati dari pada hidup dengan menanggung dendam!!" timpal Jakawulung
"Oh begitu, bagus.. aku hargai keberanian dan pengorbanan kalian untuk guru kalian itu, dan dengan berkumpulnya kalian bertiga disini, itu akan lebih memudahkan bagiku untuk menghantarkan kalian menyusul mereka," timpal Eyang Reksa dengan tenangnya.
"Keparat jaga ucapanmu itu dan terimalah ini hiak ...!" serang Jakawulung dengan brutalnya.
Meski mendapat serangan secara tiba-tiba dan brutal namun dengan mudahnya Eyang Reksa menghindar, dan nampak disini kesakitan Eyang Reksa jauh diatas lawannya itu.
Melihat Jakawulung seperti diremehkan oleh Eyang Reksa Jagat, Bagaspati dan Kolonyowo pun tidak tinggal diam mereka berdua pun langsung ikut menyerang.
Setelah mendapatkan tambahan lawan, Eyang Reksa yang semula meladeni Jakawulung dengan berdiri kini malah mengambil posisi duduk dengan menggunakan tongkatnya sebagai tunggangan.
Dan anehnya lagi tubuh Eyang Reksa mulai pinggang ke atas bisa berputar tiga ratus enam puluh derajat laksana sebuah Kincir angin yang bisa berubah arah putarnya sesuai arah angin yang meniup.
Sehingga meskipun dia dikepung oleh tiga pendekar sekaligus namun sedikitpun serangan yang mereka lancarkan itu bisa mengenai dirinya dan bahkan selalu bisa ditangkisnya dengan mudah.
Melihat keanehan gerak tubuh Eyang Reksa itu Jakawulung nampak mundur sedikit untuk mengambil jarak, lalu setelah dirasa tepat waktunya dia pun bergerak merendah sambil mensleding tongkat yang diduduki oleh Eyang Reksa itu.
Heppp!
Ssttt!
Kontan saja karena saking kerasnya gerakan sleding dari Jakawulung itu maka tongkat itupun terpental dan langsung patah.
Setelah tongkat yang didudukinya itu patah, bukannya jatuh atau ikutan terpental tubuh Eyang Reksa malah terbang ke atas dengan posisi masih duduk bersila.
Setelah merasa serangannya belum bisa melumpuhkan lawannya, yaitu si pertapa sakti Eyang Reksa Jagat, ketiga pendekar itupun nampak menghentikan sejenak serangannya.
Mereka terlihat seperti merencanakan sesuatu kepada eyang Reksa Jagat.
Bersambung ...
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen