Pendekar Mayat Bertuah.

Pendekar Mayat Bertuah.

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-15
Oleh:  Mas_Hudi_6902On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
8.8
150 Peringkat. 150 Ulasan-ulasan
255Bab
152.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Eyang Reksa Jagad adalah pertapa yang memiliki kesaktian paripurna, seluruh kesaktian yang ia miliki digunakan untuk menumpas kejahatan yang ada di muka bumi, hingga pada titik akhirnya dia harus pergi meninggalkan dunia ini dengan cara muksa (Pelepasan Roh) di dalam Goa yang terletak disebuah lereng gunung. Perjuangannya menumpas kejahatan tidak lah berhenti meskipun dia telah mati. Karena sebelum pergi dia telah berpesan pada Biswara untuk menjaga jasadnya dari tangan-tangan jahat yang hendak memanfaatkannya sebagai sumber kesaktian. Dan tak ayal lagi perburuan mayat Eyang Reksa pun dimulai, dari kalangan pendekar aliran putih hingga aliran hitam dengan niat dan tujuan mereka masing-masing, lalu akan kah mayat sakti Eyang Reksa jatuh ke salah satunya? Dan bencana apa bila mayat sakti itu sampai jatuh ke tangan pendekar jahat? Ikutilah kisah selanjutnya hanya di Pendekar Mayat Bertuah.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Eyang Reksa Jagad

"Bisawara ..." panggil Eyang Reksa.

"Iya Eyang," sahut Biswara sambil bergegas menghampiri Eyang Reksa.

"Ada apa Eyang?"

"Kemarilah ada yang ingin eyang sampaikan kepadamu," ujar Eyang Reksa.

Lalu Biswara pun duduk bersimpuh di depan Eyangnya itu.

"Duduk bersila jangan bersimpuh seperti itu!" seru Eyang Reksa. 

"Seperti yang eyang janjikan dulu.. bahwa kamu akan Eyang beri batu mustika "Pager Rogo" dan saat ini sudah tiba waktunya kamu untuk menerimanya," ujar Eyang sambil menatap cucunya itu.

"Apa kegunaan mustika itu Eyang?" tanya Biswara. 

"Sesuai namanya, batu ini akan memberi perlindungan kepadamu dari orang-orang yang hendak berbuat jahat." 

"Dan dengan kekuatan batu ini pula kamu akan bisa membuka pintu Goa tempat jasad Eyang nanti."

"Ingat pesan eyang cucuku, setelah Eyang nanti meninggal hanya kamulah yang bisa mengunjungi jasad Eyang, nanti jasad eyang akan berada di sebuah Goa yang berada lereng gunung Arga Pura itu," ucap pertapa sakti yang bernama Eyang Reksa. 

"Apakah secepat ini Eyang akan meninggalkan aku?" tanya Biswara sambil menatap laki-laki tua yang ada di depannya itu. 

"Jatah umur Eyang sudah habis cucuku, namun meski begitu jasad Eyang nanti tidak akan pernah membusuk, Eyang akan melepaskan nyawa ini di dalam Goa di lereng gunung Arga Pura itu." 

"Baiklah Eyang," jawab pemuda cacat yang memiliki nama Biswara itu. 

"Kamu tidak perlu takut jika ada orang yang hendak berbuat jahat kepadamu, selama batu yang akan Eyang berikan ini tetap berada di dalam tubuhmu." 

Lalu Eyang Reksa pun duduk bersila berhadapan dengan Biswara. 

Sesaat kemudian nampak Eyang Reksa memejamkan kedua mata dengan telapak tangan mengepal di atas kedua lututnya sambil mulut komat-kamit membaca mantra. 

Seiring dengan berhentinya mulut eyang, tiba-tiba keluar asap dan sinar kuning kemerah-merahan dari kedua telapak tangannya yang masih mengepal itu. 

Semakin lama asap yang keluar itu semakin tebal hingga sinar yang memancar dari kepalan tangan itupun tidak bisa jelas menerangi. 

Saking pekatnya asap itu Biswara yang duduk berhadapan itupun tidak lagi bisa melihat Eyangnya tersebut. 

Namun meski ruangan rumah kayu itu penuh dengan asap, tetapi Biswara tidak merasakan pengap apalagi sesak, tidak sama sekali, justru Biswara mencium aroma harum disertai udara yang terasa dingin sejuk. 

Sejurus kemudian terdengar dari mulut Eyang Reksa suara seperti orang yang mengeluarkan kekuatan dari dalam tubuhnya. 

"Hep! Hiaah ..." 

Bersamaan dengan itu tiba-tiba asap yang menyelimuti ruangan itu berangsur-angsur hilang, dan sinar yang keluar dari kepalan tangan Eyang Reksa pun perlahan berubah menjadi putih kebiru-biruan. 

Begitu ruangan itu telah menjadi terang Biswara melihat telapak tangan kanan Eyang Reksa diangkat ke atas seperti menggenggam sesuatu dengan telapak tangan kiri didekapkan ke dada.

"Buka bajumu Nak dan kemarilah agak mendekat ke Eyang," pinta Eyang Reksa

"Baik Eyang," nampak Biswara pun segera menanggalkan bajunya dan langsung menggeser duduknya itu kedepan hingga lututnya menempel dengan lutut Eyang Reksa. 

Lalu dengan perlahan Eyang Reksa menurunkan kepalan tangannya itu dan langsung menempelkan dengan sedikit menepukkan ke dada Biswara, "Hepp!".

Biswara pun merasakan seperti ada sesuatu yang masuk ke dalam dadanya, dan sesudah itu dia merasakan tubuhnya terasa lebih ringan dan lebih segar bugar. 

"Saat ini di dalam tubuhmu sudah bersarang batu mustika putih "Pager Rogo" yang akan memberimu kekuatan dan melindungimu dari orang yang hendak berbuat jahat."

"Meskipun begitu Eyang tidak menghendaki kamu menjadi seorang pendekar, jika tidak dirasa perlu, jangan sekali-kali kamu bertarung kecuali hanya untuk melindungi diri saja, tetap lah kamu tinggal disini." 

"Pada saatnya nanti akan banyak orang yang menginginkan jasad Eyang untuk dijadikan sebagai kekuatan."

"Karena barang siapa yang bisa memiliki jasad Eyang dia akan memiliki kekuatan yang tidak bisa dikalahkan oleh pendekar manapun kecuali kamu." 

"Dan pada saatnya kelak, kamu pun juga harus menyerahkan batu mustika putih itu kepada orang yang memang sudah ditakdirkan menjadi pendekar penumpas kejahatan di muka bumi ini, dan pendekar itulah yang selayaknya mendapatkan jasad Eyang nanti."

"Siapakah kiranya pendekar itu Eyang?" tanya Biswara. 

"Belum saatnya kamu tahu sekarang, yang menjadi tugas kamu adalah menjaga Goa itu dari tangan-tangan jahat yang hendak mencuri jasad Eyang."

"Baiklah Eyang, akan selalu saya ingat pesan Eyang," balas pemuda berumur delapan belas tahun itu. 

"Kalau begitu Eyang akan pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik," ujar Eyang Reksa sambil menepuk-nepuk pundak Biswara sebelum akhirnya pergi meninggalkannya. 

Wusss ...!!! 

Secepat kilat tubuh Eyang Reksa pun menghilang tertutup kabut yang menyelimuti kaki gunung Argapura itu.

Biswara berdiri memandang ke arah Eyangnya pergi, lalu sesaat kemudian dia pun kembali masuk ke dalam rumah. 

Sementara itu setibanya di mulut Goa tiba-tiba ada sekelebat tiga bayangan manusia yang menghantam tubuh Eyang Reksa. 

"Hep, hiak..hiak..hiak!" Sergap tiga bayangan itu menghantam tubuh Eyang Reksa secara beruntun, meskipun sempat terhempas dan terjatuh Eyang Reksa pun segera bangkit. 

"Hahaha ... mau pergi ke mana kau Reksa?" tegur salah seorang dari tiga pendekar aliran hitam itu. 

"Mau apa lagi mencari aku? Apa kamu belum merasa cukup dengan kekalahan yang kau derita kemarin?" tanya Eyang Reksa sambil memandang ketiga pria yang ada di depannya itu. 

"Cuih! Bedebah! Jangan sombong kau Reksa! Kemarin kamu boleh mengalahkan aku tapi tidak untuk saat ini!" sergah pendekar yang berjuluk Bagaspati itu. 

"Eh, eh, eh, eh, memang apa bedanya kamu yang sekarang dengan yang kemaren? Apa karena kamu sekarang bertiga?"

"Hey Reksa Jagat! Jangan kau kira kedatanganku ini untuk membantu Bagaspati dalam menghadapimu, kami berdua kesini karena ingin membalas kematian guruku," sahut pendekar yang bernama Kolonyowo itu. 

"Benar, selama kita belum bisa membawa kepalamu ke pusara Eyang Guru Gundala Sakti kita tidak akan pernah kembali, lebih baik kami mati dari pada hidup dengan menanggung dendam!!" timpal Jakawulung

"Oh begitu, bagus.. aku hargai keberanian dan pengorbanan kalian untuk guru kalian itu, dan dengan berkumpulnya kalian bertiga disini, itu akan lebih memudahkan bagiku untuk menghantarkan kalian menyusul mereka," timpal Eyang Reksa dengan tenangnya. 

"Keparat jaga ucapanmu itu dan terimalah ini hiak ...!" serang Jakawulung dengan brutalnya. 

Meski mendapat serangan secara tiba-tiba dan brutal namun dengan mudahnya Eyang Reksa menghindar, dan nampak disini kesakitan Eyang Reksa jauh diatas lawannya itu. 

Melihat Jakawulung seperti diremehkan oleh Eyang Reksa Jagat, Bagaspati dan Kolonyowo pun tidak tinggal diam mereka berdua pun langsung ikut menyerang. 

Setelah mendapatkan tambahan lawan, Eyang Reksa yang semula meladeni Jakawulung dengan berdiri kini malah mengambil posisi duduk dengan menggunakan tongkatnya sebagai tunggangan. 

Dan anehnya lagi tubuh Eyang Reksa mulai pinggang ke atas bisa berputar tiga ratus enam puluh derajat laksana sebuah Kincir angin yang bisa berubah arah putarnya sesuai arah angin yang meniup. 

Sehingga meskipun dia dikepung oleh tiga pendekar sekaligus namun sedikitpun serangan yang mereka lancarkan itu bisa mengenai dirinya dan bahkan selalu bisa ditangkisnya dengan mudah. 

Melihat keanehan gerak tubuh Eyang Reksa itu Jakawulung nampak mundur sedikit untuk mengambil jarak, lalu setelah dirasa tepat waktunya dia pun bergerak merendah sambil mensleding tongkat yang diduduki oleh Eyang Reksa itu. 

Heppp!

Ssttt! 

Kontan saja karena saking kerasnya gerakan sleding dari Jakawulung itu maka tongkat itupun terpental dan langsung patah. 

Setelah tongkat yang didudukinya itu patah, bukannya jatuh atau ikutan terpental tubuh Eyang Reksa malah terbang ke atas dengan posisi masih duduk bersila. 

Setelah merasa serangannya belum bisa melumpuhkan lawannya, yaitu si pertapa sakti Eyang Reksa Jagat, ketiga pendekar itupun nampak menghentikan sejenak serangannya. 

Mereka terlihat seperti merencanakan sesuatu kepada eyang Reksa Jagat.

Bersambung ... 

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
79%(119)
9
1%(1)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
1%(2)
3
1%(1)
2
2%(3)
1
16%(24)
8.8 / 10.0
150 Peringkat · 150 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Aldho Alfina
Permisi, Numpang neduh thor "Penguasa Dewa Naga" Seorang sampah yang ternyata memiliki identitas luar biasa di belakangnya. bulan ini gas 3 bab/hari
2023-03-03 03:16:56
0
user avatar
Bebby
Mampur kak di karyaku, 1. Pendekar Serigala Putih 2. Perjalanan Sang Pendekar Naga Iblis Update terus sampai Tamat. Dukung ya kak ... Thanks. Semangat terus Kak Author!
2022-12-05 12:43:06
1
user avatar
JeoseoungSaja
Sukses dan sehat selalu thor! Salam dari Soul System. Dewa Kematian yang bereinkarnasi setelah menantang Dewa Agung.
2022-12-04 02:08:46
0
user avatar
JP
Ijin promote ya thor... Legenda Pedang Naga Emas update tiap hari weekday 1-3 Bab weekend 3-5 Bab
2022-11-01 22:11:51
0
user avatar
Hwat703
Penggemar cersil jaman KPH bisa mampir ke ... Pendekar Seruling Sakti. Ditunggu dukungannya ya Kak ... Semangat Thor....
2022-10-12 14:16:43
0
user avatar
KSATRIA PENGEMBARA
Numpang promo y kk LEGENDA RAJA PENDEKAR Kisah perjalanan seorang pendekar muda bernama Jiu Long, hingga mencapai tingkat derajat tertinggi di dunia kependekaran saat itu. Menjadi orang nomor 1 di dunia persilatan dan mendapat julukan sebagai RAJA PENDEKAR. Jangan lupa mampir ya. Terima kasih...
2022-09-16 16:13:25
0
user avatar
Rossi Lee
baca novel ini juga y pemuda yang tidak terduga
2022-09-15 01:50:59
0
user avatar
JeoseoungSaja
Semangat Thor.. Titip Pesan, Mampir Ke Soul System. Menjadi Pendekar Dewa Kematian dengan Sistem, sudah 136 Bab.
2022-07-25 09:48:23
0
user avatar
Bebby
salam dari kirana PENDEKAR SERIGALA PUTIH
2022-07-22 16:03:29
0
user avatar
Hakayi
Salam dari Tanaka LEGENDA PENDEKAR BURUK RUPA.
2022-07-20 19:29:25
0
user avatar
Aldi pga
Legenda Galuh Tapa Mampir. bagus ceritanya
2022-07-06 19:57:08
0
user avatar
Zhu Phi
Salam dari Penguasa Kristal Naga
2022-07-02 12:19:44
0
user avatar
Zhu Phi
Semoga cepat update lagi thor Sayang kalau belum tamat Salam dari Pendekar Naga Biru
2022-06-13 15:59:41
0
default avatar
ady_lazuardy
Penulis Bangke ini kembali hilang.
2022-06-08 03:36:35
0
user avatar
Aldi pga
Numpang promo kak, mampir ke novel legenda Galuh Tapa, kali aja ada yang mau membaca tulisan sederhana ini, ditunggu ya kak
2022-06-07 19:12:29
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 10
255 Bab
Eyang Reksa Jagad
"Bisawara ..." panggil Eyang Reksa."Iya Eyang," sahut Biswara sambil bergegas menghampiri Eyang Reksa."Ada apa Eyang?""Kemarilah ada yang ingin eyang sampaikan kepadamu," ujar Eyang Reksa.Lalu Biswara pun duduk bersimpuh di depan Eyangnya itu."Duduk bersila jangan bersimpuh seperti itu!" seru Eyang Reksa. "Seperti yang eyang janjikan dulu.. bahwa kamu akan Eyang beri batu mustika "Pager Rogo" dan saat ini sudah tiba waktunya kamu untuk menerimanya," ujar Eyang sambil menatap cucunya itu."Apa kegunaan mustika itu Eyang?" tanya Biswara. "Sesuai namanya, batu ini akan memberi perlindungan kepadamu dari orang-orang yang hendak berbuat jahat." "Dan dengan kekuatan batu ini pula kamu akan bisa membuka pintu Goa tempat jasad Eyang nanti.""Ingat pesan eyang cucuku, setelah Eyang nanti meninggal hanya kamulah yang bisa mengunjungi jasad Eyang, nanti jasad eyang akan berada di sebuah Goa yang berada lereng gu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-02-22
Baca selengkapnya
Pager Rogo
Melihat lawannya berhenti menyerang dan mengambil posisi mundur Eyang Reksa yang masih berada di awang-awangpun langsung turun ke tanah dan berdiri. Dan disaat Eyang Reksa masih menunggu serangan dari lawan-lawannya itu tiba-tiba terdengar bisikan gaib yang dia rasakan. 'Reksa Jagat ... Reksa Jagat ... ini Eyang cucuku ...' Suara gaib itu memanggilnya. Mendapat panggilan gaib dari gurunya, Eyang Reksa pun segera duduk dengan mengambil posisi semedi. 'Sendiko dawuh guru Acarya ... salam hormat dari muridmu ini' Jawab Eyang Reksa dalam komunikasi batinnya itu. Nampak Eyang Reksa menundukkan kepala seperti orang yang sedang memberi sebuah penghormatan. 'Sudah tiba saatnya engkau menyusul aku dan para leluhurmu untuk menghadap Sang Hyang Widhi Wasa, sudah cukup pengabdianmu untuk menjaga serta menumpas kejahatan yang ada di muka bumi ini Reksa ...' 'Dan ketahuilah meski nyawamu telah kembali ke alam baka namun kelak jasadmu akan terus berjuang menjadi pendamping seorang pendekar ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-02-22
Baca selengkapnya
Pendekar Sial
Namun kejadian yang serupa dengan Bagaspati pun kembali terulang, setelah berkali-kali menghujani tubuh Eyang Reksa dengan tombaknya itu dan sama sekali tidak bisa melukai, akhirnya tombak dan tubuhnya pun juga ikut hancur dan terbakar. Sementara itu melihat kedua temannya telah hancur lebur tewas menemui ajalnya dengan sangat mengenaskan, Jakawulung yang sedaritadi masih berdiri ditempatnya itu, kini bermaksud untuk menyelamatkan diri. 'Benar-benar luar biasa pertapa sakti itu. Aku tidak mau mati konyol seperti Kolonyowo dan Bagaspati, lebih baik aku menyelamatkan diri saja,' ucapnya dalam hati. Namun karena masih merasa penasaran dengan tubuh manusia sakti si Eyang Reksa Jagat, maka Jakawulung pun bermaksud untuk bersembunyi dibalik bongkahan batu dan semak-semak sambil mengawasi tubuh Eyang Reksa itu. Dan dari tempatnya sembunyi Jakawulung melihat tubuh Eyang Reksa mengeluarkan sinar putih
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-02-25
Baca selengkapnya
Sial Yang Tak Berujung
Lalu begitu terbangun jakawulung melihat sinar rembulan dari celah batu yang berhasil dia geser kemarin. Kemudian dia pun bangkit dan berjalan mendekati celah itu. "Oh ... kiranya ini sudah hampir fajar, semalam aku tertidur pulas sekali dan badanku sekarang terasa sakit dan pegal-pegal," tutur Jakawulung dengan mata menerawang keluar goa. Lalu diapun menghentak-hentakkan kakinya ke lantai goa sambil mengibas-ngibaskan tangan untuk sekedar melemaskan otot-otot. "Perutku terasa lapar sekali sudah dua hari ini aku belum makan," ujarnya sambil kembali duduk bersandar pada batu yang menutup mulut goa itu. "Eyang Reksa ... kenapa semalam engkau tidak memberiku minum seperti kemarin? Andai saja engkau memberiku minum tentu hari ini aku bisa melanjutkan mendorong batu ini," ujar Jakawulung sambil menatap langit-langit goa yang mulai terlihat karena dapat sorot dari celah batu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-02-25
Baca selengkapnya
Biswara
Namun dia tidak merasa sakit sedikit pun apalagi terluka. Tidak sama sekali. Setelah tubuh dan kepalanya menghantam dinding Goa itu, Jakawulung seperti tersadar dari kegilaannya, dia bahkan merasa sangat malu dengan mayat sakti itu, karena baru saja dia telah lancang dan berani untuk menendang mayat Eyang Reksa Jagat, padahal kekuatan yang dimilikinya juga berasal dari mayat sakti itu. Dan dia juga telah sadar bahwa untuk sekedar menyentuhnya pun dia tidak akan pernah bisa apalagi sampai menendang. Bahkan dia sendiri juga sudah merasakan ganjaran dari tindakan kurang ajarnya itu. "Oh iya, dari pada aku menghancurkan tembok dan bebatuan ini bukankah lebih baik aku menghancurkan batu yang menutupi mulut Goa itu? Yah, aku akan coba menghancurkan batu itu," ujar Jakawulung sambil bergegas menuju ke mulut Goa. Dan tidak lama kemudian Jakawulung pun sudah berdiri di depan bat
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-03-04
Baca selengkapnya
Isyarat Dari Eyang.
Dia berjalan menyusuri jalanan desa, meskipun mukanya sudah ditutupi dengan cadar dia terlihat masih menundukkan kepala sepanjang perjalanannya itu.  Dan setibanya di pasar Biswara langsung mencari Nenek Tlenik. "Oh itu rupanya Nenek Tlenik, aku akan langsung saja ke sana," tutur Biswara sambil berjalan menghampiri wanita tua itu. Dia yang semula bermaksud menitipkan dagangannya itu, kini malah ingin menjualnya sendiri.  'Lebih baik aku jual sendiri saja dagangan ku ini, aku gak mau ngerepotin Nenek Tlenik,' ucapnya dalam hati.  "Nek... aku ikut jualan disini ya?" "Lho ini tempat jualannya Pak Sumitro dan Mbok Jamban..." "Iya Nek.. tapi saya sudah minta ijin," balas Biswara.  "O ya sudah kalau gitu, silahkan saja, memang Pak Sumitro dan istrinya kemana to Ngger...?" tanya Mbok Tlenik.  "Beliau
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-03-05
Baca selengkapnya
Keluar Dari Goa
Dan tidak lama kemudian asap yang berbentuk macan itu pun menyingkir dan tiba-tiba hilang. Setelah itu Biswara pun segera melangkah masuk ke dalam Goa, dan begitu sampai di ruangan tempat jasad Eyang Reksa berada Biswara melihat ada seorang laki-laki yang sedang tergeletak tidur dilantai. 'Oh ... ini rupanya pendekar yang di maksud oleh Eyang Reksa, kasihan sekali. Dia terlihat sudah kumuh sekali, rambut, jenggot dan kumisnya juga sudah memanjang,' ucap Biswara dalam hati. 'Dia nampaknya benar-benar tidur dan sama sekali tidak mengetahui kedatanganku. Yah ... lebih baik orang ini segera aku bangunkan saja.' Kemudian Biswara pun segera duduk berjongkok di samping Jakawulung yang sedang tidur dengan pulsanya itu dan langsung membangunkannya. "Pak ... bangun Pak ... Pak tua ... bangun ..." ujar Biswara sambil memegang kaki orang tua yang tidak lain adalah Jakawulung si pen
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-03-06
Baca selengkapnya
Hal Penting
"Jadi gini Tuan, soal matinya Eyang Reksa itu bukan karena Tuan Jakawulung dan kedua teman Tuan itu yang telah membunuhnya ..." "Lha wong saya ikutan menyergap kok! Dan waktu itu eyang Reksa langsung jatuh ketika kita akan menggabungkan Ajian Parjanya Astra ..." terang Jakawulung nampak kukuh dengan pendapatnya itu.  "Lha kalau memang benar yang membunuh Eyang Reksa adalah Tuan-tuan bertiga, lalu kenapa kedua teman Tuan itu malah terbunuh dan hancur tubuhnya setelah Eyang Reksa menjadi mayat?" tanya Biswara membungkam pendapat Jakawulung.  "Lha iya itu yang saya tidak habis pikir sampai saat ini," jawab Jakawulung nampak terlihat bengong.  "Hehehe ... jadi gini Tuan Jakawulung ... kalau Tuan ingin tahu kejadian yang sebenarnya ..." "Iya, iya gimana kejadian yang sebenarnya?" sahut Jakawulung sambil membenahi posisi duduknya.  "Sebelum Eyan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-03-08
Baca selengkapnya
Tugas Dari Ratu.
"Mungkin sudah tiba saatnya aku untuk mati ...""Jangan bilang begitu Kanda Raja, saya kira penyakit Kanda Raja masih bisa disembuhkan ...""Saya akan tetap mengusahakan bagaimana mana caranya Kanda Raja bisa sembuh, saya akan menyuruh Senopati Adhinata untuk mencari mayat sakti seperti isyarat yang kudapatkan lewat meditasi kemarin malam," tutur Permaisuri Bhanuwati. "Terus masalah urusan negara bagaimana? Aku tidak ingin membebani rakyat dengan pajak atau upeti dalam hal apapun," titah Raja Jayantaka. "Iya Kanda Raja, kemarin saya juga sudah memerintahkan kepada Paman Patih Badrika untuk mengumpulkan para punggawa Kerajaan guna membahas masalah ini, dan nanti akan saya sampaikan kalau masalah pajak itu hanya akan dibebankan kepada semua para pejabat saja, mulai yang ada dilingkungan istana sampai ketingkat lurah yang ada di desa-desa dengan disesuaikan tingkatannya dan kondisi wilayah masing-masing," t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-03-08
Baca selengkapnya
Senopati Adinata
"Baiklah Gusti Ratu kalau begitu saya akan berangkat sekarang untuk mencari mayat sakti seperti yang Gusti Ratu Bhanuwati maksud.""Bagus Senopati Adhinata, aku percaya padamu, doaku menyertaimu semoga kamu berhasil.""Sendiko dawuh Gusti.""Berangkatlah ...!"Lalu kemudian Senopati Adhinata pun langsung bergegas ke rumahnya untuk sekedar mengambil beberapa perlengkapan yang mesti dibawanya, dan karena dia memang masih hidup sendiri alias masih belum punya istri maka dia hanya berpamitan kepada pelayan dan prajurit penjaga saja. "Hei, prajurit dan pelayan ... kemarilah ...!"Lalu prajurit penjaga yang berjumlah tiga orang dan dua pelayan perempuan itupun bergegas mendekat memenuhi panggilan Sang Senopati. "Iya Gusti Senopati ... ada titah apa yang harus kami lakukan?" jawab prajurit sembari menundukkan kepalanya. "Aku akan memberi
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-03-10
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status