Namun dia tidak merasa sakit sedikit pun apalagi terluka. Tidak sama sekali.
Setelah tubuh dan kepalanya menghantam dinding Goa itu, Jakawulung seperti tersadar dari kegilaannya, dia bahkan merasa sangat malu dengan mayat sakti itu, karena baru saja dia telah lancang dan berani untuk menendang mayat Eyang Reksa Jagat, padahal kekuatan yang dimilikinya juga berasal dari mayat sakti itu.
Dan dia juga telah sadar bahwa untuk sekedar menyentuhnya pun dia tidak akan pernah bisa apalagi sampai menendang.
Bahkan dia sendiri juga sudah merasakan ganjaran dari tindakan kurang ajarnya itu.
"Oh iya, dari pada aku menghancurkan tembok dan bebatuan ini bukankah lebih baik aku menghancurkan batu yang menutupi mulut Goa itu? Yah, aku akan coba menghancurkan batu itu," ujar Jakawulung sambil bergegas menuju ke mulut Goa.
Dan tidak lama kemudian Jakawulung pun sudah berdiri di depan batu besar itu, karena tidak ingin membuang-buang waktu lalu dia pun segera mengambil ancang-ancang untuk menghancurkan batu itu.
"Hiyyaaatt ...! Hiyyaaatt ...!" teriak Jakawulung sambil memukul batu besar itu.
Diluar nalar Jakawulung, batu yang telah mengurung dirinya selama berhari-hari itu kini bisa dia hancurkan hanya dengan satu kali pukulan saja.
Duuuaarrr.....
Batu itu pun hancur berkeping-keping dan berhamburan di lantai dan dinding Goa.
"Aku berhasil ... huahahahaha ..." teriak Jakawulung kegirangan. Ruangan dalam Goa yang semula suram kini berubah jadi terang benderang.
Jakawulung pun bermaksud untuk keluar, lalu diapun melangkahkan kakinya dengan perasaan yang girang. Namun sungguh diluar dugaannya begitu dia telah sampai ke mulut Goa tiba-tiba kakinya terhenti dan tidak bisa meneruskan langkahnya.
"Ah, celaka! Ternyata pintu Goa ini telah dipagari gaib, kira-kira siapa yang telah memasang pagar gaib ini?" tanya Jakawulung keheranan.
"Apakah Eyang Reksa sendiri yang telah memagari? Atau kira-kira ada kekuatan lain yang melakukannya?" lanjut ujar Jakawulung.
Dia tahu bahwa pagar gaib itu tidaklah mudah untuk bisa dibobol selama dia tidak dapat izin dari orang yang memasangnya.
Dengan sangat kecewa Jakawulung pun kembali meratapi nasib sialnya itu.
'Oh Dewa Jagat Batara... kirimkan lah orang yang bisa membukakan pintu gaib ini, jangan kau biarkan aku binasa sia-sia,' ratap Jakawulung dalam do'anya.
Begitulah akhirnya Jakawulung mendiami Goa Arga Pura untuk beberapa waktu lamanya, dia bisa bertahan hidup dengan kekuatan yang diperolehnya dari mayat sakti Eyang Reksa Jagat.
Sementara itu setelah sepeninggal Eyang Reksa Biswara menjalani hari-harinya dengan berkebun dan berburu. Dia rajin menanam sayur dan palawija di kebun peninggalan Eyang Reksa, untuk kemudian kalau sudah panen dia ambil secukupnya dan selebihnya dia jual ke pasar untuk dibelikan lagi beras dan keperluan lainnya.
Biswara adalah cucu angkat Eyang Reksa, dia ditolong Eyang Reksa sewaktu rumahnya disatroni oleh perampok beberapa tahun silam, ketika itu dia masih berumur tujuh tahun.
Dan orang tuanya telah tewas dibunuh oleh para perampok itu karena melawan, sedangkan dia sendiri diikat dan dikurung di dalam kamar.
Tidak cukup sampai disitu, kemudian para perampok itupun membakar rumah tersebut, sebelum akhirnya meninggalkan dan membiarkan dua mayat korbannya itu hangus terbakar.
Dan beruntung Biswara bisa selamat karena ditolong oleh eyang Reksa meskipun agak terlambat dikarenakan tubuhnya telah terbakar, dan luka bakar yang dideritanya itu pun cukup serius karena hampir seluruh tubuhnya mengalami luka bakar semua, bahkan wajahnya juga sudah melepuh ikut terbakar.
Lalu oleh Eyang Reksa tubuh Biswara dibawa kepondok tempat tinggalnya yang berada di kaki gunung Argapura.
Butuh waktu yang cukup lama Eyang Reksa menyembuhkan luka bakar yang diderita oleh Biswara, dan ketika lukanya itu telah sembuh wajahnya pun telah mengalami kerusakan yang mengakibatkan dia tidak bisa dikenali lagi.
Pada hari itu, di pagi yang masih buta Biswara terlihat sudah terbangun dari tidurnya, karena hari ini dia hendak memanen tanaman di kebunnya itu, maka begitu selesai mencuci muka dia memasak air untuk sekedar membuat minuman hangat.
Biswara yang memang hidup seorang diri kini sudah menginjak usia dua puluh tahun, dia yang mengalami cacat karena kebakaran itu merasa kurang percaya diri untuk bertemu dengan orang, maka hari-harinya pun dihabiskan untuk bekerja di ladang, dan hanya sesekali saja bertemu dengan Kakek Sumitro untuk sekedar menjual hasil kebunnya.
Setelah selesai minum dan makan ketela rebus diapun segera bergegas menuju ke kebun tempatnya bekerja, memang karena jarak yang tidak terlalu jauh maka setelah berjalan beberapa saat akhirnya diapun tiba di kebunnya itu.
"Wah, banyak juga sayuran-sayuran ini, aku harus segera memetiknya biar nanti tidak kesiangan pas diantar ke rumah Kakek Sumitro," ujarnya sambil memulai memanen sayur mentimun dan aneka kacang-kacangan.
Setelah beberapa saat kemudian akhirnya Biswara pun selesai memetik panenannya itu. Dan setelah semua dimasukkan ke dalam keranjang dia langsung memikul nya dan dibawa ke rumah Kakek Sumitro untuk dijual.
Karena takut kesiangan Biswara pun memikul panenannya itu dengan setengah berlari. Dan setibanya di rumah Kakek Sumitro Biswara pun agak kaget melihat rumah pedagang langganannya itu masih tutupan pintunya.
"Kakek Sumitro... Kek... ini Biswara..." ucapnya memanggil.
Setelah berulang-ulang memanggil tapi tetap tidak ada jawaban.
''Ah, kemana Kakek Sumitro ini ya? Apa kira-kira dia pergi? Coba aku panggil lewat samping rumah saja, siapa tahu dia masih di belakang," ujar Biswara sambil melangkah menuju samping rumah.
"Kakek Sumitro ... ini Biswara Kek ..."
"Iya Nak ... sebentar ... uhuk, uhuk," balas Kakek Sumitro terdengar sambil batuk-batuk.
Krieeek ... krek ...
Terdengar suara pintu dibuka dan nampaknya Kakek Sumitro sedang tidak enak badan.
"Mari masuk sini."
Biswara pun masuk mengikuti orang tua itu.
"Maaf ya Nak ... hari ini aku gak bisa ke pasar ... aku dan Nenek lagi sakit, kemaren itu habis kehujanan sepulang dari pasar."
"Oh iya Kek ... gak apa apa."
"Kamu bawa sayur banyak?" tanya Kek Sumitro.
"Ya seperti biasanya itu Kek, satu keranjang."
"Ya udah kamu bawa aja ke pasar langsung ... nanti kalau kamu gak berani jualan, kamu titipkan ke Mbok Tlenik, itu lho pedagang sayur yang ada di sebelah Kakek jualan."
"Iya Kek, akan ku bawa ke pasar sendiri, Kakek dan Nenek istirahat aja dulu biar cepet sembuh."
"Iya Nak ... terimakasih, maafkan Kakek ya?"
"Ah gak papa Kek ... ya udah Kek kalau gitu saya tak berangkat ke pasar dulu."
"Iya Nak Biswara ... hati-hati ya ...? Di pasar banyak orang jahat, nanti kamu segera pulang kalau sudah selesai ..." pesan Kakek Sumitro.
"Iya Kek, tenang saja, aku bisa jaga diri," ujar Biswara sambil melangkah pergi menuju ke pasar.
Sesaat setelah Biswara pergi Kakek Sumitro pun kembali menemui istrinya yang juga sedang sakit dan berbaring di dalam bilik nya itu.
"Aku sebenarnya merasa kasian dengan anak itu, aku tahu kalau dia itu sebenarnya merasa kurang percaya diri untuk bertemu dengan orang lain," ujar Kakek Sumitro pada Nenek Jamban istrinya.
"Iya Kek, kemarin saja pas dia kesini dan disini ada Rengganis dia langsung menundukkan kepala dan buru-buru pulang, dia nampaknya malu dengan cacat kulit yang dideritanya itu."
"Tapi ya wajarlah Kek namanya juga anak muda, ya semoga saja kelak dia dipertemukan dengan perempuan baik yang bisa jadi pasangan hidupnya," ujar Nenek Jamban merasa prihatin dengan keadaan Biswara.
Sementara itu Biswara yang memang kurang percaya diri dengan kondisinya itu terlihat menutupi mukanya dengan cadar.
Bersambung ...
Dia berjalan menyusuri jalanan desa, meskipun mukanya sudah ditutupi dengan cadar dia terlihat masih menundukkan kepala sepanjang perjalanannya itu.Dan setibanya di pasar Biswara langsung mencari Nenek Tlenik."Oh itu rupanya Nenek Tlenik, aku akan langsung saja ke sana," tutur Biswara sambil berjalan menghampiri wanita tua itu. Dia yang semula bermaksud menitipkan dagangannya itu, kini malah ingin menjualnya sendiri.'Lebih baik aku jual sendiri saja dagangan ku ini, aku gak mau ngerepotin Nenek Tlenik,' ucapnya dalam hati."Nek... aku ikut jualan disini ya?""Lho ini tempat jualannya Pak Sumitro dan Mbok Jamban...""Iya Nek.. tapi saya sudah minta ijin," balas Biswara."O ya sudah kalau gitu, silahkan saja, memang Pak Sumitro dan istrinya kemana to Ngger...?" tanya Mbok Tlenik."Beliau
Dan tidak lama kemudian asap yang berbentuk macan itu pun menyingkir dan tiba-tiba hilang.Setelah itu Biswara pun segera melangkah masuk ke dalam Goa, dan begitu sampai di ruangan tempat jasad Eyang Reksa berada Biswara melihat ada seorang laki-laki yang sedang tergeletak tidur dilantai.'Oh ... ini rupanya pendekar yang di maksud oleh Eyang Reksa, kasihan sekali. Dia terlihat sudah kumuh sekali, rambut, jenggot dan kumisnya juga sudah memanjang,' ucap Biswara dalam hati.'Dia nampaknya benar-benar tidur dan sama sekali tidak mengetahui kedatanganku. Yah ... lebih baik orang ini segera aku bangunkan saja.'Kemudian Biswara pun segera duduk berjongkok di samping Jakawulung yang sedang tidur dengan pulsanya itu dan langsung membangunkannya."Pak ... bangun Pak ... Pak tua ... bangun ..." ujar Biswara sambil memegang kaki orang tua yang tidak lain adalah Jakawulung si pen
"Jadi gini Tuan, soal matinya Eyang Reksa itu bukan karena Tuan Jakawulung dan kedua teman Tuan itu yang telah membunuhnya ...""Lha wong saya ikutan menyergap kok! Dan waktu itu eyang Reksa langsung jatuh ketika kita akan menggabungkan Ajian Parjanya Astra ..." terang Jakawulung nampak kukuh dengan pendapatnya itu."Lha kalau memang benar yang membunuh Eyang Reksa adalah Tuan-tuan bertiga, lalu kenapa kedua teman Tuan itu malah terbunuh dan hancur tubuhnya setelah Eyang Reksa menjadi mayat?" tanya Biswara membungkam pendapat Jakawulung."Lha iya itu yang saya tidak habis pikir sampai saat ini," jawab Jakawulung nampak terlihat bengong."Hehehe ... jadi gini Tuan Jakawulung ... kalau Tuan ingin tahu kejadian yang sebenarnya ...""Iya, iya gimana kejadian yang sebenarnya?" sahut Jakawulung sambil membenahi posisi duduknya."Sebelum Eyan
"Mungkin sudah tiba saatnya aku untuk mati ...""Jangan bilang begitu Kanda Raja, saya kira penyakit Kanda Raja masih bisa disembuhkan ...""Saya akan tetap mengusahakan bagaimana mana caranya Kanda Raja bisa sembuh, saya akan menyuruh Senopati Adhinata untuk mencari mayat sakti seperti isyarat yang kudapatkan lewat meditasi kemarin malam," tutur Permaisuri Bhanuwati."Terus masalah urusan negara bagaimana? Aku tidak ingin membebani rakyat dengan pajak atau upeti dalam hal apapun," titah Raja Jayantaka."Iya Kanda Raja, kemarin saya juga sudah memerintahkan kepada Paman Patih Badrika untuk mengumpulkan para punggawa Kerajaan guna membahas masalah ini, dan nanti akan saya sampaikan kalau masalah pajak itu hanya akan dibebankan kepada semua para pejabat saja, mulai yang ada dilingkungan istana sampai ketingkat lurah yang ada di desa-desa dengan disesuaikan tingkatannya dan kondisi wilayah masing-masing," t
"Baiklah Gusti Ratu kalau begitu saya akan berangkat sekarang untuk mencari mayat sakti seperti yang Gusti Ratu Bhanuwati maksud.""Bagus Senopati Adhinata, aku percaya padamu, doaku menyertaimu semoga kamu berhasil.""Sendiko dawuh Gusti.""Berangkatlah ...!"Lalu kemudian Senopati Adhinata pun langsung bergegas ke rumahnya untuk sekedar mengambil beberapa perlengkapan yang mesti dibawanya, dan karena dia memang masih hidup sendiri alias masih belum punya istri maka dia hanya berpamitan kepada pelayan dan prajurit penjaga saja."Hei, prajurit dan pelayan ... kemarilah ...!"Lalu prajurit penjaga yang berjumlah tiga orang dan dua pelayan perempuan itupun bergegas mendekat memenuhi panggilan Sang Senopati."Iya Gusti Senopati ... ada titah apa yang harus kami lakukan?" jawab prajurit sembari menundukkan kepalanya."Aku akan memberi
Setelah memperhatikan para murid Ranggawuni yang sedang berlatih, Senopati Adhinata tidak melihat sahabatnya ada di situ, lalu kemudian dia mendekati para murid yang terlihat sedang duduk istirahat.Dan begitu melihat ada orang asing yang hendak menghampirinya, murid yang sedang duduk itu pun langsung berdiri."Ada perlu apa Tuan? Ada yang bisa dibantu?""Ee... maaf saya mau ketemu guru kalian Tuan Ranggawuni. Apakah beliaunya ada?""Tuan guru Ranggawuni sedang pergi Tuan, saya ditugaskan untuk mengawasi para murid yang sedang berlatih.""O begitu, apakah Dimas tau Tuan Ranggawuni perginya kemana?""Tuan guru Sedang pergi ke hutan berburu, apakah Tuan ada perlu? mungkin nanti bisa saya sampaikan, atau mungkin Tuan mau menunggu Tuan Guru Ranggawuni pulang?""Ya, saya akan menunggu sampai guru kalian pulang, karena saya ada keperluan yang sangat penting dengan Tuan Ranggawuni""Oiya kalau begitu silakan duduk dulu Tuan."
Yang diadakan oleh Kerajaan Karmajaya terlihat kaget dengan Sayembara itu.'Apakah mayat sakti ini kira-kira mayatnya Eyang Reksa Jagat itu ya? Kalau memang iya kok pihak istana sudah tahu dengan keberadaannya? Padahal selama ini yang tahu dengan mayat itu kan cuma aku? Atau mungkin ada mayat sakti yang lain?' tanyanya dalam hati.'Kalau memang benar itu mayat sakti Eyang Reksa Jagat aku kurang yakin akan ada orang yang mampu membuka pintu gaib Goa itu, apa lagi sampai membawanya, bahkan pendekar seperti Kolonyowo dan Bagaspati saja telah tewas dibuatnya, kecuali dia itu memang benar-benar pendekar sakti mandraguna dari aliran putih sebagaimana Eyang Reksa itu sendiri berasal' ucap batin Jaka wulung.Di saat Jaka wulung masih memikirkan sayembara itu tiba-tiba dia yang sedang duduk bersila di dalam rumahnya merasakan hembusan angin yang sangat kuat, bahkan saking kuatnya hembusan angin itu membuat tiang-tiang yang
"Ayo kalian berdua majulah! Biar sekalian aku kirim kalian ke neraka!""Hahaha ... kamu jangan mengigau Jaka wulung! Sebelum habis kesabaran ku. Ayo cepat tunjukkan dimana tempat mayat sakti itu!"Sementara itu tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya sedari tadi ada sepasang mata yang sedang mengintai mereka dari balik rerimbunan pohon dan semak-semak. Dan tidak lain ternyata dia adalah seorang pendekar yang juga sangat menginginkan mayat sakti itu.Dia mengintai karena memang sedang mencari tahu dari Jaka wulung yang sedang dipaksa ngomong oleh Calapati dan Dewi Sunti untuk menunjukkan dimana mayat sakti itu berada.''Aku akan terus mengintai mereka sampai benar-benar mendengar dan tahu tentang tempat mayat sakti itu, jadi dengan begitu aku tidak perlu membuang-buang tenaga untuk membuka mulut Jaka wulung, hehehe ... cerdas sekali kau Kebo Alas' gumam pendekar yang berjuluk Kebo alas itu.
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k