Share

Pager Rogo

Penulis: Mas_Hudi_6902
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-22 13:38:13

Melihat lawannya berhenti menyerang dan mengambil posisi mundur Eyang Reksa yang masih berada di awang-awangpun langsung turun ke tanah dan berdiri. 

Dan disaat Eyang Reksa masih menunggu serangan dari lawan-lawannya itu tiba-tiba terdengar bisikan gaib yang dia rasakan. 

'Reksa Jagat ... Reksa Jagat ... ini Eyang cucuku ...' Suara gaib itu memanggilnya. 

Mendapat panggilan gaib dari gurunya, Eyang Reksa pun segera duduk dengan mengambil posisi semedi. 

'Sendiko dawuh guru Acarya ... salam hormat dari muridmu ini' 

Jawab Eyang Reksa dalam komunikasi batinnya itu. 

Nampak Eyang Reksa menundukkan kepala seperti orang yang sedang memberi sebuah penghormatan. 

'Sudah tiba saatnya engkau menyusul aku dan para leluhurmu untuk menghadap Sang Hyang Widhi Wasa, sudah cukup pengabdianmu untuk menjaga serta menumpas kejahatan yang ada di muka bumi ini Reksa ...' 

'Dan ketahuilah meski nyawamu telah kembali ke alam baka namun kelak jasadmu akan terus berjuang menjadi pendamping seorang pendekar yang akan meneruskan perjuanganmu ini.'

'Oleh karena itu segera selesaikan kedua perusuh yang ada di hadapanmu itu sebagai penutup dari pengabdianmu sebagai penjaga kedamaian,' titah dari guru Acarya. 

'Bukankah mereka itu berjumlah tiga orang guru?' tanya Eyang Reksa dalam kontak batinnya itu. 

'Benar, namun untuk Jakawulung belum saatnya dia untuk mati, maka dari itu lenyapkan Bagaspati dan Kolonyowo dengan caramu sendiri, kau diberi kuasa atas nyawa mereka berdua!' tegas suara gaib Guru Acarya. 

'Baiklah guru Acarya akan segera hamba laksanakan,' balas Eyang Reksa. 

Sementara ketiga pendekar yaitu Bagaspati, Kolonyowo dan Jakawulung nampak sudah menyusun rencana untuk menyergap Eyang Reksa menggunakan ajian Parjanya Astra, yaitu ilmu yang di gunakan untuk mengaburkan pandangan lawan serta melumpuhkannya. 

Dengan menggunakan ilmu Parjanya Astra mereka bermaksud mengelabui penglihatan Eyang Reksa, dan disaat yang sama mereka akan mengeluarkan ajian pamungkas masing-masing. 

Sementara itu Eyang Reksa yang sudah tidak ingin mengulur-ulur waktu lagi, dia nampak ingin segera menyudahi pertempuran itu. 

"Hei, Reksa Jagat sebelum kau menjemput ajalmu sebut dulu nama-nama leluhurmu dan para gurumu! Karena tidak lama lagi kau akan kami antarkan untuk menyusul mereka! Ha, ha, ha ..." ucap Kolonyowo dengan pongahnya. 

"Heh, heh, heh ... sungguh besar sekali omonganmu hei Kolonyowo! Sebesar dan seangker nama yang kau sandang, tapi sayang! Kebesaranmu itu hanya di mulut saja, dan tidak sebanding dengan kekuatan yang kau punya!"

"Aku memang akan segera menyusul para leluhur dan para guruku, dengan cara yang sudah ditentukan oleh Sang Hyang Widhi, bukan dengan cara kotor seperti yang kau ocehkan itu!"

"Ketahuilah hei para pendekar busuk! Justru akulah yang akan menjadi takdir bagi kalian, untuk mengakhiri riwayat petualangan kalian dalam menyebar fitnah dan kemungkaran di muka bumi ini."

"Wahai pendekar-pendekar jahat! Bersiaplah menemui ajal kalian untuk menghadapi pengadilan dari yang maha kuasa!" ujar Eyang Reksa. 

Lalu Eyang Reksa pun bersiap untuk segera menghabisi para pendekar aliran hitam itu. 

Sementara itu Kolonyowo, Bagaspati dan Jakawulung juga sudah mulai mengeluarkan Ajian Parjanya Astra untuk mengaburkan dan sekaligus melumpuhkan Eyang Reksa. 

Saking kuatnya pengaruh dari Ajian Parjanya Astra yang mereka gabungkan, suasana yang semula terang dengan sinar rembulan seketika itu berubah menjadi gelap, hitam dan pekat.

Bahkan ditengah suasana yang gelap nanpekat itu terdengar suara burung-burung malam yang berjatuhan karena tidak kuat merasakan dampak dari Ajian Parjanya Astra mereka itu. 

Sementara eyang Reksa yang sudah siap menghancurkan para musuh-musuhnya itu seperti tidak terpengaruh dengan Ajian Parjanya Astra yang mereka keluarkan. 

Dengan posisi yang masih berdiri Eyang Reksa juga terlihat sudah membentengi tubuhnya dengan Ajian Gelap Ngampar. 

Dan ini merupakan yang terakhir kali Eyang Reksa menggunakan Ajian itu sebagai penangkal dari Ajian Parjanya Astra mereka. 

Dengan tubuh yang sudah kebak beragam kesaktian dan kekuatan, Eyang Reksa yang memang sudah tahu dengan Ajian para lawannya itu bermaksud segera melepaskan ruhnya untuk meninggalkan jasadnya itu. 

'Selamat tinggal dunia, sudah saatnya aku berpisah denganmu dan selamat menemui kehancuran wahai kalian para manusia laknat sudah tiba saatnya pula kalian harus menanggung akibat dari perbuatan kalian itu,' ucapnya dalam hati. 

Seiring dengan berakhirnya ucapan batinnya itu, Eyang Reksa yang semula masih berdiri tiba-tiba tubuhnya pun langsung jatuh ke tanah dan meninggal dengan posisi telentang dengan tangan yang bersedekap. 

Dan begitu melihat tubuh Eyang Reksa Jagat terjatuh maka ketiga pendekar itupun mengira kalau Ajian Parjanya Astra mereka itulah yang telah berhasil melumpuhkan pendekar sakti yang telah menghabisi gurunya itu. 

Lalu dengan pongahnya ketiga pendekar itupun langsung tertawa terbahak-bahak. 

"Huahahaha ... huahahaha ... huahahaha ... akhirnya kita bisa merobohkan pendekar tua ini tanpa harus mengeluarkan senjata," ucap pendekar yang bernama Kolonyowo. 

"Benar, ternyata nama besar pertapa sakti dan ampuh "Eyang Reksa Jagat" ini tidaklah se sakti dan se ampuh yang aku kira," sahut Jakawulung. 

"Kalau begitu sekarang ini dia adalah bagianku, biar aku saja yang memenggal kepalanya dan akan segera kubawa ke kuburan Eyang Gundala Sakti," timpal Bagaspati sambil menoleh kepada dua temannya itu. 

Melihat tubuh Eyang Reksa yang memang sudah tidak bernyawa itu, Bagaspati yang bermaksud akan memenggal kepala Eyang Reksa nampak mulai berjalan mendekati jasad pertapa sakti itu. 

Dengan sorot mata yang berubah merah menyala menandakan kalau dia sedang dalam puncak kemarahannya, Bagaspati nampak mengambil senjata andalannya yaitu pedang Jumput Nyowo yang ia selipkan dipinggangnya itu. 

Lalu diangkatnya pedang pusaka itu tinggi-tinggi ke udara dan dengan disertai pekikan suara amarahnya dia berseru. 

"Wahai Eyang guru Gundala Sakti akan kupenuhi janjiku untuk membalaskan dendammu! Datang dan saksikanlah wahai Eyang Gundala!"

Kemudian Bagaspati pun mencabut pedang Jumput nyowonya itu. 

Sring ...!!! 

Suara pedang Bagaspati terdengar nyaring menyeruak keheningan malam yang pekat itu. 

Lalu Bagaspati pun berdiri tepat di samping kepala Eyang Reksa dan kemudian dia menarik kaki kanannya kebelakang untuk mengambil ancang-ancang bersiap untuk memenggal kepala Eyang Reksa Jagat. 

Dengan berteriak lantang tangan kanan Bagaspati pun menghunjamkan pedangnya itu dengan sangat keras ke arah leher Eyang Reksa Jagat. 

"Mampuslah kau Reksa Jagat! Hiiaaat ... tuang ..."

Karena saking kerasnya pedang Bagaspati pun terlepas dari genggaman dan terpental. 

Namun sungguh diluar dugaan Bagaspati dan kedua temannya itu, karena tubuh Eyang Reksa tidak bergerak sedikit pun apa lagi terluka. 

Melihat pedang andalannya yang tidak mampu melukai musuh yang sudah tidak bergerak itu kemarahan Bagaspati pun semakin memuncak. 

Lalu sarung pedang yang masih dipegang tangan kirinya itupun dia lemparkan, kemudian dia kembali mengambil pedang Jumput Nyowonya yang terpental beberapa jengkal dari tempatnya berdiri. 

Sesaat setelah mengambil pedangnya itu Bagaspati pun kembali menghampiri tubuh Eyang Reksa Jagat dan kembali mengangkat tinggi-tingi pedangnya itu dengan kedua tangannya. 

Dengan mengerahkan seluruh kesakitan yang dia miliki Bagaspati pun kembali menghunjamkan pedangnya. 

"Hiiiiiaaaaattt. Hancurlah kau jahannam ...!"

Duuuaarrr ... whusssh!!!

Sungguh kejadian yang diluar dugaan, pedang Jumput Nyowo andalan Bagaspati itu pun hancur dan terbakar, begitu pula tubuh Bagaspati pun juga ikut terbakar. 

Melihat tubuh dan pedang temannya hancur dan terbakar, Kolonyowo pun langsung melompat dan menyerang tubuh Eyang Reksa yang masih utuh dengan senjata andalannya tombak Sawer Wuto. 

"Biadap kau Reksa ... jiiiaatt, jiiiaatt, heiyyaa ..." 

Dengan brutalnya Kolonyowo menghunjamkan tombak saktinya itu ke arah perut Eyang Reksa Jagat karena mengira kalau area perut akan lebih lunak dan bisa ditembus dengan tombaknya, berkali-kali dia menghunjamkan tombaknya itu. 

Bersambung...

Bab terkait

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Pendekar Sial

    Namun kejadian yang serupa dengan Bagaspati pun kembali terulang, setelah berkali-kali menghujani tubuh Eyang Reksa dengan tombaknya itu dan sama sekali tidak bisa melukai, akhirnya tombak dan tubuhnya pun juga ikut hancur dan terbakar.Sementara itu melihat kedua temannya telah hancur lebur tewas menemui ajalnya dengan sangat mengenaskan, Jakawulung yang sedaritadi masih berdiri ditempatnya itu, kini bermaksud untuk menyelamatkan diri.'Benar-benar luar biasa pertapa sakti itu. Aku tidak mau mati konyol seperti Kolonyowo dan Bagaspati, lebih baik aku menyelamatkan diri saja,' ucapnya dalam hati.Namun karena masih merasa penasaran dengan tubuh manusia sakti si Eyang Reksa Jagat, maka Jakawulung pun bermaksud untuk bersembunyi dibalik bongkahan batu dan semak-semak sambil mengawasi tubuh Eyang Reksa itu.Dan dari tempatnya sembunyi Jakawulung melihat tubuh Eyang Reksa mengeluarkan sinar putih

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-25
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Sial Yang Tak Berujung

    Lalu begitu terbangun jakawulung melihat sinar rembulan dari celah batu yang berhasil dia geser kemarin.Kemudian dia pun bangkit dan berjalan mendekati celah itu."Oh ... kiranya ini sudah hampir fajar, semalam aku tertidur pulas sekali dan badanku sekarang terasa sakit dan pegal-pegal," tutur Jakawulung dengan mata menerawang keluar goa.Lalu diapun menghentak-hentakkan kakinya ke lantai goa sambil mengibas-ngibaskan tangan untuk sekedar melemaskan otot-otot."Perutku terasa lapar sekali sudah dua hari ini aku belum makan," ujarnya sambil kembali duduk bersandar pada batu yang menutup mulut goa itu."Eyang Reksa ... kenapa semalam engkau tidak memberiku minum seperti kemarin? Andai saja engkau memberiku minum tentu hari ini aku bisa melanjutkan mendorong batu ini," ujar Jakawulung sambil menatap langit-langit goa yang mulai terlihat karena dapat sorot dari celah batu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-25
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Biswara

    Namun dia tidak merasa sakit sedikit pun apalagi terluka. Tidak sama sekali.Setelah tubuh dan kepalanya menghantam dinding Goa itu, Jakawulung seperti tersadar dari kegilaannya, dia bahkan merasa sangat malu dengan mayat sakti itu, karena baru saja dia telah lancang dan berani untuk menendang mayat Eyang Reksa Jagat, padahal kekuatan yang dimilikinya juga berasal dari mayat sakti itu.Dan dia juga telah sadar bahwa untuk sekedar menyentuhnya pun dia tidak akan pernah bisa apalagi sampai menendang.Bahkan dia sendiri juga sudah merasakan ganjaran dari tindakan kurang ajarnya itu."Oh iya, dari pada aku menghancurkan tembok dan bebatuan ini bukankah lebih baik aku menghancurkan batu yang menutupi mulut Goa itu? Yah, aku akan coba menghancurkan batu itu," ujar Jakawulung sambil bergegas menuju ke mulut Goa.Dan tidak lama kemudian Jakawulung pun sudah berdiri di depan bat

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-04
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Isyarat Dari Eyang.

    Dia berjalan menyusuri jalanan desa, meskipun mukanya sudah ditutupi dengan cadar dia terlihat masih menundukkan kepala sepanjang perjalanannya itu.Dan setibanya di pasar Biswara langsung mencari Nenek Tlenik."Oh itu rupanya Nenek Tlenik, aku akan langsung saja ke sana," tutur Biswara sambil berjalan menghampiri wanita tua itu. Dia yang semula bermaksud menitipkan dagangannya itu, kini malah ingin menjualnya sendiri.'Lebih baik aku jual sendiri saja dagangan ku ini, aku gak mau ngerepotin Nenek Tlenik,' ucapnya dalam hati."Nek... aku ikut jualan disini ya?""Lho ini tempat jualannya Pak Sumitro dan Mbok Jamban...""Iya Nek.. tapi saya sudah minta ijin," balas Biswara."O ya sudah kalau gitu, silahkan saja, memang Pak Sumitro dan istrinya kemana to Ngger...?" tanya Mbok Tlenik."Beliau

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-05
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Keluar Dari Goa

    Dan tidak lama kemudian asap yang berbentuk macan itu pun menyingkir dan tiba-tiba hilang.Setelah itu Biswara pun segera melangkah masuk ke dalam Goa, dan begitu sampai di ruangan tempat jasad Eyang Reksa berada Biswara melihat ada seorang laki-laki yang sedang tergeletak tidur dilantai.'Oh ... ini rupanya pendekar yang di maksud oleh Eyang Reksa, kasihan sekali. Dia terlihat sudah kumuh sekali, rambut, jenggot dan kumisnya juga sudah memanjang,' ucap Biswara dalam hati.'Dia nampaknya benar-benar tidur dan sama sekali tidak mengetahui kedatanganku. Yah ... lebih baik orang ini segera aku bangunkan saja.'Kemudian Biswara pun segera duduk berjongkok di samping Jakawulung yang sedang tidur dengan pulsanya itu dan langsung membangunkannya."Pak ... bangun Pak ... Pak tua ... bangun ..." ujar Biswara sambil memegang kaki orang tua yang tidak lain adalah Jakawulung si pen

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-06
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Hal Penting

    "Jadi gini Tuan, soal matinya Eyang Reksa itu bukan karena Tuan Jakawulung dan kedua teman Tuan itu yang telah membunuhnya ...""Lha wong saya ikutan menyergap kok! Dan waktu itu eyang Reksa langsung jatuh ketika kita akan menggabungkan Ajian Parjanya Astra ..." terang Jakawulung nampak kukuh dengan pendapatnya itu."Lha kalau memang benar yang membunuh Eyang Reksa adalah Tuan-tuan bertiga, lalu kenapa kedua teman Tuan itu malah terbunuh dan hancur tubuhnya setelah Eyang Reksa menjadi mayat?" tanya Biswara membungkam pendapat Jakawulung."Lha iya itu yang saya tidak habis pikir sampai saat ini," jawab Jakawulung nampak terlihat bengong."Hehehe ... jadi gini Tuan Jakawulung ... kalau Tuan ingin tahu kejadian yang sebenarnya ...""Iya, iya gimana kejadian yang sebenarnya?" sahut Jakawulung sambil membenahi posisi duduknya."Sebelum Eyan

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Tugas Dari Ratu.

    "Mungkin sudah tiba saatnya aku untuk mati ...""Jangan bilang begitu Kanda Raja, saya kira penyakit Kanda Raja masih bisa disembuhkan ...""Saya akan tetap mengusahakan bagaimana mana caranya Kanda Raja bisa sembuh, saya akan menyuruh Senopati Adhinata untuk mencari mayat sakti seperti isyarat yang kudapatkan lewat meditasi kemarin malam," tutur Permaisuri Bhanuwati."Terus masalah urusan negara bagaimana? Aku tidak ingin membebani rakyat dengan pajak atau upeti dalam hal apapun," titah Raja Jayantaka."Iya Kanda Raja, kemarin saya juga sudah memerintahkan kepada Paman Patih Badrika untuk mengumpulkan para punggawa Kerajaan guna membahas masalah ini, dan nanti akan saya sampaikan kalau masalah pajak itu hanya akan dibebankan kepada semua para pejabat saja, mulai yang ada dilingkungan istana sampai ketingkat lurah yang ada di desa-desa dengan disesuaikan tingkatannya dan kondisi wilayah masing-masing," t

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Pendekar Mayat Bertuah.   Senopati Adinata

    "Baiklah Gusti Ratu kalau begitu saya akan berangkat sekarang untuk mencari mayat sakti seperti yang Gusti Ratu Bhanuwati maksud.""Bagus Senopati Adhinata, aku percaya padamu, doaku menyertaimu semoga kamu berhasil.""Sendiko dawuh Gusti.""Berangkatlah ...!"Lalu kemudian Senopati Adhinata pun langsung bergegas ke rumahnya untuk sekedar mengambil beberapa perlengkapan yang mesti dibawanya, dan karena dia memang masih hidup sendiri alias masih belum punya istri maka dia hanya berpamitan kepada pelayan dan prajurit penjaga saja."Hei, prajurit dan pelayan ... kemarilah ...!"Lalu prajurit penjaga yang berjumlah tiga orang dan dua pelayan perempuan itupun bergegas mendekat memenuhi panggilan Sang Senopati."Iya Gusti Senopati ... ada titah apa yang harus kami lakukan?" jawab prajurit sembari menundukkan kepalanya."Aku akan memberi

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-10

Bab terbaru

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Demi Ibu

    Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Perjodohan

    Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Tantangan

    "Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Suci

    "Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Pendekar

    "Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Mencari Pak Tua

    "Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Sangat Terkejut

    Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Mendapatkan Jawaban.

    "Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel

  • Pendekar Mayat Bertuah.   Keampuhan Demit Begog.

    Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k

DMCA.com Protection Status