Home / Fantasi / Tukang Pijat Super / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Tukang Pijat Super: Chapter 31 - Chapter 40

115 Chapters

Bab 31

Malam itu, suasana desa sudah mulai sepi. Langkah kaki Juned terdengar pelan di jalan setapak menuju rumahnya. Sisa kehangatan acara di balai desa masih terasa di hatinya, tetapi ada sesuatu yang mengganjal. Pikirannya kembali melayang ke Lilis dan Anton yang tak terlihat sepanjang acara.“Kenapa mereka enggak datang, ya?” gumam Juned dalam hati. “Padahal biasanya, Anton itu enggak pernah absen kalau ada keramaian. Apalagi, Tante Lilis juga selalu suka ikut kumpul.”Ketika Juned tiba di depan rumahnya, ia mendapati sesuatu yang aneh. Pintu rumah yang biasanya dibiarkan sedikit terbuka kini tertutup rapat dan terkunci dari dalam. Ia berhenti di depan pintu, mengernyitkan alis.“Ini aneh. Biasanya Tante Lilis enggak pernah mengunci pintu kalau tahu aku pulang malam,” pikir Juned sambil melirik sekeliling. Kampung sudah benar-benar sepi.Juned tidak langsung mengetuk pintu. Ada sesuatu yang mendorongnya untuk mencari tahu lebih dulu. Ia berjalan perlahan ke samping rumah, menuju salah sa
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 32

Lilis kembali ke kamar, sementara Juned duduk di sofa ruang tamu. Walaupun tubuhnya lelah setelah seharian mengurus acara desa, pikirannya justru terus berputar-putar tanpa henti.Ia teringat saat melihat Anton keluar dari rumah, dengan pintu yang sebelumnya terkunci rapat. Ingatan itu terus menghantui. “Kenapa Tante Lilis enggak bilang apa-apa soal kedatangan Anton sebelumnya? Kenapa rumah dikunci? Apa yang mereka bicarakan? Apa ada sesuatu yang enggak aku tahu?”Juned menggeleng, mencoba mengusir pikiran-pikiran buruk yang mulai muncul. Namun, semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat bayangan itu menghantuinya. Ia membayangkan Lilis dan Anton berbicara dengan nada pelan, mungkin saling menyentuh, mungkin lebih dari itu.“Apa mungkin Tante Lilis punya hubungan lain sama Anton?” pikirnya sambil menggigit bibir bawahnya. Ia mengenal Lilis sebagai wanita yang selalu menjunjung tinggi moral, tapi kehadiran Anton malam itu membuat Juned dilanda rasa curiga yang tak terbendung.Ia mengh
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 33

Ketika pagi menjelang, ia terbangun dengan kepala sedikit berat. Sisa-sisa mimpi buruk semalam seolah masih mengambang di pikirannya. Ia Berdiri dari sofa sambil meregangkan tubuh, mendapati rumah terasa lebih sunyi dari biasanya.“Tante Lilis mana, ya?” gumamnya sambil melangkah menuju dapur. Namun, dapur kosong. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Lilis. Ia mengetuk pintu kamar Lilis, tetapi tidak ada jawaban. Saat membuka pintu, kamar itu terlihat rapi tanpa siapa pun di dalamnya.Kegelisahan mulai merayap. Ia masih berdiri di tengah ruang tamu, mencoba mengingat sesuatu. Lalu, seperti petir menyambar, ia teringat. “Hari ini hari pertukaran!” serunya dalam hati.Sebelum ia sempat memproses lebih jauh, suara langkah kaki dari luar terdengar. Pintu depan terbuka perlahan, memperlihatkan sosok Vivi yang mengenakan daster tipis warna biru muda. Ia membawa keranjang belanjaan dari pasar, wajahnya sedikit berkeringat, tetapi tetap tampak segar.“Pagi, Juned,” sapa Vivi dengan senyum kecil
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 34

Novi, yang baru saja selesai menata barang-barangnya di meja dapur, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang tidak biasa. Matanya menyapu ke arah Vivi, yang berdiri di dekatnya dengan daster tipis berwarna biru.“Mbak Vivi, maaf ya, aku nanya. Tapi... Mbak Vivi enggak kedinginan cuma pakai daster kayak gitu?” tanyanya dengan senyum kecil, mencoba untuk tidak menyinggung.Vivi, yang semula tampak santai, mendadak terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia melirik ke arah daster birunya dan kemudian ke arah Novi. Wajahnya sedikit memerah, tapi ia tetap mencoba menjawab dengan santai.“Aku sudah biasa pakai begini, Novi. Aku tadi juga buru-buru pulang dari pasar, jadi belum sempat ganti baju,” jawab Vivi sambil merapikan rambutnya yang terurai.Novi mengangguk, meskipun rasa aneh itu belum sepenuhnya hilang. Ia melirik sekilas ke arah Juned, yang tampak sibuk membereskan sesuatu di meja.“Mas Juned,” panggil Novi tiba-tiba, “Mbak Vivi ini habis dari pasar, ya? Mas enggak anterin?”Juned menoleh cepa
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 35

Dari balik pintu kamar, Vivi berdiri sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ia memegang kedua gundukan miliknya yang masih terbalut daster. Matanya memperhatikan tingkah Novi barusan—dari cara Novi mengganti pakaian hingga percakapannya dengan Juned yang penuh kecanggungan. “Ternyata benar dugaanku,” gumam Vivi pelan sambil menunduk, seolah berbicara pada dirinya sendiri. “Semua wanita di sekitar Juned pasti ingin mendapatkan perhatiannya. Begitu juga dengan Novi. Bahkan dia masih terlalu polos untuk menyembunyikan perasaannya.” Ia menarik napas panjang, lalu menatap pintu kamar yang sedikit terbuka. Dari sudut itu, Vivi masih bisa melihat Juned yang sibuk dengan ponselnya di ruang tamu. Vivi menggeleng pelan. “Tapi Juned memang beda sekarang,” pikirnya. “Sikapnya, caranya bicara, apalagi barangnya yang pernah kulihat—semua itu membuatku jadi pingin ada di dekatnya.” Dalam benaknya, Vivi kembali teringat bagaimana kehidupannya dengan Anton. Dia menjadi wanita yang tak pern
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 36

Lastri masuk tanpa menunggu undangan, memegangi lengan kirinya yang tampak bengkak. “Aku jatuh tadi pas jalan di depan rumah. Aku rasa ini terkilir. Tolong lihat, Juned.”Juned mengangguk, mencoba mengendalikan dirinya setelah kejadian barusan. “Oke, duduk dulu. Biar aku periksa.”Vivi berdiri di sudut ruangan, matanya menatap Juned dan Lastri. Ia tidak mengatakan apa-apa, tapi ada sesuatu dalam senyumnya yang sulit diartikan. Wajah Lastri juga sempat menoleh ke arah Vivi yang berdiri diam, tapi ia tidak berkomentar apa-apa, seolah menyadari keanehan suasana rumah itu.Juned segera mengambil jaketnya yang tergantung di dekat pintu. Setelah memastikan Lastri nyaman, ia membantu kembang desa itu berdiri perlahan.“Kita ke klinik saja, Lastri. Di sana aku bisa pijat bagian tanganmu dengan lebih leluasa, aku meninggalkan minyak untuk memijat di klinik” ucap Juned, suaranya tenang, mencoba menyembunyikan kebingungannya setelah kejadian tadi dengan Vivi.Lastri menegakkan tubuhnya meskipun
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 37

Lastri kembali, ia sudah mengenakan handuk yang dililitkan rapi di tubuhnya, menutupi area penting, tetapi masih menunjukkan kulit pundaknya yang putih bersih dan sebagian paha hingga kakinya yang jenjang. “Ayo, Juned. Aku enggak punya waktu lama. Jangan kelamaan,” katanya, nada bicaranya seperti sedang memberi perintah.Lastri duduk di ranjang pijat dengan ekspresi yang masih terlihat enggan, meskipun ada sedikit rasa percaya diri yang tak bisa disembunyikan.“Kamu berbaring kalau begitu.” Kata Juned mempersiapkan beberapa minyak yang akan digunakan.Sulastri berbaring telentang dengan perlahan.“Sudah, ayo cepetan!.” Hardik Sulastri.Juned berbalik arah dan melihat Sulastri yang sedang terlentang hanya dengan memakai handuk.Juned tertegun melihat keindahan tubuh Sulastri, kedua gundukan yang agak besar terlihat pas dengan postur Sulastri membuat Juned menelan ludahnya.“Tengkurap dong Lastri, memang gunungnya yang mau di pijat?” tanya Juned sambil menahan senyum.Sambil menutup ke
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Bab 38

Novi yang sedang duduk di meja resepsionis sedang bersenandung mengikuti musik yang dia mainkan dari ponselnya, Namun suaranya berhenti sejenak ketika ia melihat Sulastri keluar dari ruang pijat.“Loh.. kapan masuknya ya? Apa tadi saat aku keluar beli sarapan?” Novi kebingungan saat melihat SulastriSulastri berjalan tergesa-gesa, namun wajahnya terlihat berbeda—lebih cerah dari biasanya. Novi memperhatikan wanita itu dengan alis sedikit terangkat. “Eh, Novi. Jangan melamun aja setelah ini kita buka kliniknya,” suara Juned terdengar dari dalam, membuyarkan pikiran Novi.Novi segera memalingkan wajahnya dari pintu klinik. “Tadi aku lihat Mbak Lastri keluar buru-buru. Ada apa, Mas Jun?”Juned sedang menyusun botol minyak di rak melirik sekilas. “Oh, itu. Dia habis pijat. Katanya dia habis jatuh di depan rumahnya.”Novi menatap Juned dengan alis terangkat. “Mbak Lastri pijat? Serius? Dia kelihatannya enggak cocok sama hal-hal kayak gitu.”Juned tersenyum tipis, lalu duduk di kursi kerja
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 39

Novi kembali duduk di kursi resepsionis, mencoba mengalihkan pikirannya dari keinginannya untuk dipijat. Namun, tak lama kemudian, pintu klinik terbuka, dan seorang wanita paruh baya melangkah masuk dengan pelan.Novi segera berdiri dan tersenyum ramah. “Selamat siang, Bu. Ada yang bisa saya bantu?”Wanita itu memegang punggungnya sambil mengerutkan dahi, jelas menunjukkan rasa sakit yang dirasakannya. “Iya, Mbak, punggung saya sakit sekali. Mungkin karena terlalu lama duduk di kantor. Bisa minta pijat sekarang?”“Oh, tentu bisa, Bu. Ibu bisa tunggu sebentar, ya? Saya catat dulu datanya,” jawab Novi dengan nada tenang sambil mengambil buku pendaftaran.Saat Novi sedang mencatat data pasien itu, pintu kembali terbuka, kali ini lebih lebar. Seorang pria muda masuk sambil membawa ransel dan terlihat lelah. “Mbak, masih ada slot untuk pijat enggak? Saya habis perjalanan jauh, badan rasanya pegal semua.”Novi menoleh dan tersenyum, meskipun ia mulai merasa sedikit kewalahan. “Ada, Mas. Tap
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 40

Juned berhenti sejenak dan tersenyum sopan. "Oh, iya, Bu. Minyaknya memang ada efek hangat untuk membantu otot lebih rileks. Kalau terlalu panas, saya bisa kurangi penggunaannya.""Ah, enggak, Mas. Ini sih enak, cuma hawanya kayak jadi panas aja," jawab si ibu, sambil menepuk-nepuk lehernya sendiri dengan tangan.Juned tetap fokus bekerja, mengabaikan nada suara si ibu yang terdengar agak genit. Ia tahu, sebagai terapis pijat, profesionalisme adalah yang utama."Kalau begitu, saya buka sedikit jendela biar udara masuk, ya, Bu," katanya sambil melangkah ke jendela kecil di sudut ruangan.“Kalau handuknya aja yang dibuka gimana mas Juned?” kata si Ibu membuat langkah Juned terhenti.Juned langsung menoleh ke arah si ibu yang ternyata sudah membalik badannya yang awalnya tengkurap menjadi telentang. Hati Juned sangat berdebar luar biasa hingga matanya pun melotot.“Lebih baik jangan Bu, nanti kalau dilihat orang lain jadi enggak enak. Takut di bilang tempat ini yang aneh-aneh.” Kata June
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status