Home / Fantasi / Tukang Pijat Super / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tukang Pijat Super: Chapter 21 - Chapter 30

115 Chapters

Bab 21

Setelah keluar dari toko hp, Juned melangkah memasuki dealer motor dengan mata berbinar-binar. Kebetulan dealer tersebut bersebelahan dengan konter hp.“Wah, bagus-bagus banget motornya Tante.” Juned menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Hingga pada satu momen mata Juned langsung tertuju pada satu titik.Dengan antusias, Juned melangkah lebih dekat ke motor matic warna hitam mengilap yang ia incar. Tangannya bergerak menyentuh bagian setangnya dengan hati-hati, seperti sedang menyentuh benda berharga. Di sebelahnya, tante Diah memperhatikan setiap gerak-gerik Juned sambil tersenyum tipis.“Jadi, ini yang kamu mau, Juned?” tanya Lilis sambil menatap motor tersebut.Juned mengangguk mantap. “Iya, Tante. Ini motor yang sama persis seperti yang aku lihat di jalan tadi.”Lilis mengangguk, lalu memutar tubuhnya ke arah sales yang berdiri di dekat mereka. Gerakannya penuh percaya diri, menandakan bahwa dia siap untuk berbicara tentang hal-hal detail yang Juned sendiri mungkin belum paha
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 22

Setelah beberapa lama, Juned dan Lilis sampai di desa dengan motor baru, suasana di sana langsung heboh.“Wah, itu Juned, ya? Kok tiba-tiba punya motor baru?” bisik Pak Hasan dengan nada tak percaya kepada warga di sebelahnya. Beberapa warga yang sedang berkumpul di warung depan desa mendengar suara mesin motor yang berkilau, dan segera memperhatikan Juned yang melintas dengan penuh percaya diri. "Iya, padahal selama ini kita tahu dia hidupnya susah. Enggak mungkin tukang pijat bisa beli motor secepat itu," jawab Bu Siti, matanya tak lepas dari motor Juned yang berkilau di bawah sinar matahari.Juned, yang menyadari bahwa banyak mata yang menatapnya, mencoba tetap tenang sambil memarkir motornya di halaman rumah. Lilis turun dengan anggun, membalas sapaan beberapa tetangga yang menyapanya, namun tak bisa mengabaikan tatapan mereka yang tampak penuh rasa heran dan bisik-bisik yang mulai terdengar di mana-mana.“Juned, ini seriusan motormu sendiri? Gimana ceritanya kamu bisa beli moto
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 23

Di tengah keributan yang semakin memanas, tiba-tiba terdengar derap langkah yang tegas dan berat menghampiri kerumunan. Ternyata itu adalah Anton, membuat semua orang langsung terdiam, dan keributan mendadak mereda. Satu per satu warga mulai mundur dan perlahan membubarkan diri, takut kena masalah jika berada terlalu lama di dekat Anton."Jadi kau punya motor baru sekarang, baru punya motor saja sudah belagu mengundang banyak orang." ejek Anton dengan suara serak sambil menyeringai. Ia mengitari Juned dengan pandangan meremehkan, seolah-olah sedang menilai seseorang yang sama sekali tidak layak berada di sana.Juned menghela napas, mencoba menahan diri. "Kalau cuma mau ikut-ikutan Sugeng dan Sulastri buat merendahkanku, lebih baik kamu pulang saja."Anton tertawa keras, mengejek. "Pulang? Wah, Juned, Berani-beraninya kamu mengusirku, ya? Kamu ini apa, cuma tukang pijat, kok sok-sokan sekarang. Jangan mimpi jadi orang kaya di sini!"Sugeng dan Sulastri yang masih berdiri di dekat Anto
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 24

Sore menjelang, Juned melaju dengan motornya di jalanan desa yang lengang. Penampilannya sekarang jauh lebih percaya diri: jaket kulit hitam, celana jeans, dan kacamata hitam yang semakin menambah kesan berani. Juned hendak pergi ke rumah Rini tetangga baru Juned yang tinggal di ujung desa. Sebelum sampai di rumah Rini, Juned berteduh di sebuah pohon sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Tanpa sengaja dia kembali bertemu dengan Sulastri yang kebetulan lewat. Juned mengangkat sedikit kacamata hitamnya sambil tersenyum. “Lihat siapa yang kutemui di sini. Lastri si kembang desa bermulut kasar.” Sapa Juned dengan nada santai.Sulastri mendengus kecil, berusaha mempertahankan sikap dinginnya. “Hah, tumben kamu keliling desa sore-sore, Juned. Biasanya sih Cuma mondar-mandir di rumah, bukan?” balasnya, sambil menyilangkan tangan di dada, meski matanya jelas memperhatikan setiap detail perubahan Juned.Juned terkekeh, menyadari bahwa Sulastri tengah berusaha menutupi ketertarikannya.
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 25

Juned duduk di kursi kayu depan rumah sambil menunggu kepulangan Rini.Tak berselang lama Novi sudah kembali keluar dengan membawa segelas teh.“Ini mas silahkan di minum.” Ujar Novi yang menunduk di depan Juned sambil meletakkan teh di atas meja.Sekilas Juned dapat melihat belahan milik Novi saat ia menunduk. Mata Juned melotot tanpa berkedip saat melihat pemandangan indah itu.Novi merasa Juned tengah memperhatikannya dan segera dia mengangkat tubuhnya dan bergegas duduk di kursi sebelah Juned.“Silahkan mas, Juned.” Novi menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya saat duduk. Dia mengalihkan pandangan ke halaman rumah untuk menutupi kecemasannya.“Terima kasih, Novi.” Juned langsung menyerobot segelas teh itu dan menyeruputnya.“Oh iya, mas. Kalau boleh tahu ada urusan apa ya cari ibu?” Tanya Novi untuk membuka obrolan.Juned meletakkan kembali gelas teh itu ke atas meja sambil menyilangkan kakinya untuk menutupi barangnya yang mulai mengembang.“Mas Juned mau...” Belum selesai June
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 26

Juned sampai di rumah tepat saat azan maghrib berkumandang. Dia menengok ke arah klinik yang ternyata sudah diperbaiki oleh para pekerjanya.Salah satu pekerja yang sekaligus tetangga menghampiri Juned yang baru saja memarkirkan motor di depan rumah.“Jun, kaca yang pecah sudah aman. Apa perlu di cat sekalian biar tambah bagus?” Tanya pak Sodik.“Bentar ya pak, nanti aku tanyakan ke tante Lilis dulu, dia yang pegang uangnya.” Jawab Juned sambil melihat kliniknya dari jauh.“Ayo lah Jun, biar kita ada kerjaan lagi. Kalau Cuma sehari selesai begini, besok menganggur lagi hehe.” Kata Pak Sodik sambil tersenyum merayu Juned.“Aku sih mau saja pak, Cuma yang pegang uangnya kan tante Lilis.” Balas Juned ikut tersenyum sambil menepuk pelan bahu pak Sodik.Meski terlihat dari wajahnya yang penuh harap kepada Juned namun Pak Sodik tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala saja. “Baiklah kalau begitu Jun. Aku pamit pulang dulu.” Kata Pak Sodik sambil melenggang meninggalkan rumah Juned.Setela
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 27

Pagi harinya, Juned berdiri di depan klinik kecilnya yang baru saja direnovasi. Bangunan yang sebelumnya hanya sebuah ruang sederhana kini tampak lebih layak. Beberapa peralatan medis sederhana, tempat tidur pijat, dan rak obat-obatan sudah tersusun rapi di dalam.Lilis datang membawa segelas teh manis untuk Juned yang tampak sibuk menata tanaman di depan klinik. “Gimana, Juned? Puas sama hasil renovasinya?” tanya Lilis sambil menyerahkan teh itu.Juned mengangguk, tersenyum puas. “Alhamdulillah, Tante. Pekerjaan Pak Sodik dan teman-temannya begitu rapi.”Juned sepertinya sudah melupakan tentang penemuan celana dalam semalam.Lilis tersenyum, menepuk bahu Juned. “Kamu benar. Pak Sodik sangat cekatan dalam hal pembangunan di desa kita.”Tak berselang lama Novi datang ke klinik Juned untuk mulai bekerja.“Pagi mas Juned, tante Lilis. Apakah aku datang terlambat?” Sapa Novi sambil tersenyum ramah.Lilis dan Juned kompak menggelengkan kepala dengan sedikit cepat.“Kliniknya buka jam 8 Nov
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 28

Hari itu berlalu begitu cepat bagi Juned suasana klinik yang cukup rame membuat Juned tenggelam dalam kesibukannya.Juned tidak bisa tenang sejak pagi tadi. Saat siang hari Klinik terasa lengang, tapi pikiran Juned penuh dengan kegelisahan. “Tante, apa kamu yakin menerima pertukaran ini. Aku mohon, pikirkan ini lagi,” kata Juned menatap Lilis dengan mata memohon, berharap dia berubah pikiran.Lilis hanya tersenyum tipis. “Juned, ini keputusan yang sudah aku ambil. Kamu enggak perlu khawatir. Aku tahu apa yang aku lakukan.”“Tapi ini enggak masuk akal! Kamu enggak bisa menyerahkan dirimu ke orang seperti Anton!” Juned membalas nada meninggi.Lilis berhenti sejenak, menatap Juned dengan pandangan lembut namun tegas. "Juned, aku sudah memutuskan. Jangan tanya lagi, ya."Juned berdiri, mencoba mendekat ke arah Lilis. "Dia enggak pernah punya niat baik. Dia hanya mau memanfaatkanmu, Tante."Lilis menunduk, matanya tak mampu menatap Juned. "Kamu enggak tahu semua yang terjadi, Juned. Kamu
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 29

Suasana di klinik Juned siang itu dipenuhi ketegangan. Anton membuka beberapa dokumen yang berbentuk map cokelat. Dia mengeluarkan selembar kertas putih, lengkap dengan bolpoin yang siap digunakan.“Ini adalah Surat perjanjian sebagai bentuk formalitas pertukaran yang kita sepakati” kata Anton.Lilis memandang Juned dengan tatapan tegas, sementara Anton tampak menyeringai puas. Vivi, di sisi lain, terlihat gelisah, seperti ingin berbicara tetapi memilih diam.“Juned,” ucap Lilis akhirnya, memecah kesunyian. “Kamu tahu ini Cuma sementara. Seminggu aja. Jadi, enggak usah khawatir, ya?”Juned menatap surat itu dengan ragu. “Aku mengerti, Tante. Tapi... kenapa harus ada surat segala? Aku mau melihat isinya terlebih dahulu.”Anton tertawa kecil, nadanya sinis. “Juned, kita ini orang dewasa. Aku tidak mau kalau ada orang yang tiba-tiba berubah pikiran. Surat ini buat memastikan semua berjalan lancar.”Juned menggigit bibirnya. Ia memang bukan orang yang terbiasa dengan dokumen resmi seperti
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 30

Langit malam kampung dihiasi taburan bintang yang cerah, seolah menjadi saksi antusiasme warga yang memadati balai desa. Para ibu membawa anak-anak mereka, sementara para bapak duduk berkelompok sambil mengobrol hangat. Di sudut balai, meja panjang disiapkan dengan berbagai makanan ringan yang dibawa warga secara sukarela.“Jun, kamu sudah siap untuk tampil kan.” Kata Pak RT sambil menepuk pundak Juned.Juned berusaha tersenyum lebar untuk menutupi kegugupannya, “Aku usahakan pak siap hehe.”“Setelah ini giliranmu, kamu enggak boleh bikin malu saya sebagai RT kamu.” Kata Pak RT.“Baiklah sekarang kita sambut kebanggaan desa yang kini sukses dengan kliniknya. JUUUUNEEEED...” Terdengar suara sambutan dari pembawa acara. Sambutan itu membuat Juned tersenyum kecil, walau ia sedikit gugup.Ketika Juned naik ke panggung, sorak-sorai warga langsung terdengar. Ia mengenakan kemeja sederhana berwarna biru dan celana hitam, tampil rapi namun tetap bersahaja. “Assalamualaikum, Bapak-bapak, Ibu
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status