All Chapters of NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!: Chapter 61 - Chapter 70

278 Chapters

61. KABAR ITU

Puspita buru-buru mengelap bibirnya dengan tisu, berharap batuknya tak menarik perhatian lebih dari yang sudah terjadi. Namun, harapannya pupus ketika ayah dan ayah itu sama-sama mendekatinya.“Mama kenapa?” tanya Prily sambil mendongak dan mengguncang ujung tunik Puspita.Puspita yang masih terbatuk-batuk, hanya menunduk sambil menatap. Sementara segelas air tersodor di depannya. Puspita mendongak. Pram berdiri di sana dengan wajah tenang, tetapi tatapan itu membuat Puspita bertambah gugup.Puspita menggeleng pelan, menahan diri agar tidak salah bicara. Tangannya menolak gelas yang Pram sodorkan. Apa Pram lupa jika ia tersedak karena air?Prily masih memandangnya dengan cemas, tetapi senyum kecil yang dipaksakan Puspita berhasil mengusir raut khawatir gadis kecil itu.“Pelan-pelan kalau minum.” Pram bersuara, sebelum kembali duduk di kursinya dengan santai. Namun, Puspita tahu, tatapan pria itu masih sesekali tertuju padanya. Ia tahu sejak malam tadi, Pram tidak akan melepasnya denga
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

62. SALAH TINGKAH

Puspita menelan ludah dengan susah payah. Tatapannya berubah kosong. Lidahnya kelu dan pundaknya meluruh. Ia baru ingat tidak mengaktifkan HP cukup lama. Sebelumnya memang banyak pesan masuk dari Tika yang mengabarkan ayahnya tengah mencarinya lagi.Puspita masih bergeming di tempatnya saat sebuah sentuhan lembut dan disusul tarikan lemah di ujung jarinya terasa.“Mama … main, yuk ….” Rengekan manja menyapa telinganya.Puspita mengerjap sebelum menoleh. Prily di sana mendongak dengan tatapan memelas. Setelahnya, Puspita tersenyum dan beranjak menuju teras di mana mainan terserak di atas karpet.“Mama … lihat, Cantik sudah sehat.” Prily memperlihatkan boneka kain yang kemarin tangannya putus, kini sudah tersambung lagi.“Cantik udah sehat kayak Mama.”Puspita berlutut hingga sejajar dengan Prily, lalu mencubit kecil kedua pipi Prily yang mulai berisi lagi. Anak itu membuatnya gemas. Bahkan kegundahannya sedikit terobati hanya dengan berinteraksi dengannya.Setelahnya, Puspita menemani
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

63. PESAN TIKA

[Lu kan, udah cerai sama orang kaya itu, apa susahnya nikah sama Juragan Kosim? Kan, sama saja dimadu juga.]Mata Puspita semakin basah, seiring hatinya yang kian terluka. Kalimat-kalimat Tika bagai belati yang menikam. Ia tahu betapa pamannya memaksa dan mengancamnya untuk menikah dengan pria tua itu demi melunasi utang keluarga. Ia pikir, setelah kedatangan pria paruh baya ke rumah Pram waktu itu, sang paman akan kapok. Nyatanya... Dan yang lebih menyakitkan, Tika yang dulunya bak saudara kandung, kini bahkan menganggapnya sebagai musuh bebuyutan yang sangat membenci.Puspita ingat, sejak ia mengingatkan Tika soal cara berpacarannya, Tika mulai membencinya. Padahal dulu, ia begitu baik dan melindungi.[Kenapa tidak kamu saja yang nikah sama Juragan Kosim? Kan, kamu anaknya Paman.]Akhirnya, dengan tangan gemetar dan hati yang bergemuruh tak karuan, Puspita mengetik balasan. Rasanya cukup dirinya diinjak-injak dan diintimidasi selama ini.[Bukankah kamu yang seharusnya bertanggung ja
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

64. MALU

“Pak, bisa nikahi saya lagi?”Entah keberanian dari mana kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Puspita. Bukan, itu bukan kebernian, tapi kenekatan atau lenih tepatnya kebodohan. Ia bahkan merasa tubuhnya membeku, mati rasa di seluruh bagian, terlebih saat melihat keterkejutan di wajah Pram. Lalu setelahnya, kening sang pria terlihat mengernyit.Puspita menelan ludah dengan susah payah, sementara Pram memiringkan kepala dengan tatapan nyaris tak berkedip. Mulutnya terbuka, tetapi cukup lama Puspita tidak mendengar suaranya.“Maaf, bisa kau ulang ucapanmu barusan?” tanyanya, yang membuat wajah Puspita semakin memucat. Malu.“Aku … aku hanya takut salah dengar,” lanjut Pram, semakin membuat Puspita tersiksa dengan rasa malu. Wanita itu tetap mematung.“Puspita … aku—”“Lupakan saja, Pak!” Puspita memotong cepat sambil menahan sesuatu yang nyaris meledak di dadanya.“Maksudnya?” Kening Pram berlipat.“Anggap saya tidak pernah bicara apa pun,” jawabnya. “Maaf mengganggu waktu Bapak.”
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

65. SAKIT JIWA

Puspita terhuyung ke belakang setelah pukulan keras itu mendarat di pipinya. Kepalanya berdenyut, pandangannya berkunang-kunang. Kekagetan bercampur dengan rasa perih di kulit kepala dan pipinya. Namun suara itu, suara penuh amarah yang terus menghardik, membuatnya kembali fokus.“Dasar pembantu tidak tahu diri!” Suara tinggi itu memekakkan telinga, membuat kepala Puspita semakin berdenyut. Dengan mengesampingkan rasa sakit di pipinya, Puspita menoleh, dan matanya membelalak saat melihat siapa pelaku yang tiba-tiba menyerangnya.Tubuhnya kaku di tempat, kepalanya terasa berputar, tapi otaknya langsung menginstruksikan untuk mundur. Sayang, si pelaku yang sudah dikuasai amarah, bergerak lebih cepat. Tangannya menarik kerudung Puspita dengan kasar hingga rambut di dalamnya ikut terjambak.“Mau lari ke mana, hah?” teriaknya dengan tatapan penuh kebencian. “Percuma kau menutup kepala kalau kemaluanmu diobral! Kau itu cuma pelacur murah yang pura-pura suci!”Puspita menjerit lagi. Tanganny
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

66. MAAFKAN AKU

"Puspita, maafkan aku. Ini salahku."Puspita memejam kuat, menahan rasa sakit di tubuh juga hatinya. Air mata tak henti mengaliri pipinya yang memar. Kejadian tadi begitu menakutkan. Imel seperti kerasukan, menyerangnya tanpa henti, memukul dan menjambak membabi buta. Yang lebih menyakitkan, wanita itu merampas dan membuang kerudungnya hingga auratnya terbuka.Untunglah Pram segera menutupinya dengan sesuatu. Sesuatu yang belakangan ia tahu adalah jaket sang pria.Semua terjadi begitu cepat hingga ia tidak diberi kesempatan untuk sekadar membela diri. Imel benar-benar seperti kesetanan, memperlakukannya seolah dirinya adalah boneka yang bebas diperlakukan sesuka hati."Puspita …." Sebuah genggaman terasa di tangannya yang lemah. "Sekali lagi aku minta maaf. Aku pastikan semua akan baik-baik saja. Mang Ujang sedang memanggil perawat di dekat rumahnya."Puspita tidak ingin menjawab. Semua terlalu menyakitkan. Ia hanya memejam dengan air mata yang terus meleleh di pipinya. Bahkan saat se
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

67. BERSEDIAKAH?

Dunia terasa berhenti berputar untuk beberapa saat. Puspita masih terdiam di atas tubuh Pramudya, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya menegang, sementara matanya menatap Pram yang sudah membuka mata dan tersenyum tipis. Telunjuk pria itu tetap menempel di bibir Puspita, memberi isyarat agar tetap tenang dan tak bersuara.“Puspita...” bisik Pram pelan, nadanya serak.Puspita mengerjap pelan. Suara Pram, meski pelan, mampu menyadarkannya. Ia segera bangkit, tapi tangan Pram yang kini memegangi pergelangan tangannya mencegahnya.“Maaf, saya ... saya tidak sengaja,” jawab Puspita dengan suara nyaris tak terdengar. Wajahnya terasa panas dan dadanya mendadak ramai jedag-jedug.“Kenapa kau masih bangun?” tanya Pram, masih memegangi tangannya, tatapannya menghangat.“Buang air kecil ...” balas Puspita gugup, wajahnya memerah seketika. Situasi ini terlalu dekat, terlalu aneh; bahkan hembusan napas Pram terasa hangat menerpa wajahnya. Karenanya, jedag-jedug di dalam dadanya te
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

68. RASA APA INI?

Puspita menghentikan langkah tepat di depan sofa yang dihuni Pram. Pria itu akhirnya memaksa tetap tidur di sana dengan alasan takut terjadi sesuatu dengan Puspita saat ia jauh. Terlebih, Prily juga malah terjaga dan sulit tidur lagi.Puspita menatap wajah yang masih pulas itu. Mungkin menjelang pagi Pram baru tidur. Meski terlihat tidak nyaman karena panjang sofa yang tidak bisa menampung seluruh tubuhnya, Pram tetap pulas. Kakinya yang menjuntai tak ia hiraukan.Puspita menghela napas. Sebegitu kerasnya pria itu ingin tetap di sana karena mengkhawatirkannya.Ingatan Puspita terbang ke masa-masa Soraya sakit. Dulu, Pram begitu setia mendampingi dan menemani istrinya itu jika penyakitnya sedang kambuh. Pram bahkan sering tidak tidur berhari-hari karena menunggui Soraya, melayani segala kebutuhannya meski ada pelayan. Menyuapi dan membantu ke kamar mandi.Puspita tahu semua itu dilakukan Pram dengan sangat tulus. Tak sekali pun ia mendengar dan melihat pria itu mengeluh selama Soraya s
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

69. ENTAH PERASAAN APA

“Kamu kenapa?” Pram maju, kepalanya dimiringkan. Tatapan khawatir kentara melihat sepasang mata Puspita kini digenangi bening embun.“Kamu menangis?” tanya Pram lagi sebelum melirik Prily yang asyik bermain boneka ditemani pengasuhnya di depan TV sana. Setelahnya Pram menarik tangan Puspita, dibimbingnya menuju kamarnya.“Kamu kenapa, Puspita? Jangan bilang kamu mau menikah lagi denganku.” Pram langsung bertanya setelah menutup pintu. Mereka kini berdiri berhadapan di kamar Puspita.Puspita meneguk ludahnya. Ia memalingkan wajah bersamaan sebutir embun luruh dari sudut matanya. Namun, tangan Pram dengan sigap menahan hingga mereka kembali berhadapan.“Bukan seperti itu, Pak. Ibu Anda tidak pernah menyukai saya. Bagaimana Bapak mau menikahi saya lagi?”Pram mengerjap lemah setelah beberapa lama saling terlibat saling tatap. Setelahnya satu embusan napas kasar keluar dari mulutnya.“Aku akan menikahimu dengan atau tanpa restu ibuku.” Pram berucap tegas.Puspita memejam sebentar. “Apa An
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

70. DILEMA

Pram mengembuskan napas setelah membetulkan letak selimut yang menutupi tubuh Puspita. Ya, ia akhirnya menunda keberangkatan ke Jakarta karena wanita itu tiba-tiba menangis terus tanpa berkata-kata.Ia khawatir Puspita merasakan sakit di tubuhnya, tetapi tak ingin mengungkapkan.Ia bukan tidak tahu telepon genggamnya sejak tadi terus berbunyi. Panggilan dari orang tuanya terus masuk, menanyakan apakah ia sudah berangkat atau belum.Pram benar-benar dilema. Ia berat meninggalkan Puspita dan Prily di sini, meski sudah membayar orang untuk berjaga. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan sang ibu yang kini masuk rumah sakit.Pram bangkit setelah mengusap wajahnya, lalu meraih ponselnya di atas meja yang sengaja dalam mode silent. Ia berjalan keluar kamar.“Iya, Yah ….” Pram mengangkat panggilan setelah berada di luar kamar Puspita.“Pram, apa kamu masih belum berangkat juga? Ibumu kritis, Pram, apa kamu tidak khawatir?”Pram memejam saat telinganya langsung menangkap suara bernada tinggi.
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
56789
...
28
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status