Pramudya berdiri di depan pusara sang ibu, tubuhnya bergetar hebat. Meski mentari pagi memancarkan sinarnya, dingin dari tanah merah yang basah terasa menusuk hingga ke tulang. Di sekelilingnya, kerabat dan handai taulan tampak ikut berbela sungkawa, tapi Pram tahu, tidak ada yang benar-benar merasakan kehampaan seperti yang ia rasakan.“Ibu,” bisiknya serak, matanya terpaku pada nisan yang baru saja dipasang. Air mata mengalir, tetapi ia tidak mengusapnya. Biarkan saja, pikirnya. Biarkan rasa kehilangan ini keluar, meski sedikit saja bisa mengurangi sesak di dada.Hubungannya yang tidak harmonis dengan sang ibu sejak ia menikah, membuatnya menyesalkan kepergian wanita itu secepat ini. Di saat ia belum sempat memperbaiki semuanya dan meyakinkan jika pilihannya tidak salah, sang ibu keburu pergi. Namun, Pram tidak pernah menyesali pernikahannya.Pernikahannya dengan Soraya dan Puspita adalah pilihan yang ia anggap tidak salah. Hanya satu yang ia sesalkan: belum sempat menunjukkan jika
Last Updated : 2024-12-23 Read more