All Chapters of NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!: Chapter 71 - Chapter 80

278 Chapters

71. KABAR BURUK?

Pram menatap rumah sakit besar itu dengan perasaan berkecamuk. Bayangan Puspita dan Prily yang ditinggalkannya di vila terus melintas. Tapi kini, ia sudah sampai di sini, melangkah masuk ke tempat di mana ibunya dirawat.Sosok pria paruh baya tersandar lemas di kursi tak jauh dari ruangan dengan papan besar bertuliskan ICU di atas pintunya.“Ayah…” Pram langsung menyapa begitu berdiri di hadapan pria yang matanya terpejam itu.Pria itu membuka mata, kemudian menegakkan tubuhnya. Matanya tampak lelah, namun ada sesuatu yang tidak biasa dalam sorotnya.“Kenapa lama sekali, Pram?” tanyanya lemah dengan raut kecewa.“Ini akhir pekan, Yah. Jalanan ramai dua arah ke Puncak. Maaf, aku baru bisa datang. Bagaimana kondisi Ibu?”“Masih belum sadar.”“Kenapa ini bisa terjadi, Yah? Kenapa Ibu bisa sampai seperti ini?”Ayahnya menarik napas panjang sebelum menjawab. “Pagi tadi… Ibumu terjatuh di kamar mandi. Ayah tidak mendengar apa-apa hingga pembantu memanggil. Saat kudapati dia, tubuhnya sudah
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

72. KE MANA DIA?

“Siapa orangnya, Pak?” tanya Pram tidak sabar. Ia kini duduk berhadapan dengan seorang pria usia menjelang setengah abad.“Kita belum mendapatkan informasi, tapi sepertinya orang yang cukup berpengaruh di kota ini.”Pram memejam sebentar. “Apa itu keluarganya?”“Sepertinya keluarganya masih di luar negeri. Bahkan kasus ini terkesan ditutupi dari keluarganya.”“Jadi maksud Bapak yang mengeluarkan Imel bukan dari keluarganya?”“Ya, sepertinya orang yang tidak ke mana pun dalam beberapa hari belakangan.”Pram mengembuskan napas kasar. “Begitu mudah hukum dibeli, ya, Pak.”“Karena yang beli punya uang dan kuasa.”“Aku mengkhawatirkan keluargaku, Pak. Anak dan calon istriku di Puncak tanpa aku. Aku takut penyerangan serupa terjadi lagi.”“Tapi Pak Pram sudah mengetatkan penjagaan, bukan?”“Ya, tapi tetap saja aku khawatir. Oh, ya. Aku sudah membawa surat-surat untuk melengkapi berkas pengajuan pernikahan, Pak. Apa bisa segera diurus?”“Tentu saja, saya akan segera mengurusnya agar pernikah
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

73. BUKAN SUAMI YANG BAIK

Pramudya berdiri di depan pusara sang ibu, tubuhnya bergetar hebat. Meski mentari pagi memancarkan sinarnya, dingin dari tanah merah yang basah terasa menusuk hingga ke tulang. Di sekelilingnya, kerabat dan handai taulan tampak ikut berbela sungkawa, tapi Pram tahu, tidak ada yang benar-benar merasakan kehampaan seperti yang ia rasakan.“Ibu,” bisiknya serak, matanya terpaku pada nisan yang baru saja dipasang. Air mata mengalir, tetapi ia tidak mengusapnya. Biarkan saja, pikirnya. Biarkan rasa kehilangan ini keluar, meski sedikit saja bisa mengurangi sesak di dada.Hubungannya yang tidak harmonis dengan sang ibu sejak ia menikah, membuatnya menyesalkan kepergian wanita itu secepat ini. Di saat ia belum sempat memperbaiki semuanya dan meyakinkan jika pilihannya tidak salah, sang ibu keburu pergi. Namun, Pram tidak pernah menyesali pernikahannya.Pernikahannya dengan Soraya dan Puspita adalah pilihan yang ia anggap tidak salah. Hanya satu yang ia sesalkan: belum sempat menunjukkan jika
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

74. PERMINTAAN PRAM

Pram merogoh kantong bajunya, mengeluarkan ponsel dari sana. Sibuk mengurus kematian sang ibu sejak di rumah sakit hingga prosesi pemakaman membuatnya belum sempat menghubungi vila. Ia menyesalkan tidak bisa kembali cepat, tapi di sini pun tentu saja tak bisa ia tinggalkan begitu saja.Sang ayah, sebagai kepala keluarga yang semestinya paling sibuk mengurus semuanya, baru muncul belakangan. Dan ia tak bisa meninggalkan Sakti yang sangat rapuh. Lihatlah, pemuda berusia 18 tahun itu terus saja melihat keluar jendela, seolah berat meninggalkan sang ibu sendirian di rumah barunya.Bahkan butuh waktu bagi Pram untuk membujuk sang adik agar mau pulang.“Hallo, Pita. Bagaimana keadaan kalian di sana?” tanya Pram langsung setelah panggilannya terhubung dengan Puspita. Rasa rindunya untuk Puspita dan Prily sudah sangat besar.“Kamu dan Prily baik-baik saja, kan?” lanjutnya sebelum Puspita sempat menjawab.“Saya dan Prily baik-baik saja, Pak. Maaf, saya tidak bisa ikut membantu di sana. Saya tu
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

75. ADA APA?

Pram menatap ponsel yang kini dalam genggamannya. Ada perasaan aneh yang menyusup ke dalam hatinya. Mengapa ibunya membuang benda ini? Apakah ada sesuatu di dalamnya yang ia coba sembunyikan? Atau ini hanya kebetulan belaka?Ia menekan tombol daya, tetapi layar ponsel tetap gelap. Mati total. Pram menghela napas panjang, menatap ponsel itu dengan alis berkerut. Mungkin ada hal yang tidak pernah ia ketahui tentang ibunya. Dan jika benar, ponsel ini bisa jadi kunci.Pram menoleh ke arah Mbok Siti yang berdiri di samping meja. Atas saran wanita paruh baya itu, mereka kini berada di kamarnya. Kamar yang lama Pram tidak pernah pakai setelah menikah. Ia tidak pernah sekalipun menginap di sana setelah menikahi Soraya. Bukan tidak merindukan masa-masa mudanya di rumah itu, hanya saja sambutan yang tidak ramah kedua orang tuanya pada Soraya membuatnya tidak pernah mengajak Soraya menginap di sana demi menjaga perasaan istrinya.“Mbok, ada charger ponsel ibu? Sepertinya baterainya habis,” tanya
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

76. KEHADIRAN IMEL

Pram berdiri, memandang Imel dengan tatapan dingin, nyaris penuh kebencian. Wanita itu melangkah masuk dengan percaya diri, seolah-olah ia memiliki hak untuk berada di sana.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Pram tajam, suaranya rendah namun mengandung ancaman.Imel tersenyum tipis, sama sekali tidak terpengaruh oleh nada bicara Pram. “Aku datang untuk berbela sungkawa, tentu saja. Bude Hasna adalah seseorang yang berarti bagiku. Dan Mas pasti tahu betapa sayangnya ibumu padaku.” Imel bahkan mengibaskan rambut panjangnya penuh percaya diri.Pram terkekeh sinis. “Kamu memang tidak tahu malu, Imel. Setelah apa yang kamu lakukan pada Puspita, kamu masih berani datang ke sini?”Sakti yang duduk di sisi Pram menoleh bingung. Ia belum sepenuhnya memahami apa yang dibicarakan sang kakak.“Lho, memang ada hubungan apa perlakuanku pada pembantu itu sama kedatanganku ke sini? Aku bahkan sudah menganggap rumah ini rumah keduaku.”“Apa maksudmu?” Pram memicingkan matanya.Imel berjalan anggu
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

77. AYAH VS ANAK LAKI-LAKI

Pram hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Imel bahkan berani memeluk dan mencium pipi ayahnya. Lalu yang lebih mengejutkan, Arya sama sekali tidak menolak. Sebaliknya, pria itu tampak tersentuh oleh sikap Imel.“Terima kasih, Imel,” ujar Arya dengan suara yang lebih lembut. “Ibunya Pram memang sosok yang sangat berarti bagi kami. Tapi kami tidak mungkin larut dalam kesedihan selamanya. Dia sudah tenang di sana. Terima kasih sudah datang.”“Tentu saja Imel datang, Om. Bude Hasna sudah seperti ibuku sendiri. Masa iya Imel tidak datang?”“Tapi kamu juga baru kena musibah, Imel.”“Tidak masalah, semua sudah teratasi. Seseorang yang sangat baik membantuku keluar dari masalah ini, dia tahu Imel tidak bersalah, Om. Imel hanya ingin menyelamatkan seseorang dari jeratan wanita kampung yang haus harta. Sayangnya, seseorang yang Imel bela itu tidak menyadarinya dan malah melaporkan—”“Imel!” Pram tidak bisa lagi menahan amarahnya. “Jaga bicaramu!” Suara Pram meninggi.Imel melirik dan
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

78. KENYATAAN

Pram masih mematung di depan pintu kamarnya. Kata-kata Mbok Siti yang gagap bercampur tangis terus terngiang di telinganya. Tubuhnya menegang, otaknya berusaha mencerna informasi yang baru saja diterima. Kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih membuat otaknya lambat bekerja."Mbok, apa yang Mbok bilang barusan?" tanyanya, memastikan bahwa ia tidak salah dengar."Den… Den Sakti… Non Imel bilang Den Sakti… memperkosanya." Suara Mbok Siti terdengar pecah disertai isak tertahan.Hati Pram seperti dihantam palu besar. Mustahil. Ini tidak mungkin terjadi. Sakti memperkosa Imel? Itu sangat tidak masuk akal.Adiknya yang ia kenal tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Sakti adalah pemuda polos yang kesehariannya hanya dihabiskan untuk belajar. Anak itu selalu menjaga sikap dan tutur kata, bahkan terkadang terlalu polos untuk seusianya. Bagaimana mungkin dia melakukan hal yang baru saja Mbok Siti katakan?Tanpa pikir panjang, Pram bergegas menuju kamar tamu, melangkah dengan kecepatan seper
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

79. KEPUTUSAN AYAH

“Apa yang terjadi di sini?”Berdiri di ambang pintu, pria enam puluh tahun bertubuh tegap. Tatapannya menyapu semua orang di ruangan itu, serta kekacauan di dalamnya.“Apa yang terjadi di sini?” ulang Arya saat tak ada sahutan dari mulut siapa pun. Pria paruh baya itu menatap mereka dengan wajah penuh kemarahan dan kebingungan.Pram menoleh ke arah ayahnya. Mata lelahnya terlihat kosong. Sementara di bawah sana tubuh Sakti mulai gemetar. Ketakutan sangat kentara tatkala ia melirik pria yang baru datang itu. Apalagi saat sang ayah mulai melangkah masuk, menatapnya dengan mata yang berkilat marah.“Sakti, jawab! Apa yang terjadi?!”Sakti menggelengkan kepala pelan. Jangankan untuk menjawab, melirik sang ayah saja ia tak memiliki keberanian sedikit pun. Kepalanya semakin menunduk tajam.Bahkan Pram tak berkata apa pun. Tak ada alasan untuk membela sang adik jika pada kenyataannya pemuda itu melakukannya.Melihat Sakti yang masih diam, Arya menoleh ke arah Imel yang masih menangis di sudu
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

80. AKU LEBIH DULU

“Ini tidak adil untuk Sakti, Yah. Kita bahkan belum tahu alasan mengapa hal ini terjadi. Bagaimana Ayah bisa memutuskan hal ini begitu saja?” Pram menyampaikan keberatannya.Arya menatap Pram dengan tajam. “Adil atau tidak, ini keputusan yang harus diambil. Ayah tidak ingin nama keluarga kita tercoreng karena masalah ini. Sakti akan menikahi Imel, dan itu final!”Imel yang mendengar keputusan itu kembali menangis, sementara Sakti, seperti sebelumnya, hanya diam dengan wajah yang tak pernah terangkat. Pram mengepalkan tangan, merasa tidak berdaya melawan keputusan ayahnya.“Tidakkah kita tanyakan dulu mengapa Sakti sampai melakukan hal ini? Mungkin ada kekeliruan di sini?”“Kekeliruan apa lagi, Pram? Sudah jelas Sakti mabuk. Dan apa pun bisa dilakukan oleh orang mabuk.” Arya kembali menyalak.“Karena Sakti mabuk, dia tidak sadar melakukannya, Yah.”“Dilakukan dengan sadar atau tidak, menodai seorang wanita adalah perbuatan buruk yang harus dipertanggungjawabkan. Walaupun masih muda, Sa
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
1
...
678910
...
28
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status