NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!의 모든 챕터: 챕터 91 - 챕터 100

280 챕터

91. MALAM YANG MENCEKAM

Suara tegas menggema di malam yang sunyi, membuat tubuh Sakti mengejang ketakutan. Pemuda itu menoleh perlahan, mendapati sosok tinggi tegap yang berdiri dengan lampu menyilaukan. Tatapannya penuh amarah. Arya—ayahnya—berdiri mematung, namun suaranya yang baru saja berteriak masih menggema di benak Sakti.“Sakti! Apa yang kamu lakukan?” Lagi, bentakan Arya menggema, membuat tubuh Sakti terlonjak sebelum akhirnya mengkerut. Uluran tangannya terjatuh, hingga Pram gagal menangkapnya.Ketakutan merayapi hati Sakti. Tangannya yang tadi hampir menyentuh Pram kini justru kembali ditarik. Wajahnya memucat, gerakan dadanya berat dan napasnya tersengal. Sadar atau tidak, kakinya melangkah mundur, semakin mendekat ke tepi atap. Pram yang menyaksikan itu langsung panik.“Sakti, jangan! Tolong, Dek, jangan lakukan ini!” suara Pram pecah, hampir seperti tangisan. Tangannya gemetar terulur ingin meraih sang adik.Namun, tatapan Sakti kembali kosong. Keputusasaan kembali menguasainya, bercampur denga
last update최신 업데이트 : 2024-12-30
더 보기

92. MANA LEBIH PENTING?

“Kamu yakin, Pram?” tanya Arya pagi ini dengan raut wajah keras.“Tentu saja, itu yang terbaik buat Sakti.” Pram menjawab acuh setelah meneguk segelas air.Di meja makan itu hanya ada dirinya, sang ayah, dan Imel yang herannya tidak pernah pulang. Alasan keluarganya masih di luar negeri dan terbiasa menginap sejak Hasna masih ada selalu digunakan waktu itu. Alasan yang tidak bisa diterima akal Pram, tetapi sang ayah selalu membelanya.“Ayah hanya takut Sakti akan menyusahkanmu jika tinggal di sana.” Kali ini suara Arya lebih lembut.“Tidak apa-apa, Yah. Jika bukan aku kakaknya yang repot, mau siapa lagi? Sakti saat ini sangat butuh dukungan, kasih sayang, dan terutama rasa nyaman. Aku yakin di rumahku aku leluasa memberikannya.”“Apa maksudmu di sini tidak?”“Kejadian semalam menjadi pelajaran, Yah. Sakti bahkan tidak nyaman di rumahnya sendiri, di rumah orang tuanya.”“Kamu terlalu berlebihan, Pram. Menyebut rumah ini tidak nyaman untuk Sakti, padahal pernikahanmu yang membuatnya ber
last update최신 업데이트 : 2024-12-30
더 보기

93. TERIMA KASIH

“Mas minta maaf,” ujar Pram lembut. Tangannya menggenggam tangan Puspita. Tatapannya sayu menatap lurus mata sang istri yang menunduk di atasnya.Ini malam pertama mereka kembali ke rumah. Seharian mendampingi Sakti yang masih labil membuat mereka tidak bisa menghabiskan waktu berdua. Karenanya, saat melihat Sakti tidur, Pram memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya.Ia merebahkan kepala di pangkuan sang istri, menikmati rasa nyaman yang sayang sekali dulu tidak pernah ia sadari. Jemari tangannya diselipkan di antara jari-jari tangan Puspita hingga rasa hangat menyebar dari sana, mengaliri aliran darah hingga ke seluruh tubuh. Menghadirkan kenyamanan yang luar biasa.Diciuminya punggung tangan Puspita itu sebagai ucapan rasa terima kasih tak terhingga. “Maafin Mas, Sayang,” ulangnya lagi setelah puas menciumi punggung tangan dalam genggamannya.Puspita menunduk, memperhatikan wajah Pram yang tampak lebih lelah dari biasanya.“Untuk apa, Mas?” Puspita bertanya lembut.“Untuk semua
last update최신 업데이트 : 2024-12-31
더 보기

94. MALU

Puspita terhenyak mendengar kalimat itu. Terlebih bibir itu tersenyum tapi matanya masih tertutup. Ia gegas menutup mulut dengan kedua tangan. Fix, ia yakin Pram sebenarnya tidak tidur, hanya pura-pura saja.Wajah Puspita seketika panas. Mau disimpan di mana mukanya? Pram tahu kalau ia baru saja mencuri ciuman. Padahal ia belum pernah melakukannya, tapi rasa penasaran mendorongnya untuk bereksperimen, ia bahkan hampir menggigit bibir Pram.Puspita menggerakkan kakinya, dengan maksud agar Pram bangkit dari pangkuannya.Pram membuka matanya, menatap langsung ke arah istrinya yang masih membeku di tempat. Meski wajahnya hanya terlihat sebagian karena pemiliknya masih menutup mulut, namun semburat merah terlihat jelas di sana. Matanya membelalak.Pram tersenyum geli. Kemudian bangkit dan duduk di samping wanita yang malah buru-buru bangkit dari sofa, lalu melarikan diri.Pram menunduk sambil menggeleng. Senyum geli tak tertahankan. Gemas rasanya dengan sikap malu-malu istri kecilnya. Pusp
last update최신 업데이트 : 2024-12-31
더 보기

95. MASIH MALU

"Sayang... bangun, sudah subuh." Suara mengalun membangunkan Puspita disertai dengan sentuhan lembut di pipinya.Puspita mengerjap dan menggeliat."Sayang… sudah subuh. Bangun dulu, yuk. Mandi dulu." Lagi, suara itu terdengar. Mengalun bagai melodi indah yang sampai kapan pun tidak akan Puspita lupa. Suara Pram yang membangunkannya di pagi pertama setelah penyatuan mereka.Puspita tersenyum masih dengan mata terpejam, tetapi beberapa detik setelahnya ia bangkit dengan mendadak. Bukan apa-apa. Ia baru menyadari suaminya sudah lebih dulu bangun.Puspita mengucek matanya, mengerjap berulang kali hingga wajah Pram yang sudah terlihat segar, tampak sedang tersenyum. Pria itu duduk di sisi ranjang dengan sudah berpakaian rapi. Sementara dirinya?"Aaa…" Puspita memekik seraya menarik selimut untuk menutupi dadanya saat menyadari dirinya duduk dengan tubuh polosan. Seketika rasa malu menyeruak di dadanya. Selimut bukan hanya menutupi dadanya, tapi kini juga ia tutupkan ke wajahnya. Puspita be
last update최신 업데이트 : 2024-12-31
더 보기

96. PAGI YANG DAMAI

“Muka kamu merah,” bisik Pram pagi ini di meja makan, hingga membuat pipi Puspita yang memang sudah merona bertambah merah. “Jangan bilang masih malu. Kalau masih malu juga nanti Mas buka lagi bajunya.”“Ssttt!” Puspita mendesis dan melotot. Pelototan yang sama sekali tidak menakutkan. Malah membuat Pram semakin gemas dengan istrinya itu karena matanya yang bundar kecil dipaksa melebar.“Waktunya makan, jangan berisik!” ujar Puspita juga dengan berbisik. Lalu mulai menuangkan sarapan di beberapa piring. Sementara Pram langsung duduk sambil tersenyum.Bukan tanpa alasan jika Puspita kesal pada suaminya itu, di sana selain ada Prily dan Mbak Sari, juga ada Sakti yang perasaannya masih sangat sensitif hingga harus pintar-pintar mereka jaga.“Mau makan soto?” tanya Puspita pada Sakti yang hanya dibalas dengan anggukan samar dan singkat. Wanita itu menyajikan semangkuk soto yang masih mengepulkan asap tipis ke hadapan adik iparnya itu.“Mau juga, dong.” Pram tidak mau kalah, ia menyodorkan
last update최신 업데이트 : 2025-01-01
더 보기

97. SELALU MENUDUH

Pram mendengus, mencoba menahan emosi yang perlahan mendidih. "Calon suami?”“Ya, Sakti calon suamiku, bukan?” Imel berkata dengan tenangnya. Kedua tangannya bahkan dilipat di dada.“Itu kalau rencana tidak berubah.”“Maksud kamu apa, Mas Pram?” Imel melepas tangannya. Tatapan curiga mulai berpendar di matanya.Kini, Pram dengan santai memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana. “Kondisi kejiwaan Sakti masih belum sepenuhnya pulih. Ia tidak mungkin menikah dalam kondisi seperti itu, kan?”“Maksud Mas Pram, aku harus menunggu gitu?”Pram menatap tajam wanita yang di matanya begitu memaksa. “Menurutmu?”“Sampai berapa lama, Mas? Ingat, Sakti sudah menodaiku, dan sebagai laki-laki dia harus bertanggung jawab.”Pram kembali mendengus. Lalu tatapan tajam itu berubah menjadi tatapan menilai.“Kenapa kamu begitu ngotot ingin Sakti menikahimu? Padahal kamu sendiri yang bilang kalau Sakti bukan siapa-siapa. Dia hanya anak ingusan yang tidak akan sanggup memberimu nafkah? Apa ada tujuan la
last update최신 업데이트 : 2025-01-01
더 보기

98. ADA APA?

“Sayang, hari ini Mas harus ke kantor sebentar.” Dengan hanya menggunakan handuk, Pram berucap begitu keluar dari kamar mandi. Sambil menggosok rambutnya yang basah, ia menatap wanita yang masih berbaring di ranjang.Ia tahu wanita itu sudah bangun, terbukti kelopak matanya bergerak-gerak hingga bulu mata lentiknya ikut bergoyang. Hanya saja wanita itu masih berpura-pura tidur.Dan berhasil, kalimatnya barusan bukan hanya membuat wanita itu membuka mata, tapi juga bangkit dari tidurnya.“Ke kantor?” tanyanya dengan mata membola.Pria yang menghentikan gosokan di rambutnya itu mengangguk sambil menahan senyum. Gemas melihat ekspresi wanitanya. “Ya.”Wanita itu menyingkap selimut, lalu turun dari ranjang. Tadi setelah salat subuh, mereka kembali terlibat pergumulan panas hingga rasanya enggan turun dari tempat tidur. Tapi mendengar suaminya akan pergi, ia bergegas bangkit.“Mas, katanya nggak ke kantor dulu selama seminggu.” Bibir itu maju.Pram menghela napas. “Iya, seharusnya begitu.
last update최신 업데이트 : 2025-01-02
더 보기

99. PAK ARYA

Pram melirik jam tangannya saat mobilnya mulai meninggalkan area perusahaannya. Sudah cukup sore, dan ini sudah molor dari waktu yang ia janjikan pada Puspita. Rapat mendadak itu memakan waktu cukup lama, karena ternyata perusahaannya sedang menghadapi persoalan serius. Sabotase itu seperti terorganisir dengan rapi dan ini tentu saja mengancam kelangsungan perusahaannya.Pram mengusap wajahnya yang menengadah. Ingin rasanya langsung pulang, karena dengan menemui keluarga kecilnya saja beban itu akan sedikit berkurang, namun ia tetap harus ke rumah orang tuanya dulu. Persoalan Sakti juga sama-sama urgen dan menuntut penyelesaian sesegera mungkin.Pram ingin Sakti kembali ke sekolah tanpa beban. Jangan sampai sang adik kembali ke sana dengan membawa banyak masalah.Waktu sudah menunjukkan pukul 16.15 saat mobilnya memasuki pelataran rumah masa kecilnya itu. Ia bergegas keluar dari mobil dan menuju pintu depan. Ia harus buru-buru karena terlalu lama meninggalkan rumah. Bagaimanapun, kond
last update최신 업데이트 : 2025-01-02
더 보기

100. ANAK TIDAK TAHU DIRI VS AYAH GILA HORMAT

Tubuh Pram bergetar hebat, seolah aliran darahnya mendidih dan siap meledak kapan saja. Matanya tak bisa berpaling dari pemandangan menjijikkan di hadapannya. Wanita itu semakin bergerak liar diiringi suara-suara erangan menjijikkan dari mulutnya, sementara sang ayah berbaring memejam, sesekali menggeliat mengimbangi gerakan liar wanita. Kedua tangannya memegangi pinggul wanitanya.Saking panasnya pergumulan mereka, kedua orang itu sama sekali tak menyadari kehadiran Pram. Ruangan yang besar dan pintu yang cukup jauh dari ranjang menjadi alasan lainnya.Napas Pram memburu, dadanya naik turun mencoba menahan amarah yang membakar habis logikanya. Wajah mendiang sang ibu berkelebat begitu saja di pikirannya.Ini terlalu jauh. Terlalu keji.Dengan gerakan cepat, Pram meraih vas bunga di atas meja kecil dekat pintu. Lalu tanpa pikir panjang, ia mengangkat benda itu dan melemparkannya ke lantai dengan kekuatan penuh.Pranggg!Suara kaca yang pecah memenuhi ruangan, mengejutkan kedua manusia
last update최신 업데이트 : 2025-01-03
더 보기
이전
1
...
89101112
...
28
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status