Share

97. SELALU MENUDUH

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 22:33:45

Pram mendengus, mencoba menahan emosi yang perlahan mendidih. "Calon suami?”

“Ya, Sakti calon suamiku, bukan?” Imel berkata dengan tenangnya. Kedua tangannya bahkan dilipat di dada.

“Itu kalau rencana tidak berubah.”

“Maksud kamu apa, Mas Pram?” Imel melepas tangannya. Tatapan curiga mulai berpendar di matanya.

Kini, Pram dengan santai memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana. “Kondisi kejiwaan Sakti masih belum sepenuhnya pulih. Ia tidak mungkin menikah dalam kondisi seperti itu, kan?”

“Maksud Mas Pram, aku harus menunggu gitu?”

Pram menatap tajam wanita yang di matanya begitu memaksa. “Menurutmu?”

“Sampai berapa lama, Mas? Ingat, Sakti sudah menodaiku, dan sebagai laki-laki dia harus bertanggung jawab.”

Pram kembali mendengus. Lalu tatapan tajam itu berubah menjadi tatapan menilai.

“Kenapa kamu begitu ngotot ingin Sakti menikahimu? Padahal kamu sendiri yang bilang kalau Sakti bukan siapa-siapa. Dia hanya anak ingusan yang tidak akan sanggup memberimu nafkah? Apa ada tujuan la
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Tth Im
drama banget,sudah kuduga pasti ketinggalan
goodnovel comment avatar
Tatti Hadinoto
Paraaah Mengapa tertinggal HPnys?
goodnovel comment avatar
Maysaroh Anisah
sudah kuduga hp nya pasti ketinggalan dirumah ayahnya Pram .. huff smoga ad bukti saat Pram kmbali k rumah ayahnya .. makin greget gk nemuin konflik permasalah nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   98. ADA APA?

    “Sayang, hari ini Mas harus ke kantor sebentar.” Dengan hanya menggunakan handuk, Pram berucap begitu keluar dari kamar mandi. Sambil menggosok rambutnya yang basah, ia menatap wanita yang masih berbaring di ranjang.Ia tahu wanita itu sudah bangun, terbukti kelopak matanya bergerak-gerak hingga bulu mata lentiknya ikut bergoyang. Hanya saja wanita itu masih berpura-pura tidur.Dan berhasil, kalimatnya barusan bukan hanya membuat wanita itu membuka mata, tapi juga bangkit dari tidurnya.“Ke kantor?” tanyanya dengan mata membola.Pria yang menghentikan gosokan di rambutnya itu mengangguk sambil menahan senyum. Gemas melihat ekspresi wanitanya. “Ya.”Wanita itu menyingkap selimut, lalu turun dari ranjang. Tadi setelah salat subuh, mereka kembali terlibat pergumulan panas hingga rasanya enggan turun dari tempat tidur. Tapi mendengar suaminya akan pergi, ia bergegas bangkit.“Mas, katanya nggak ke kantor dulu selama seminggu.” Bibir itu maju.Pram menghela napas. “Iya, seharusnya begitu.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   99. PAK ARYA

    Pram melirik jam tangannya saat mobilnya mulai meninggalkan area perusahaannya. Sudah cukup sore, dan ini sudah molor dari waktu yang ia janjikan pada Puspita. Rapat mendadak itu memakan waktu cukup lama, karena ternyata perusahaannya sedang menghadapi persoalan serius. Sabotase itu seperti terorganisir dengan rapi dan ini tentu saja mengancam kelangsungan perusahaannya.Pram mengusap wajahnya yang menengadah. Ingin rasanya langsung pulang, karena dengan menemui keluarga kecilnya saja beban itu akan sedikit berkurang, namun ia tetap harus ke rumah orang tuanya dulu. Persoalan Sakti juga sama-sama urgen dan menuntut penyelesaian sesegera mungkin.Pram ingin Sakti kembali ke sekolah tanpa beban. Jangan sampai sang adik kembali ke sana dengan membawa banyak masalah.Waktu sudah menunjukkan pukul 16.15 saat mobilnya memasuki pelataran rumah masa kecilnya itu. Ia bergegas keluar dari mobil dan menuju pintu depan. Ia harus buru-buru karena terlalu lama meninggalkan rumah. Bagaimanapun, kond

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   100. ANAK TIDAK TAHU DIRI VS AYAH GILA HORMAT

    Tubuh Pram bergetar hebat, seolah aliran darahnya mendidih dan siap meledak kapan saja. Matanya tak bisa berpaling dari pemandangan menjijikkan di hadapannya. Wanita itu semakin bergerak liar diiringi suara-suara erangan menjijikkan dari mulutnya, sementara sang ayah berbaring memejam, sesekali menggeliat mengimbangi gerakan liar wanita. Kedua tangannya memegangi pinggul wanitanya.Saking panasnya pergumulan mereka, kedua orang itu sama sekali tak menyadari kehadiran Pram. Ruangan yang besar dan pintu yang cukup jauh dari ranjang menjadi alasan lainnya.Napas Pram memburu, dadanya naik turun mencoba menahan amarah yang membakar habis logikanya. Wajah mendiang sang ibu berkelebat begitu saja di pikirannya.Ini terlalu jauh. Terlalu keji.Dengan gerakan cepat, Pram meraih vas bunga di atas meja kecil dekat pintu. Lalu tanpa pikir panjang, ia mengangkat benda itu dan melemparkannya ke lantai dengan kekuatan penuh.Pranggg!Suara kaca yang pecah memenuhi ruangan, mengejutkan kedua manusia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   101. KENYATAAN

    Langit senja mulai berubah menjadi gelap ketika Pram akhirnya tiba di pemakaman. Napasnya masih memburu, pikirannya kacau balau. Di hadapannya, makam sang ibu berdiri diam, seperti saksi bisu atas segala kemunafikan dan kebusukan yang baru saja ia temukan.Pram berlutut di atas tanah basah, kebetulan baru saja hujan reda. Udara dingin terasa menyusup hingga ke tulang. Jemarinya yang bergetar menyentuh nisan sederhana itu. Mata yang sebelumnya dipenuhi amarah kini memerah, basah oleh air mata.“Ibu...,” bisiknya serak, hampir tidak terdengar. “Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tidak pernah cerita apa-apa padaku? Kenapa harus menyimpan semuanya sendiri?”Air matanya jatuh tanpa bisa dicegah. Pram merasa seolah-olah sang ibu masih ada di sana, mendengarkan keluhannya.“Aku yakin, Ibu tahu semuanya. Tentang Ayah, tentang ….” Ah, Pram menggeleng. Rasanya terlalu jijik menyebut nama perempuan itu. Perempuan yang bagi Pram sangat rendah dan menjijikkan. Bagaimana bisa perempuan itu berhubungan badan de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   102. KHAWATIR

    Puspita mondar-mandir di ruang tamu. Wajahnya pucat, matanya tak lepas dari ponselnya yang sejak tadi ia genggam erat. Berkali-kali ia mencoba menelepon dan mengirim pesan pada Pram, namun hasilnya nihil.“Kenapa tidak diangkat juga?” gumamnya panik. Tangannya gemetar, membayangkan kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.Ia bahkan sudah menghubungi kantor Pram. Namun, jawaban dari resepsionis semakin membuatnya cemas.“Pak Pramudya sudah pulang sejak sore, Bu,” kata resepsionis dengan nada sopan, namun itu tidak membantu mengurangi rasa khawatir Puspita.Jam di dinding menunjukkan pukul delapan malam. Hatinya terasa seperti diaduk-aduk. Ia tak bisa duduk tenang. Bayangan Pram yang mungkin terluka atau terjebak dalam bahaya terus menghantui pikirannya. Entah kenapa pikiran buruk selalu menghantui. Mungkin efek banyak kejadian buruk menghampirinya.“Mas, di mana kamu?” bisiknya pelan, suara itu terdengar lebih seperti doa. Ponsel digenggam di dadanya. Harusnya Pram memberi kabar jika ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   103. SABAR

    “Diminum, Mas. Biar badannya anget.”Puspita menyerahkan secangkir jahe hangat yang masih mengepulkan sedikit asap. Lalu duduk di tepi ranjang, menatap wajah sang suami yang selain diwarnai beberapa memar dan luka, juga tersirat menyimpan sesuatu. Setidaknya itu yang Puspita pikirkan.Malam ini Pram memaksa tetap pulang karena ia merasa hanya mengalami luka ringan. Pun dengan Pak Min.Pram menerima cangkir dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya meraih tangan Puspita, menggenggamnya meski tidak terlalu kuat karena terluka.“Terima kasih, Sayang,” ujarnya, memberikan senyum meski kondisinya tidak sepenuhnya baik.“Mas, boleh aku minta tolong?” tanya Puspita dengan lembut dan tatapan penuh harap.“Apa pun itu. Katakanlah.”Puspita memejam sebentar. “Tolong jangan membuatku khawatir lagi seperti ini. Tolong beri aku kabar jika akan pulang terlambat. Aku hampir gila, Mas.”Pram menarik tangan Puspita dalam genggamannya, kemudian diciumnya punggung tangan itu dengan penuh perasaan.“

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   104. GENDERANG PERANG

    “Lho, bukannya dia yang menghancurkan hidupnya sendiri dengan meniduri laki-laki yang lebih pantas menjadi ayahnya? Kenapa jadi aku yang salah?”“Pram! Hentikan! Ayah tidak mau tahu, kamu klarifikasi sama keluarga Imel. Kamu minta maaf dan katakan itu hanya sebuah kesalahan. Ini soal nama baik keluarga kita. Katakan pada semua orang bahwa video itu tidak benar. Katakan bahwa aku tidak ada hubungan dengan Imel, dan katakan bahwa yang akan menikah dengan Imel adalah Sakti!”“Maaf, kesalahan apa kalau boleh tahu? Karena aku merasa justru sudah menyampaikan kebenaran.”“Katakan ini kesalahan, video itu hanya rekayasa. Imel sebenarnya akan menikah dengan Sakti.”“Oh, maaf, Pak. Dengan berat hati saya tidak bisa melakukannya. Itu bukan rekayasa, bukan kesalahan. Saya justru melakukan kesalahan jika mengatakan Imel akan menikah dengan Sakti. Karena itu suatu kebohongan.”“Kebohongan apa, Pram? Itu memang benar, bukan? Imel akan menikah dengan Sakti?”“Tidak akan pernah, Pak Arya Adiguna. Adi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   105. SURAT

    Puspita menutup buku paket yang baru saja ia baca. Tangannya memijat lehernya yang terasa kaku. Ia bertekad untuk melanjutkan mengambil paket kesetaraan meski sudah menikah.Sudah menjadi istri seorang pria mapan tidak menjadikannya melupakan mimpinya yang sempat tertunda. Justru itu semakin memacunya untuk bisa menjadi seseorang bisa yang dibanggakan. Ia tetap ingin punya nilai plus sebagai seorang wanita. Dan pendidikan tinggi baginya adalah nilai plus itu.Untunglah sejak awal Pram tidak melarangnya untuk melanjutkan cita-citanya itu. Pram bahkan menyatakan diri akan mendukung sepenuhnya.Meski selama pemulihan ini suaminya itu lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerjanya, tetapi perhatian dan kasih sayangnya tetap dirasakan sangat besar. Terkadang menemaninya belajar dan membantu mengoreksi latihan soal yang sudah dikerjakan Puspita.Untunglah Sakti juga semakin tenang dan terkendali setelah bicara beberapa kali dengan psikiater. Bahkan Pram berencana minggu depan akan mengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   155. TIDAK JADI

    Puspita merasakan dadanya sesak seolah oksigen tidak mau masuk ke paru-parunya. Pandangannya berkunang-kunang, dan tubuhnya terasa lemas. Semua yang baru saja tersaji di depan matanya seolah cerita dongeng fantasi yang hanya ada dalam khayalan.Otaknya mendadak tidak bekerja hingga sulit mencerna apa yang baru saja terjadi. Suara melengking Tika yang memanggil namanya dan meminta tolong masih terngiang hingga memekakkan telinga. Tetapi, slide-slide nyata dalam kehidupan yang dijalaninya terus berputar di kepalanya.Tubuhnya nyaris terjengkang jika Pram tidak sigap menangkapnya. Pram sampai duduk bersimpuh untuk menahan tubuh Puspita yang tidak bertenaga sama sekali. Tubuh wanita itu ia sandarkan di pangkuannya. Sejatinya, ia pun terlalu kaget dengan semua ini hingga tak mampu melakukan apa pun selain ternganga.Nama Putra Pradipta ia sebut dua kali saat menikahi Puspita sebagai ayahnya, tetapi siapa sangka jika itu adalah Pradipta Putra Bimantara, anak tunggal Rangga Bimantara dan jug

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   154. BERCANDA?

    Ruangan mendadak penuh dengan gemuruh para tamu yang saling berbicara heran, sebelum akhirnya pandangan mereka tertuju pada Puspita yang mulutnya menganga.Wanita itu sejak tadi sudah merasa lelembutnya tak lagi di sana. Bahkan suara Prabu bagai seorang pendongeng yang jauh dan hanya terdengar suaranya saja.Yang dirasakan Puspita adalah kembali ke masa lalu, masa-masa kecilnya yang penuh kebahagiaan bersama kedua orang tuanya. Sebelum akhirnya semua kebahagiaan itu direnggut paksa darinya bersamaan dengan meninggalnya orang tuanya.Puspita di sini, tapi hati dan pikirannya kembali ke masa-masa itu. Masa-masa yang diceritakan Prabu. Semua tergambar dengan jelas dalam ingatannya, seperti yang terjadi dalam semua slide foto itu.Puspita masih mematung. Ia tidak mengerti apa arti semua ini. Sementara mata semua orang kini tertuju padanya. Sebagian menatap iba, sebagian lagi meremehkan, dan sebagian lainnya tampak bingung. Semua orang di sana kembali berdengung, saling bicara sambil menat

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   153. ADIK PRABU

    “Ini adalah orang tua saya.”Prabu menunjuk layar besar yang kini menampilkan pasangan muda yang sangat serasi. Tampan dan cantik.“Pradipta Putra Bimantara dan Riyanti Rahman,” lanjut Prabu dengan bangga."Mereka pasangan yang bahagia dan saling mencintai. Sayangnya ….” Prabu menjeda kalimat, terlihat ada napas yang berat untuk diembuskan. Kilat luka berpendar di matanya.“Ibu saya harus meninggalkan kami semua saat menghadirkan saya ke dunia. Ibu saya berpulang dan meninggalkan luka yang mendalam untuk ayah saya.” Akhirnya, Prabu menarik napas meski terlihat sangat berat.Semua hadirin sepertinya ikut larut dengan apa yang Prabu rasakan. Terlebih ada getar dalam kalimat terakhir Prabu. Nyonya Rangga yang berdiri didampingi suaminya, juga Tika, bahkan sudah menghapus sudut matanya dengan tisu.“Ayah saya frustrasi berat atas meninggalnya wanita terkasih hingga akhirnya memutuskan menanggalkan semua yang sudah ia miliki sebagai satu-satunya penerus Bimantara Group. Ayah pergi jauh den

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   152. CERITA PRABU

    Puspita menoleh dan mendapati Pram yang menatapnya kesal. Ternyata pria itu menunggunya. Hanya saja, saking tidak mau bicara, sang suami hanya menatapnya.Puspita mengerjap dan menunduk, lalu menghampiri Pram dan mengekorinya. Mereka bergabung dengan tetamu lain yang sudah menyimak Prabu di panggung sana.Baru saja beberapa detik mereka bergabung, seseorang datang dan berdiri di samping Pram. Lalu mengucapkan kalimat yang membuat mood Pram semakin buruk.“Halo, anak laki-lakiku, aku tidak menyangka akan bertemu di sini denganmu.”Pram menelan ludah tanpa melirik sama sekali. Ia mencoba fokus pada Prabu di depan sana.“Oh, ya, perkenalkan dulu, ibu barumu,” lanjut suara itu seraya menunjuk wanita muda yang bergelayut manja di lengannya.“Mungkin kamu belum tahu kalau kami sudah menikah secara resmi, Pram. Jadi mulai sekarang hormati Imel sebagai istriku, ya.”Pram sama sekali tidak peduli, mencoba mengabaikan apa pun yang Arya ucapkan. Jika pun ada banyak hal yang ingin ia bicarakan, b

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   151.

    Puspita sontak menarik tangannya dari genggaman Prabu. Seakan tersengat, matanya membelalak lebar. Ia tidak menyangka Pram menemukannya di sini. Dalam keadaan yang akan membuatnya semakin salah paham.Lorong yang sepi pun terasa sangat mencekam saat Pram melangkah mendekat. Suara ketukan sepatunya yang bersatu dengan lantai berlomba dengan detak jantung Puspita yang melonjak-lonjak.“Jadi … memang begini perbuatan kalian di belakangku?” tanya Pram dengan tatapan perpaduan antara kekecewaan dan kemarahan. Ada luka juga di sana.Puspita menggeleng cepat. Ia ingin menyangkal, tetapi Pram dengan cepat mendahului.“Apa kamu mau bilang lagi ini tidak seperti yang aku pikirkan?” tanya Pram sinis. “Jadi, apa yang harus aku pikirkan melihat istriku berduaan bahkan berpegangan dengan pria lain?”“Mas ….” Kepala Puspita semakin menggeleng. Bibirnya bergetar.“Kemarin kamu bisa bilang aku salah paham karena hanya melihat foto. Apa aku masih salah paham juga jika sudah melihat dengan mata sendiri

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   150. TOLONGLAH

    Puspita mencuri-curi pandang saat Pram berbincang dengan Rangga dan istrinya. Ia mencari keberadaan Prabu. Ia berharap bisa bicara dengan pria itu sebelum acara dimulai. Sayangnya, pria itu tidak terlihat di mana pun di ruangan itu. Matanya justru menangkap seseorang yang wajahnya sangat familiar.Puspita sampai terjengkit kaget.Di sana, di antara para tamu undangan yang ia yakin semuanya adalah relasi bisnis keluarga Bimantara, ia melihat ada pria berusia lebih dari setengah abad yang menatap sinis ke arahnya.Puspita mengucek matanya setelah beberapa saat terperangah. Sayangnya, setelah ia mengucek mata, orang itu sudah tak terlihat lagi di sana. Puspita berkedip beberapa kali, lalu mencari dengan matanya ke semua penjuru ruangan, tetapi ia tidak mendapati orang yang dicarinya.Wanita itu kemudian menggeleng. Mungkin ia sedang berhalusinasi karena melihat pamannya berada di antara para tamu undangan.Bagaimana mungkin sang paman ada di sana? Bukankah semua tamu hanya dari kalangan

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   149. PESTA APA?

    Puspita menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Dadanya terasa sangat sesak karena selama dalam perjalanan menuju rumah keluarga Bimantara itu, tak sepatah kata pun Pram berucap. Mereka hanya saling diam meski duduk berdampingan.Saat menerima surat undangan dari Prily, sebenarnya ia malas untuk ikut datang. Toh, hubungannya dengan Pram sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, Pram hanya menitipkan surat itu pada anaknya. Sebenci itukah Pram padanya, bahkan sekadar menyampaikan kartu undangan saja tidak sudi?Kalau mau egois, Puspita lebih baik tidak ikut datang. Toh, ia juga tidak tahu pesta apa gerangan yang harus dihadirinya itu. Namun, ia tidak ingin Pram malu. Ia bahkan masih memikirkan reputasi Pram meski sang suami sedang marah padanya.Lagipula, bukankah di sana ia bisa bertemu dengan Prabu? Ini kesempatan baik, harus ia gunakan untuk meminta tolong Prabu menjelaskan yang sesungguhnya. Bagaimanapun caranya, ia harus bicara dengan pria itu. Jika bukan pada kesempatan ini, i

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   148. BERNYALI ATAU TIDAK?

    Wanita berrok pendek berlari menuju pintu ruangan Prabu saat mendengar suara gaduh dari dalam sana. Ia sebenarnya sudah curiga sejak awal karena tamu bosnya datang dengan wajah tegang dan penuh amarah.Suara bentakan terdengar menggema di ruangan megah itu. Sekretaris membuka pintu dan langsung memekik melihat bosnya tersungkur di lantai dengan tamunya masih melayangkan tangan.Wanita itu berlari untuk melerai, berusaha menenangkan Pram yang tengah dikuasai amarah. Setelahnya, ia membantu Prabu untuk bangun dan memapahnya ke sofa.Pram berdiri dengan rahang mengeras, napasnya memburu. Tangannya mengepal di sisi tubuh, menahan amarah yang membara dalam dadanya.Sementara itu, Prabu yang kini duduk bersandar di sofa mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Tatapannya tetap lurus di wajah merah Pram. Senyum sinis tersungging dari bibir pecah Prabu. Sama sekali tidak ada rasa marah atau takut yang ia tampakkan."Beginikah cara seorang Pramudya Adiguna menyelesaikan masalah?" tanya Prabu san

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   147. TIDAK PROFESIONAL

    Puspita berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Dadanya sesak, pikirannya kusut, dan hatinya penuh dengan kegelisahan. Sudah dua hari sejak kejadian kemarin, dan Pram tetap diam. Pria itu bahkan memilih tidur di ruang kerjanya, seolah kehadiran Puspita di rumah ini hanyalah gangguan yang harus dihindari.Tidak ada pengusiran dan kata talak seperti dulu, tidak ada kata-kata kasar yang menghujam lagi, tapi didiamkan seperti ini jauh lebih menyakitkan.Ia tinggal di rumah seseorang, tapi si empunya rumah sama sekali tak menganggapnya ada. Pram selalu menghindarinya seolah tak ingin lagi melihatnya. Waktu makan yang biasanya mereka gunakan untuk bercengkerama hangat, hanya kekosongan meja makan yang didapatkan Puspita. Hingga terkadang ia pun malas untuk sekadar mengisi perut.Pram selalu meminta pelayan yang mengantar makan ke ruang kerjanya dan bukan dirinya.Puspita sampai bingung bagaimana melanjutkan hidup. Ia tidak mungkin pergi karena tidak ada kata talak dan pengusiran seperti dulu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status