Share

68. RASA APA INI?

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2024-12-19 22:02:57

Puspita menghentikan langkah tepat di depan sofa yang dihuni Pram. Pria itu akhirnya memaksa tetap tidur di sana dengan alasan takut terjadi sesuatu dengan Puspita saat ia jauh. Terlebih, Prily juga malah terjaga dan sulit tidur lagi.

Puspita menatap wajah yang masih pulas itu. Mungkin menjelang pagi Pram baru tidur. Meski terlihat tidak nyaman karena panjang sofa yang tidak bisa menampung seluruh tubuhnya, Pram tetap pulas. Kakinya yang menjuntai tak ia hiraukan.

Puspita menghela napas. Sebegitu kerasnya pria itu ingin tetap di sana karena mengkhawatirkannya.

Ingatan Puspita terbang ke masa-masa Soraya sakit. Dulu, Pram begitu setia mendampingi dan menemani istrinya itu jika penyakitnya sedang kambuh. Pram bahkan sering tidak tidur berhari-hari karena menunggui Soraya, melayani segala kebutuhannya meski ada pelayan. Menyuapi dan membantu ke kamar mandi.

Puspita tahu semua itu dilakukan Pram dengan sangat tulus. Tak sekali pun ia mendengar dan melihat pria itu mengeluh selama Soraya s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Miscorp Chink
cieee cieeee...
goodnovel comment avatar
afin vicki
gk sabar nunggu lanjutanya
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Semoga bukan jebakan bu Hasna pura" sakit..segera sah az Puspita & Pram..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   69. ENTAH PERASAAN APA

    “Kamu kenapa?” Pram maju, kepalanya dimiringkan. Tatapan khawatir kentara melihat sepasang mata Puspita kini digenangi bening embun.“Kamu menangis?” tanya Pram lagi sebelum melirik Prily yang asyik bermain boneka ditemani pengasuhnya di depan TV sana. Setelahnya Pram menarik tangan Puspita, dibimbingnya menuju kamarnya.“Kamu kenapa, Puspita? Jangan bilang kamu mau menikah lagi denganku.” Pram langsung bertanya setelah menutup pintu. Mereka kini berdiri berhadapan di kamar Puspita.Puspita meneguk ludahnya. Ia memalingkan wajah bersamaan sebutir embun luruh dari sudut matanya. Namun, tangan Pram dengan sigap menahan hingga mereka kembali berhadapan.“Bukan seperti itu, Pak. Ibu Anda tidak pernah menyukai saya. Bagaimana Bapak mau menikahi saya lagi?”Pram mengerjap lemah setelah beberapa lama saling terlibat saling tatap. Setelahnya satu embusan napas kasar keluar dari mulutnya.“Aku akan menikahimu dengan atau tanpa restu ibuku.” Pram berucap tegas.Puspita memejam sebentar. “Apa An

    Last Updated : 2024-12-20
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   70. DILEMA

    Pram mengembuskan napas setelah membetulkan letak selimut yang menutupi tubuh Puspita. Ya, ia akhirnya menunda keberangkatan ke Jakarta karena wanita itu tiba-tiba menangis terus tanpa berkata-kata.Ia khawatir Puspita merasakan sakit di tubuhnya, tetapi tak ingin mengungkapkan.Ia bukan tidak tahu telepon genggamnya sejak tadi terus berbunyi. Panggilan dari orang tuanya terus masuk, menanyakan apakah ia sudah berangkat atau belum.Pram benar-benar dilema. Ia berat meninggalkan Puspita dan Prily di sini, meski sudah membayar orang untuk berjaga. Namun, ia juga tidak bisa mengabaikan sang ibu yang kini masuk rumah sakit.Pram bangkit setelah mengusap wajahnya, lalu meraih ponselnya di atas meja yang sengaja dalam mode silent. Ia berjalan keluar kamar.“Iya, Yah ….” Pram mengangkat panggilan setelah berada di luar kamar Puspita.“Pram, apa kamu masih belum berangkat juga? Ibumu kritis, Pram, apa kamu tidak khawatir?”Pram memejam saat telinganya langsung menangkap suara bernada tinggi.

    Last Updated : 2024-12-20
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   71. KABAR BURUK?

    Pram menatap rumah sakit besar itu dengan perasaan berkecamuk. Bayangan Puspita dan Prily yang ditinggalkannya di vila terus melintas. Tapi kini, ia sudah sampai di sini, melangkah masuk ke tempat di mana ibunya dirawat.Sosok pria paruh baya tersandar lemas di kursi tak jauh dari ruangan dengan papan besar bertuliskan ICU di atas pintunya.“Ayah…” Pram langsung menyapa begitu berdiri di hadapan pria yang matanya terpejam itu.Pria itu membuka mata, kemudian menegakkan tubuhnya. Matanya tampak lelah, namun ada sesuatu yang tidak biasa dalam sorotnya.“Kenapa lama sekali, Pram?” tanyanya lemah dengan raut kecewa.“Ini akhir pekan, Yah. Jalanan ramai dua arah ke Puncak. Maaf, aku baru bisa datang. Bagaimana kondisi Ibu?”“Masih belum sadar.”“Kenapa ini bisa terjadi, Yah? Kenapa Ibu bisa sampai seperti ini?”Ayahnya menarik napas panjang sebelum menjawab. “Pagi tadi… Ibumu terjatuh di kamar mandi. Ayah tidak mendengar apa-apa hingga pembantu memanggil. Saat kudapati dia, tubuhnya sudah

    Last Updated : 2024-12-21
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   72. KE MANA DIA?

    “Siapa orangnya, Pak?” tanya Pram tidak sabar. Ia kini duduk berhadapan dengan seorang pria usia menjelang setengah abad.“Kita belum mendapatkan informasi, tapi sepertinya orang yang cukup berpengaruh di kota ini.”Pram memejam sebentar. “Apa itu keluarganya?”“Sepertinya keluarganya masih di luar negeri. Bahkan kasus ini terkesan ditutupi dari keluarganya.”“Jadi maksud Bapak yang mengeluarkan Imel bukan dari keluarganya?”“Ya, sepertinya orang yang tidak ke mana pun dalam beberapa hari belakangan.”Pram mengembuskan napas kasar. “Begitu mudah hukum dibeli, ya, Pak.”“Karena yang beli punya uang dan kuasa.”“Aku mengkhawatirkan keluargaku, Pak. Anak dan calon istriku di Puncak tanpa aku. Aku takut penyerangan serupa terjadi lagi.”“Tapi Pak Pram sudah mengetatkan penjagaan, bukan?”“Ya, tapi tetap saja aku khawatir. Oh, ya. Aku sudah membawa surat-surat untuk melengkapi berkas pengajuan pernikahan, Pak. Apa bisa segera diurus?”“Tentu saja, saya akan segera mengurusnya agar pernikah

    Last Updated : 2024-12-21
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   73. BUKAN SUAMI YANG BAIK

    Pramudya berdiri di depan pusara sang ibu, tubuhnya bergetar hebat. Meski mentari pagi memancarkan sinarnya, dingin dari tanah merah yang basah terasa menusuk hingga ke tulang. Di sekelilingnya, kerabat dan handai taulan tampak ikut berbela sungkawa, tapi Pram tahu, tidak ada yang benar-benar merasakan kehampaan seperti yang ia rasakan.“Ibu,” bisiknya serak, matanya terpaku pada nisan yang baru saja dipasang. Air mata mengalir, tetapi ia tidak mengusapnya. Biarkan saja, pikirnya. Biarkan rasa kehilangan ini keluar, meski sedikit saja bisa mengurangi sesak di dada.Hubungannya yang tidak harmonis dengan sang ibu sejak ia menikah, membuatnya menyesalkan kepergian wanita itu secepat ini. Di saat ia belum sempat memperbaiki semuanya dan meyakinkan jika pilihannya tidak salah, sang ibu keburu pergi. Namun, Pram tidak pernah menyesali pernikahannya.Pernikahannya dengan Soraya dan Puspita adalah pilihan yang ia anggap tidak salah. Hanya satu yang ia sesalkan: belum sempat menunjukkan jika

    Last Updated : 2024-12-23
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   74. PERMINTAAN PRAM

    Pram merogoh kantong bajunya, mengeluarkan ponsel dari sana. Sibuk mengurus kematian sang ibu sejak di rumah sakit hingga prosesi pemakaman membuatnya belum sempat menghubungi vila. Ia menyesalkan tidak bisa kembali cepat, tapi di sini pun tentu saja tak bisa ia tinggalkan begitu saja.Sang ayah, sebagai kepala keluarga yang semestinya paling sibuk mengurus semuanya, baru muncul belakangan. Dan ia tak bisa meninggalkan Sakti yang sangat rapuh. Lihatlah, pemuda berusia 18 tahun itu terus saja melihat keluar jendela, seolah berat meninggalkan sang ibu sendirian di rumah barunya.Bahkan butuh waktu bagi Pram untuk membujuk sang adik agar mau pulang.“Hallo, Pita. Bagaimana keadaan kalian di sana?” tanya Pram langsung setelah panggilannya terhubung dengan Puspita. Rasa rindunya untuk Puspita dan Prily sudah sangat besar.“Kamu dan Prily baik-baik saja, kan?” lanjutnya sebelum Puspita sempat menjawab.“Saya dan Prily baik-baik saja, Pak. Maaf, saya tidak bisa ikut membantu di sana. Saya tu

    Last Updated : 2024-12-23
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   75. ADA APA?

    Pram menatap ponsel yang kini dalam genggamannya. Ada perasaan aneh yang menyusup ke dalam hatinya. Mengapa ibunya membuang benda ini? Apakah ada sesuatu di dalamnya yang ia coba sembunyikan? Atau ini hanya kebetulan belaka?Ia menekan tombol daya, tetapi layar ponsel tetap gelap. Mati total. Pram menghela napas panjang, menatap ponsel itu dengan alis berkerut. Mungkin ada hal yang tidak pernah ia ketahui tentang ibunya. Dan jika benar, ponsel ini bisa jadi kunci.Pram menoleh ke arah Mbok Siti yang berdiri di samping meja. Atas saran wanita paruh baya itu, mereka kini berada di kamarnya. Kamar yang lama Pram tidak pernah pakai setelah menikah. Ia tidak pernah sekalipun menginap di sana setelah menikahi Soraya. Bukan tidak merindukan masa-masa mudanya di rumah itu, hanya saja sambutan yang tidak ramah kedua orang tuanya pada Soraya membuatnya tidak pernah mengajak Soraya menginap di sana demi menjaga perasaan istrinya.“Mbok, ada charger ponsel ibu? Sepertinya baterainya habis,” tanya

    Last Updated : 2024-12-24
  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   76. KEHADIRAN IMEL

    Pram berdiri, memandang Imel dengan tatapan dingin, nyaris penuh kebencian. Wanita itu melangkah masuk dengan percaya diri, seolah-olah ia memiliki hak untuk berada di sana.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Pram tajam, suaranya rendah namun mengandung ancaman.Imel tersenyum tipis, sama sekali tidak terpengaruh oleh nada bicara Pram. “Aku datang untuk berbela sungkawa, tentu saja. Bude Hasna adalah seseorang yang berarti bagiku. Dan Mas pasti tahu betapa sayangnya ibumu padaku.” Imel bahkan mengibaskan rambut panjangnya penuh percaya diri.Pram terkekeh sinis. “Kamu memang tidak tahu malu, Imel. Setelah apa yang kamu lakukan pada Puspita, kamu masih berani datang ke sini?”Sakti yang duduk di sisi Pram menoleh bingung. Ia belum sepenuhnya memahami apa yang dibicarakan sang kakak.“Lho, memang ada hubungan apa perlakuanku pada pembantu itu sama kedatanganku ke sini? Aku bahkan sudah menganggap rumah ini rumah keduaku.”“Apa maksudmu?” Pram memicingkan matanya.Imel berjalan anggu

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   286

    “Kok, pergi?” Prabu bergumam heran, tubuhnya otomatis bangkit berdiri dari belakang meja.Tanpa menghiraukan panggilan sekretarisnya yang terdengar risih, Prabu segera melangkah cepat ke arah pintu.“Pak Prabu, ini belum selesai tanda tangannya—”Tapi Prabu tidak mendengarkan. Langkahnya mantap, menyusul sosok wanita yang baru saja keluar dengan wajah dingin dan sorot mata menusuk.“Andini!” panggilnya dari belakang.Namun wanita itu tak menoleh. Ia terus berjalan cepat melewati lorong kantor yang dipenuhi aktivitas siang hari. Tumit sneakers-nya berdetak keras melawan lantai marmer, berpacu dengan degup jantungnya yang tak kalah gaduh.“Andini! Tunggu!”Panggilan itu tak dihiraukan. Perasaan aneh mulai bercokol di dada Andini. Ia menyesal datang. Menyesal membawa sesuatu yang bahkan sekarang terasa konyol. Di tangannya tergenggam kotak makan berisi grilled salmon, makanan kesukaan Prabu. Ia tahu dari Oma tadi pagi.Andini sengaja memasak sendiri. Ia ingin memberi kejutan dengan tiba-

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   285.

    Andini menghela napas pelan sambil merapikan kerudung kemarin yang dipakainya lagi. Kemeja putih Prabu yang kebesaran kini sudah terganti dengan satu yang sedikit lebih pas—setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti memakai daster laki-laki. Ia menemukan kemeja berwarna biru tua di dalam lemari, mungkin milik Prabu saat masih bujangan. Untuk bawahannya, ia beruntung menemukan celana jeans yang tampaknya sudah lama tidak dipakai.“Lumayan…” gumamnya pelan sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Meski masih kebesaran di beberapa bagian, setidaknya ia tidak terlihat seperti peserta lomba kostum paling nyeleneh pagi itu.Di belakangnya, Prabu bersandar di pintu sambil melipat tangan di dada. Kepalanya menggeleng pelan.Mereka keluar kamar setelah Andini merasa rapi, dan belum sempat mereka melangkah, mereka berpapasan dengan Puspita dan Pram yang juga sepertinya baru keluar kamar. Tangan keduanya yang saling mengait mesra menandakan bahwa mereka pasangan yang paling bahagia pagi ini.

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   284. TIDAK APA-APA

    Andini menahan napas, seluruh tubuhnya kaku seperti patung lilin. Jari-jarinya masih menempel di pipi Prabu, sementara matanya tak berkedip memandang lelaki itu yang kini membuka mata.Waktu seperti berhenti. Detik terasa seperti menit.Prabu menatapnya dalam diam. Tak ada ekspresi. Tak ada teguran. Tapi juga… tak ada senyum.Andini panik. Apa Prabu marah karena ia sudah lancang? Ah, ia sudah siap jika saja pria itu akan memarahinya.Namun tepat ketika ia hendak membuka mulut untuk meminta maaf atau sekadar mencari alasan, mata Prabu perlahan terpejam lagi. Tubuhnya bergeser sedikit, dan suara napasnya kembali terdengar pelan.“…Din…” gumamnya lirih, nyaris seperti bisikan dari alam mimpi.Andini menegakkan tubuhnya perlahan. “Mas?” tanyanya pelan, ragu.Tak ada jawaban. Hanya dengkuran lembut sebagai balasan.Andini mematung beberapa detik sebelum menjatuhkan diri ke kasur, punggungnya menghantam ranjang dengan lemas.“Ya Allah…” desahnya lega. “Dia cuma mengigau. Ya ampun, aku kira

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   283. BALADA BAJU DINAS

    Prabu mengangkat alis, meluaskan matanya. “Hmm… ya, ini Oma yang menyiapkan. Kamu bisa pilih salah satunya untuk malam ini,” ujarnya tanpa menoleh. Matanya masih menyapu seluruh koleksi baju di dalam lemari sambil menahan senyum.Andini mendesah frustrasi. Tangannya bersedekap di depan dada. “Aku tidak ganti baju saja,” ujarnya akhirnya, lalu berjalan pelan dan duduk di tepi ranjang. Ada rasa kesal, malu, dan bingung bercampur jadi satu di dalam hatinya. Situasi ini sungguh di luar dugaan.Prabu menutup pintu lemari perlahan, lalu berjalan mendekat ke arah Andini. Tatapannya lembut, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang halus. “Ganti saja, tidak apa-apa. Itu sudah Oma siapkan buat kamu.”Andini mendongak, menatapnya sejenak lalu membuang pandangan lagi. “Aku tidak mungkin memakai pakaian seperti itu, Mas.”“Kenapa?” tanya Prabu, mengangkat satu tangannya, seolah benar-benar tidak mengerti.Wajah Andini memerah. Bibirnya mengatup rapat, mencoba menahan jawaban yang sebetulnya sudah

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   282. ADA KECOA?

    “Prilly sudah tidur?” tanya Andini dengan berbisik saat melihat Puspita bangkit dari ranjang Prilly. Mereka kini berada di dalam kamar di mana Chiara dan Prilly berbagi kamar. Ada dua tempat tidur kecil yang berdampingan di sana. Sengaja disediakan seperti itu agar saat kedua anak itu menginap mereka bisa menghabiskan waktu berdua.Puspita mengangguk. “Sudah, Mbak. Chiara bagaimana?” tanya Puspita balik, juga dengan berbisik.“Sudah,” Andini menjawab pelan sebelum bangkit dan merapikan selimut Chiara.Keduanya lalu keluar dari kamar itu setelah memastikan anak-anak lelap. Mereka baru saja membacakan dongeng pengantar tidur.“Chiara biasa dibacakan buku, ya?” tanya Andini setelah menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati agar anak-anak tidak terganggu dengan suaranya.“Iya, Mbak. Sejak lahir kan, Prilly memang sama aku, jadi setiap mau tidur aku biasakan baca dongeng biar gampang tidurnya. Waktu dia baru lahir aku malah tidur sekamar sama dia, biar gampang kalau dia nangis.”“Ibunya?

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   281. BERARTI

    Suara lembut gesekan sendok dan garpu berpadu harmonis dengan dentingan piano klasik yang dimainkan langsung oleh seorang pianis profesional di sudut ruangan. Lampu gantung kristal berkilau di atas meja makan panjang berlapis taplak renda putih gading, menambah kesan megah di ruang makan utama kediaman keluarga Bimantara.Andini nyaris tak bisa memercayai semua ini. Ia berada di antara keluarga suaminya yang merupakan salah satu konglomerat negeri ini. Opa Rangga—pemilik kerajaan bisnis Bimantara Group—menyambutnya dengan pelukan dan senyum tulus sejak mereka tiba tadi sore. Bahkan Chiara dipeluk hangat oleh Oma, sebelum seorang pelayan membawanya menuju ruang bermain yang diisi segala jenis mainan edukatif impor.Benar-benar penyambutan sempurna untuk seseorang yang menjadi bagian keluarga itu pun tidak sengaja dan tanpa rencana. Sesuatu yang tidak pernah dirasakan oleh kakaknya dulu, kini justru didapatkan secara utuh olehnya. Rasa haru dan syukur membuncah di dada Andini, namun tet

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   280. BAJU DINAS

    Mungkin Prabu memang beruntung pernah memperistri Irena, tapi dirinya … ah, rasanya itu tidak mungkin. Tak ada yang bisa dibanggakan dari dirinya. Bahkan menyiapkan sarapan pagi saja masih kerepotan.Andini tersenyum kaku sebelum akhirnya membuka suara lagi. “Kamu udah lama nikah, ya?”Puspita yang saat itu sedang menekuri ponselnya karena baru saja ada pesan masuk, menoleh sekilas. “Belum sampai dua tahun, Mbak,” jawabnya, tangan masih sibuk membalas pesan.“Jadi, kamu nikah umur dua puluh?”“Iya.”“Wah, hebat. Kamu nikah usia muda, tapi langsung bisa ngurus rumah tangga. Ngurus suami, ngurus anak sambung.”Puspita melirik lagi sedikit, lalu kembali pada ponselnya. Bibirnya menahan senyum. “Aku kan, dulu pembantu sebelum nikah sama Mas Pram, Mbak. Jadi, hal seperti itu sudah biasa kulakukan.”“Apa? Pembantu?” suara Andini terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya.“Hmmm…” Puspita mengangguk dan tersenyum lembut. “Aku pembantu di rumah Mas Pram. Bu Soraya, istri pertama Mas Pram y

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   279. IPAR

    Andini melangkah perlahan menyusuri lorong rumah sakit, aroma disinfektan menyambut tiap hembusan napasnya. Dari balik kaca besar ruang NICU, matanya tertuju pada satu inkubator kecil yang menampung makhluk mungil bernama Raja. Ia berdiri dalam diam, menatap dengan tatapan sendu dan penuh rindu. Setiap hari, ada rasa khawatir sekaligus harapan yang bertarung dalam dadanya.Entah sampai kapan Raja akan di sana, karena sampai saat ini pihak rumah sakit belum melaporkan perkembangan signifikan. Menurut mereka, butuh waktu berbulan-bulan hingga ia tumbuh normal seperti bayi yang lahir cukup bulan.Namun, ia dan Prabu akan menunggu waktu itu tiba. Waktu di mana Raja bisa mereka peluk dan bawa pulang. Untuk saat ini, Raja mungkin masih betah di sini karena merasakan ibunya setiap saat. Secara, ini rumah sakit tempat sang ibu bekerja.“Masih tidur, ya?” suara lembut menyapa dari sampingnya.Andini menoleh. Puspita berdiri di sana tanpa ia sadari kedatangannya. Adik iparnya itu tampak begitu

  • NYONYA MUDA, TUAN INGIN ANDA KEMBALI!   278. HATI YANG MENGHANGAT

    Prabu dan Chiara bersiap-siap berangkat. Andini membantu membetulkan dasi kecil di leher Chiara yang kini berseragam rapi. Prabu berdiri di dekat pintu, menggenggam tas kerja dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggandeng jemari mungil Chiara.“Hati-hati di jalan, ya,” ucap Andini sambil tersenyum lembut, berdiri di ambang pintu. Ia melambaikan tangan kecilnya—kebiasaan yang mulai terasa hangat setiap pagi.Prabu tersenyum, dan Chiara balas melambaikan tangan. “Kami berangkat dulu, Onti, eh maaf … Mama ….” Chiara menutup mulut dengan lima jari mungilnya.Andini berkedip lembut seraya mengulum senyum. Semua hanya butuh waktu saja sampai mereka terbiasa, karena sejatinya ia pun sedang beradaptasi. Anak sekecil Chiara sudah bagus bisa cepat tanggap.Prabu dan Chiara akhirnya berjalan menyusuri lorong apartemen. Suara ketukan sepatu mereka yang bergema bagai simfoni yang mengalun lembut, membelai dada Andini.Wanita itu masih berdiri di sana, memandangi punggung keduanya yang p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status