Semua Bab Milyader, Mari Bercerai: Bab 81 - Bab 90

178 Bab

Bab 81

"Aku meninggikan nadaku karena aku berhak melakukannya! Aku tidak akan membiarkanmu menikah sama pria lain sementara kamu lagi hamil anakku!""Itu-itu mulu yang kamu lakukan." Bella mendengkus. "Berkoar-koar. Kamu berbicara seolah akan mengarungi api dan lautan, tapi kamu bahkan nggak punya cara untuk merawat anak yang kamu akui milikmu."Alisku terangkat tinggi, mataku membelalak. Wow, apa yang sedang terjadi di sini? Bukankah Bella seharusnya mengandung anak Mark? Apakah mungkin Bella telah menjadikan Mark seorang suami yang dikhianati? Aku menutup mulutku, tertawa kecil.Mereka terus berdebat. Aku yakin, suara mereka terdengar oleh setengah dari pejalan kaki dan tamu kafe. Aku tidak ingin mendengar lebih jauh karena aku tahu, mengetahui lebih banyak tentang Bella hanya akan membawa masalah tak berujung, tidak ada yang lain.Aku kembali ke tempat dudukku dan bersiap untuk meninggalkan kafe. Namun, saat aku berbalik untuk pergi, aku menyadari bahwa Bella dan pria itu entah bagaimana t
Baca selengkapnya

Bab 82

"Apa-apaan ini!" Aku terkejut, mencoba menenangkan napasku. "Kenapa kamu tiba-tiba muncul gitu saja? Kamu nyaris bikin aku kena serangan jantung."Dia merapatkan bibirnya. "Aku juga nyaris kena serangan jantung waktu lihat kamu duduk di sini." Dia menaikkan alisnya yang ramping. "Kamu mengikutiku? Aku yakin 'pengintaian' hari ini sukses karena kamu dengar semuanya, 'kan?"Aku menatapnya. "Kamu … kamu …."Senyum dingin terbentuk di bibirnya. "Kamu apa? Jangan bilang kamu nggak dengar apa-apa." Dia mendecak, alisnya mengerut seolah sedang berkonsentrasi. "Jangan bohong lagi, Sydney."Aku menghela napas. "Maksudku itu, kamu harusnya nggak minum terlalu banyak kopi, kamu lagi hamil."Bella terkekeh sementara aku bertanya-tanya apa yang lucu dari ucapanku. Namun kemudian, dia menjadi serius, menghela napas, dan bertanya, "Siapa yang suruh kamu pesan kopi?"Aku melongo, kehilangan kata-kata. Kopi itu dipesan untukku! Aku tidak mengundangnya duduk dan berbagi minuman, tapi aku tidak ingin ber
Baca selengkapnya

Bab 83

Aku mencoba berbicara dengan logis padanya. "Setidaknya ...," kataku sambil menunjuk ke ponsel di genggamannya. "Seperti yang pasti sudah kamu lihat, aku nggak pernah berhubungan sama ...," lanjutku mengangkat alis dan membuat tanda kutip di udara dengan jari-jariku. "Cowokmu sejak perceraian. Jadi, aku bukan ancaman bagimu."Namun, tak peduli apa yang kukatakan, Bella tetap mencengkeram ponsel itu erat-erat sambil berkata, "Duduklah dan minum kopi bareng, lalu aku akan kembalikan." Apa-apaan!"Aku nggak mau duduk dan minum kopi denganmu. Kembalikan saja ponselku!" tegasku dengan nada kesal sambil menahan diri untuk tidak menerjangnya. "Oke," katanya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi dan menyelipkan ponsel itu ke dalam sakunya. Dia melirikku dengan senyum manis yang penuh tipu daya. "Kamu boleh pergi."Napasku menggebu-gebu karena menahan amarah. Sayangnya, dia sedang hamil. Kalau tidak, aku tidak akan ragu untuk melampiaskan rasa frustrasiku padanya. Aku tahu dia juga memanfaatkan
Baca selengkapnya

Bab 84

'Dia pernah punya anak?' pikirku, tubuhku sedikit menegang. Sama sekali tidak pernah kuharapkan kabar seperti itu.Kapan ini terjadi? Apakah saat tiga tahun panjang yang tak berujung itu, ketika dia menghilang tanpa jejak? Meskipun banyak pertanyaan berkecamuk di benakku, aku tetap berusaha bersikap tenang, mengatur ekspresiku menjadi datar tanpa emosi.Aku memusatkan perhatian pada riak-riak kecil yang hampir tak terlihat di permukaan kopiku, mengaduk perlahan cairan panas itu. "Aku nggak mau dengar," ucapku datar, seolah tak peduli.Sejujurnya, aku tidak terlalu tertarik mendengar cerita tentang masa lalunya yang suram, meskipun dulu sempat ada waktu di mana aku ingin mengetahuinya. Apa gunanya mengungkit cerita-cerita itu sekarang?Di belakang, di tempat kami duduk, aku mendengar suara orang bercakap-cakap dan dentingan alat makan. Namun, semuanya terasa menjauh seperti bisikan samar, sementara tatapan Bella menusukku seperti paku. Jari-jarinya melingkari cangkirnya sendiri, lalu di
Baca selengkapnya

Bab 85

"Aku memeluk anakku dan menangis tersedu-sedu di atas ranjang persalinan."Aku kehilangan kata-kata saat itu. Apa yang harus kulakukan? Apa yang seharusnya kukatakan padanya? Jelas, bukan ucapan belas kasih yang mendalam, karena meskipun kisahnya sedikit menyentuhku, sebagian besar diriku tidak merasa begitu iba. Aku bersandar di kursiku, cangkir kopi di tanganku sudah kosong. "Cerita yang bagus," ucapku sambil mengibaskan tangan."Tapi itu nggak membuat kita jadi teman. Dengar, wanita yang mengusik pernikahan orang lain itu pelakor, dan kamu memilih untuk mengusik pernikahanku, berarti kamu juga pelakor. Apa pun yang baru saja kamu ceritakan, benar atau salah, penderitaanmu bukan disebabkan olehku. Sebaliknya, aku harus menghadapi akibat dari kecerobohanmu, jadi aku nggak akan bersimpati denganmu."Raut wajah Bella berubah marah, lubang hidungnya mengembang dan mengempis saat dia mencengkeram cangkir kopinya lebih erat, urat-urat menonjol di punggung tangannya."Aku nggak butuh belas
Baca selengkapnya

Bab 86

Sudut pandang Mark:Setelah resmi bercerai dengan Sydney, Doris mentransfer sisa sahamnya kepadaku. Aku menjadi pemegang saham terbesar dan secara de facto orang yang bertanggung jawab atas GT Group dengan memegang 46% saham.Dengan perkembangan baru ini, resume pemegang saham diperbarui secara resmi. Seperti yang diharapkan, kekayaan bersihku melambung. Publik mencium kabar itu dan gelombang permintaan wawancara pun datang bertubi-tubi dari stasiun TV, penerbit surat kabar, hingga jurnalis yang selalu siaga menangkapku di luar.Posisiku di GT Group sekarang sudah kokoh dan tidak lagi bergantung pada siapa pun. Namun, aku tahu harus tetap berhati-hati terhadap mereka yang mungkin akan bersatu menjual saham mereka kepada satu orang untuk menjatuhkanku.Ketika permintaan wawancara terus berdatangan tanpa henti, akhirnya aku memerintahkan asistenku untuk menerima salah satu permintaan wawancara. Aku memilih saluran TV ekonomi paling terkenal, dengan tujuan agar semua orang mendapat sediki
Baca selengkapnya

Bab 87

Mereka bersorak dan bertepuk tangan saat kamera dimatikan. Sang pembawa acara kembali menjabat tanganku dengan senyum lebar di wajahnya. Ketika aku keluar dari ruang konferensi dengan asisten dan pengawal pribadi di belakangku, beberapa penggemar wanita mendekat meminta tanda tangan, sementara beberapa jurnalis nekat bertanya tentang pernikahanku."Tidak ada komentar," kata asistenku dengan tegas kepada mereka, sementara aku menandatangani kaos, buku, sarung ponsel, atau apa pun yang mereka bawa. Begitu aku masuk ke dalam mobil, raut wajahku berubah. Semua senyum dan keramahan yang kutunjukkan tadi menghilang sembari aku melepas dasiku dengan kasar. "Sial, wajahku sakit karena terlalu banyak tersenyum."Asistenku tersenyum dan menoleh ke belakang. "Penampilan Anda bagus, kok. Penonton benar-benar menyukai Anda." Aku menjawab, "Memang seharusnya begitu." Meski pipiku terasa nyeri, aku tak bisa menahan senyum saat memikirkan keberhasilan wawancara itu dan dampak positifnya bagi GT Group.
Baca selengkapnya

Bab 88

Sudut pandang Sydney:Satu-satunya cahaya di ruangan itu berasal dari layar ponsel kami dan layar TV. TV-nya dimatikan suaranya sementara aku dan Grace sibuk dengan ponsel masing-masing. "Wow," kata Grace sambil mendekatkan ponselnya ke wajahku. "Sydney, lihat ini."Pandangan mataku tertuju pada gaun di layar. Hampir mirip dengan salah satu desain milik Grace. Aku mengernyit. "Itu terlihat seperti gaun yang kamu desain." Grace tertawa kecil dan berkata, "Itu memang desainku." Dia menggulir ke slide sebelumnya. "Ini yang aslinya. Dia salah satu klien kami, dia membelinya dari kami, lalu menirunya dan menandai kami."Mulutku membentuk huruf 'O' sambil mengangguk. "Iya," lanjutnya sambil menyandarkan diri di sofa tempat dia berbaring. "Dia cukup bagus, 'kan?" tanyanya. Aku menjawab, "Iya, tapi aku tetap bisa tahu kalau itu bukan hasil kerjamu. Itu cuma desainmu.""Hmm," dia bergumam. "Menurutku dia cukup bagus. Mungkin kita harus merekrutnya," lanjutnya. "Oh, yang benar saja." Grace terta
Baca selengkapnya

Bab 89

"Selamat malam, Nenek," sapaku di telepon setelah mengangkat panggilan itu. Aku mencoba terdengar sesantai mungkin, meskipun aku sangat penasaran kenapa dia menelepon, sementara basa-basinya terasa begitu panjang."Bagaimana kabarmu, Sayang? Sudah lama banget." Suara khasnya yang melengking memenuhi telepon. "Aku baik-baik saja, Nek. Gimana denganmu?" tanyaku. "Aku baik-baik saja, Sydney. Gini, aku menelepon untuk mengundangmu ke pesta ulang tahunku hari Minggu nanti."Aku melepaskan napas yang ternyata kutahan. "Gini, Nek." Aku mulai tidak yakin bagaimana menyampaikannya dengan hati-hati. "Nenek tahu aku sudah bercerai dengan Mark. Aku rasa nggak pantas kalau aku menghadiri acara keluarga yang sifatnya intim seperti ini." Grace berkata, "Apa-apaan itu. Kamu ini keluarga, kamu akan selalu menjadi keluarga bagiku."Hatiku tersentuh mendengar pernyataannya dan aku terisak kecil, tapi aku tetap berniat untuk mempertahankan pendirianku. "Aku tahu, Nek, tapi …. Gimana kalau aku merayakannya
Baca selengkapnya

Bab 90

Aku menggigit bibir, menahan dorongan untuk mengeluh saat Grace menambahkan 'sentuhan akhir' pada riasan wajahku. Dia sudah menghabiskan waktu lebih dari sejam hanya untuk menambah 'sentuhan akhir' pada riasan dan gaunku. "Grace …," keluhku, tak bisa lagi diam. "Apa lagi yang kamu lakukan?""Sentuhan akhir.""Sentuhan akhir."Kami mengatakannya bersamaan dan Grace tertawa terbahak-bahak. "Santai saja. Bukannya kamu yang bilang mau datang terlambat? Aku memanfaatkan keterlambatanmu dengan baik," ucapnya. "Ya, aku memang mau datang terlambat, tapi sekarang aku terlalu terlambat. Aku yakin acara itu sudah selesai sekarang," jawabku.Nenek Doris mengirimkan undangannya dan sekarang sudah jauh melewati waktu yang tertera di sana. Aku sudah terlambat tiga jam. "Kamu habiskan terlalu banyak waktu untuk riasan ini, aku nggak mau terlalu menor. Kalau hujan gimana?" Sebenarnya, bokongku sudah terasa sakit dan pegal karena duduk terlalu lama di kursi, meskipun kursinya empuk."Riasannya nggak teb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
18
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status